Kebakaran Hutan dan Lahan di Indonesia, Menteri Singapura: Sangat Berdampak Terhadap Iklim
Kebakaran hutan dan lahan yang menyebabkan kabut asap yang terjadi di sejumlah wilayah di Indonesia, ternyata juga berdampak ke Singapura
TRIBUNKALTIM.CO,SINGAPURA-Kebakaran hutan dan lahan yang menyebabkan kabut asap yang terjadi di sejumlah wilayah di Indonesia, ternyata juga berdampak kepada negara tetangga seperti Singapura dan Malaysia.
Bahkan Menteri Lingkungan dan Sumber Daya Air Singapura, Masagos Zulkifli menilai, kasus kebakaran hutan dan lahan di Indonesia membawa dampak yang besar terhadap iklim.
Disampaikan Masagos, melalui unggahan di media sosial Facebook, kebakaran hutan dan lahan Indonesia itu telah melepaskan hingga 360 juta ton karbon dioksida sejak Agustus.
"Itu lebih dibandingkan emisi Spanyol sepanjang tahun pada 2018," kata Masagos, dalam unggahannya, Kamis (26/9/2019).
• Lindungi Habitat Anggrek Hitam, PKK Kubar Dukung Pemadaman Karhutla di Kersik Luway
• Komitmen Bersama Padamkan Karhutla, Kapolres Kukar Diminta Berkantor di Tabang
"Kami sekarang jelas bahwa kebakaran hutan ini memiliki dampak besar terhadap iklim. Hilangnya penyerap karbon dalam kebakaran lahan gambut tidak bisa dipulihkan," tulisnya di Facebook, dikutip Channel News Asia via Kompas.Com.
Kebakaran hutan yang disebabkan kegiatan tebang dan bakar untuk membersihkan lahan pertanian itu telah menyebabkan kabut asap yang melintasi perbatasan hingga ke Singapura dan Malaysia dalam beberapa pekan terakhir.
Kebakaran hutan tersebut telah menjadi masalah tahunan, namun situasi tahun ini dianggap yang terburuk sejak 2015, yang turut diperparah dengan kondisi cuaca kering.
Masagos menyebut kabut asap lintas perbatasan ini sebagai bencana abadi untuk wilayah Asia Tenggara dan mendesak diambilnya langkah tindakan yang lebih kuat untuk mencegah bencana ini terulang di masa mendatang.
"Pekan lalu, Singapura telah menyampaikan keprihatinan kami atas peningkatan titik api kepada pemerintah Indonesia melalui surat diplomatik dan meminta mereka untuk meningkatkan tindakan di lapangan. Kami juga menawarkan memberikan bantuan," ujarnya.
Masagos mencatat bahwa otoritas Indonesia telah meningkatkan upaya untuk menindak tegas perusahaan-perusahaan yang diduga bertanggung jawab atas kebakaran hutan dan lahan tersebut.
Masagos yang mengutip laporan media, juga tidak menampik adanya perusahaan yang berbasis di Singapura termasuk di antara perusahaan yang diselidiki.
• Sejumlah Perusahaan Berafiliasi Singapura dan Malaysia Penyebab Karhutla di Indonesia
• Kabut Asap Terus Menyelimuti, Singapura Bentuk Satgas dan Siap Bantu Indonesia Padamkan Karhutla
"CEO dari Badan Lingkungan Nasional (NEA) sebelumnya telah menuliskan kepada rekan-rekannya di Indonesia untuk meminta informasi lebih lanjut, sehingga kami juga dapat melakukan penyelidikan kami sendiri," tambahnya.
"Singapura tidak akan mentolerir tindakan perusahaan yang bersalah membahayakan kesehatan dan kehidupan penduduk di dalam negeri maupun negara-negara lain dan yang menghambat upaya kami untuk memerangi perubahan iklim."
Pada 2014, Pemerintah Singapura telah menerbitkan Undang-Undang Polusi Asap Lintas Batas untuk mengejar perusahaan yang memulai kebakaran atau membiarkan konsesi mereka terbakar, dan berkontribusi terhadap kabut asap.
Sementara Malaysia juga sedang mempertimbangkan undang-undang serupa, di mana perusahaan yang dianggap bertanggung jawab atas kabut asap dapat dikenakan sanksi saat memasuki pasar negara tersebut.
Sementara kondisi berkabut di seluruh wilayah telah mereda pada dua hari terakhir, setelah hujan turutn di sebagian wilayah Sumatra dan Kalimantan, serta menurunkan jumlah titik api sebesar 40 persen.