Gerakan 30 September
Ditahan Karena Dianggap PKI, Pailan Babat Hutan Tak Makan 4 Hari: Untung Saya Prajurit
Pailan pernah tak makan 4 hari, namun bisa bertahan hidup karena dirinya sudah terlatih saat dirinya menjadi prajurit,
Pailan menceritakan secara rinci awal mula dirinya ditahan oleh prajurit TNI dari Kodam VI Mulawarman hingga akhirnya ditetapkan sebagai tahanan politik (Tapol) PKI dan diungsikan di kawasan hutan belantara yang jauh dari keramaian.
"Waktu itu tahun 1977 saya berseragam TNI bersama prajurit lainnya sedang berangkat di medan tugas, saya kaget luar biasa tiba-tiba saya ditodong senjata oleh teman-teman saya, saya bertanya salah saya apa? Tetapi tak satupun yang menjawab, pokoknya saya ditodong senjata begitu saja lalu di bawa ke Sumber Rejo untuk kemudian diperiksa," katanya dengan raut wajah yang nampak sedih dengan mata-mata yang berkaca-kaca.
Setelah itu, lanjut Pailan. "Saya dibawa lagi ke markas Kodam VI Mulawarman, kemudian diperiksa lagi, itu tidak hanya diperiksa biasa saja tetapi sambil digebuki oleh kawanan perwira berseragam Tentara, saya sempat protes, ini sebenarnya saya mau diperiksa atau mau disiksa kok begini caranya?
Tetapi itu tidak dihiraukan sama sekali malah mereka terus-terusan menghujani saya dengan pukulan brutal, sampai wajah saya nyaris tidak berbentuk dan berlumuran darah, gigi saya habis rontok semua, kepala bagian kanan sudah luka-luka dan terus mengeluarkan darah yang cukup deras," jelasnya
Sesekali kakek berumur 80 tahun itu melanjutkan ceritanya sambil mengusap air mata yang mulai membasahi wajahnya yang sudah menua dengan rambut pendek berwarna putih berbentuk potongan ala prajurit.
" Saya ditahan di Sumber Rejo (Balikpapan Tengah) selama 5 tahun mulai dari tahun 1977 sampai tahun 1982.
Sepanjang saya menjalani masa tahanan sebagai Tapol PKI itu nyaris tak pernah merasakan siksaan yang tidak manusiawi.
Dan akhirnya saya dibebaskan tanggal 29 Desember saya ingat betul itu hari Senin tahun 1982, kemudian saya di bawa ke wilayah pelosok hutan Amburawang Darat Kutai Kartanegara.
Bahasanya itu saya sudah dibebaskan dari tahan politik PKI tetapi saya merasa belum diberikan kebebasan, karena saya diungsikan di hutan belantara disuruh membabat hutan, membuka lahan dikawal ketat oleh petugas bersenjata lengkap.
Saya bersama 16 orang tapol PKI lainnya dipaksa kerja membuka lahan, tetapi kemudian hasilnya tidak tau kemana? Untuk siapa ?
Siapa yang makan itu saya tidak tau pokonya kami taunya kerja begitu aja," pungkasnya
Lebih lanjut dirinya juga sempat mendapat ancaman kepada seluruh keluarganya termasuk anak istrinya akan ikut ditahan juga jika dirinya terus-terusan protes dan melawan petugas.
"Kalau saya protes terus, mereka juga mengancam keluarga saya untuk ikut ditahan juga dan menjalani hukuman sama seperti saya.
Hingga akhirnya saya diceraikan oleh istri melalui pengadilan militer itu dipaksa cerai tanpa sepengetahuan saya.
Pokoknya saya itu dituduh habis-habisan dan dicap sebagai PKI yang merupakan bagian dari aksi pembunuhan secara keji terhadap para jenderal di Jakarta.