Kapolres Berau Larang Anggotanya Bawa Senjata Api Saat Amankan Aksi Unjuk Rasa
Untuk mengantisipasi tindak represif, Kapolres Berau, AKBP Pramuja Sigit Wahono, tadi pagi melakukan pemeriksaan senjata api.
Sekadar diketahui, mahasiswa yang tergabung dalam Aliansi Mahasiswa Bersatu kembali menggelar aksi unjuk rasa, sebagai bentuk solidaritas mahasiswa yang melakukan aksi serupa di berbagai daerah.
Aspirasi yang disampaikan pun tidak jauh berbeda dnegan unjuk rasa yang dilakukan di Kantor Bupati pada hari Rabu (25/9/2019) lalu.
Mereka menyuarakan keresahan terhadap kebijakan pemerintah yang dinilai merugikan rakyat dan juga melemahkan upaya pemberantasan korupsi.
Untuk mencegah aksi yang tidak terkendali, pada hari Jumat (27/9/2019) kemarin, Polres Berau juga menggelar pertemuan dengan Dinas Pendidikan dan seluruh kepala sekolah tingkat SMA sederajat, guna memastikan tidak ada pelajar yang ikut aksi unjuk rasa.
Pasalnya, para pelajar yang masih di bawah umur itu, dianggap kurang memahami dinamika politik yang sebenarnya.
Selain itu, para pelajar yang masih berusia remaja ini dikhawatirkan mudah diprovokasi oleh pihak-pihak tertentu yang akhirnya dapat menimbulkan tindakan represif aparat keamanan.
Pagi ini, mahasiswa dari tiga perguruan tinggi di Sangatta, yakni Sekolah Tinggi Ilmu Pertanian (Stiper) Kutai Timur, Sekolah Tinggi Ilmu Agama Islam Sangatta (Stais) dan Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Nusantara (Stienus) Sangatta, Kabupaten Kutai Timur, Provinsi Kalimantan Timur menggelar aksi damai.
Mereka yang tergabung dalam Aliansi Mahasiswa Kutai Timur ini akan menggelar unjuk rasa di tiga titik keramaian.
“Mulai pukul 8.00 pagi ini, kami berkumpul di kampus masing-masing," ungkap seorang mahasiswa kepada Tribunkaltim.co
Kemudian bergerak ke kawasan Simpang Pendidikan dan berkumpul bersama rekan lainnya di situ.
Selanjutnya, kami juga akan ke Gedung DPRD Kutim dan terakhir ke Kantor Polres Kutai Timur di kawasan pemerintahan Bukit Pelangi,” kata Jenderal Lapangan, Leonardo, Senin (30/9/2019).
Aksi ini, menurut Leonardo, merupakan bentuk gerakan atas rasa simpati para mahasiswa di Kutai Timur atas kondisi Indonesia yang tak kunjung membaik, saat ini.
Reformasi 1998 telah dikhianati oleh orang-orang yang anti demokrasi.
Sehingga kami, mahasiswa dan elemen masyarakat yang pro demokrasi memutuskan untuk menggelar aksi,” ujarnya.
Adanya rencana aksi unjuk rasa dari seluruh mahasiswa di tiga perguruan tinggi di Sangatta, membuat jajaran kepolisian langsung meningkatkan kewaspadaan.