Gerakan 30 September
Komentar Film G30S/PKI, Ada Rekonstruksi Visual yang Agak Dicomot Langsung dari Kepala Soeharto
Bagi mereka yang lahir di bawah tahun 1990-an tentu pernah mengalami hal ini, saksikan film Pengkhianatan G30S/PKI di TVRI.
Kala itu, penayangan film difasilitasi oleh sekolah, melakukan nonton bareng.
"Jam belajar diisi nonton film G30S/PKI. Nonton di ruang kelas bersama-sama teman, memakai layar proyektor," ujar wanita kelahiran 2 Desember 1998 ini.
Informasi mengenai sejarah mengenai 30 September 1965, Siti ketahui dari film tersebut.
Intisari film itu, menurut dia, menggambarkan aksi heroik pahlawan demi bangsa dan negara.
"Filmnya membuat saya terharu. Juga menyeramkan. Ada aksi bunuh tembak-tembakan. Jendral dibunuh begitu saja. Saya nonton sampai selesai," ungkap Siti.
Senada dengan milenial lainnya, Syarifah Gustika Mawarda, wanita kelahiran Balikpapan 15 Agustus 1999 ini mengaku sudah pernah menonton sekali dalam seumur hidup.
Itu pun, ujar dia, guru sekolahnya di SMP Negeri 22 Karang Rejo menugaskan sebagai mata pelajaran sejarah.
Waktu itu, sekolah Syarifah tidak pernah memfasilitasi menonton film bareng di ruang kelas, hanya ditugaskan mencari film G30S/PKI di internet.
"Ditugaskan untuk cari di Youtube. Film diunduh ke dalam flash disk. Disuruh simak apa cerita yang ada di film itu," ujarnya saat ditemui di situs cagar budaya meriam Jepang Markoni Atas, Kamis 27 September 2017.
Setelah menyaksikan film, Syarifah disuruh memprsentasikan di dalam ruang kelas, di hadapan para teman-temannya dan guru sejarah.
Kegiatan ini menjadi penilaian mata pelajaran sekolah.
"Saya sempat tutup mata pas ada adegan berdarah-darah. Jelas sekali darahnya. Tidak disensor," tutur Syarifah.
Saat ditanya mengenai isi kebenaran film G30S/PKI tersebut, Syarifah enggan beromentar.
"Saya tidak tahu apa itu memang benar atau tidak. Hanya bisa menonton saja. Terus saya ceritakan lagi di depan teman-teman sama guru," ujarnya.