Walikota Balikpapan Rizal Effendi Berpesan di Hari Kesaktian Pancasila, Ingat Persatuan Bangsa
Walikota Balikpapan Rizal Effendi mengatakan Upacara Hari Kesaktian Pancasila menjadi agenda penting sebagai alat pemersatu bangsa.
Penulis: Miftah Aulia Anggraini | Editor: Budi Susilo
TRIBUNKALTIM.CO, BALIKPAPAN - Peringatan Hari Kesaktian Pancasila berlangsung khidmat di halaman depan Kantor Walikota Balikpapan Jalan Jenderal Sudirman, Kalimantan Timur pada Selasa (1/10/19).
Kali ini Walikota Balikpapan Rizal Effendi bertindak sebagai pembina upacara dalam Upacara Peringatan Hari Kesaktian Pancasila.
Upacara tersebut berlangsung mulai pukul 7.30 Wita.
Saat ditemui Tribunkaltim, Walikota Balikpapan Rizal Effendi mengatakan Upacara Hari Kesaktian Pancasila menjadi agenda penting sebagai alat pemersatu bangsa.
"Upacara telah menjadi agenda Nasional di seluruh Indonesia yang menunjukkan kepada diri kita dan masyarakat kita bahwa Pancasila telah teruji," ucap Walikota Balikpapan Rizal Effendi, Selasa (1/10/19).
Adanya Hari Kesaktian Pancasila menjadi alat komunikasi yang efektif untuk menumbuhkan rasa jiwa dan raga Indonesia.
Nilai-nilai Pancasila menjadi ideologi yang memiliki nilai filosofis bangsa.
Nilai yang ditekankan pada manusia beragama dengan Ketuhanan yang Maha Esa.
Semangat pesatuan dan keadilan sosial juga sudah menjadi darah daging Indonesia.
Tragedi kemanusiaan peristiwa Gerakan 30 September 1965 / G30S 1965 menyisakan luka yang mendalam bagi mereka yang terlibat baik sebagai pelaku maupun korban.
Gerakan 30 September 1965 adalah peristiwa penculikan 6 Jenderal dan 1 Perwira yang dilakukan oleh sekelompok orang yang menyebut diri mereka "Gerakan 30 September" pada dini hari 1 Oktober 1965.
Kronologi peristiwa G30S tersebut melibatkan banyak tokoh, baik sebagai pelaku maupun korban, seperti beberapa di antaranya:
Anggota Partai Komunis Indonesia atau PKI, internal anggota Angkatan Bersenjata Republik Indonesia (ABRI), dan sebagainya.
Peristiwa Gerakan 30 September merupakan serangkaian kejadian yang komprehensif, di mana kejadian baru dilakukan pada tanggal 1 Oktober 1965 dini hari.
Serangkaian peristiwa yang terjadi pada tanggal 1 Oktober 1965 adalah suatu kronik sejarah yang perlu dituliskan dalam kajian pengetahuan.