Kisah Mbah Payem Penjual Koran di Balikpapan dan Ancaman Zaman Digital yang Membuat Menurun
Ia mengaku pertama kali berjualan koran setelah ia ditawari oleh orang, awalnya ia menjajakan jamu kunyitnya di depan SPBU Batu Ampar Kota Balikpapan.
TRIBUNKALTIM.CO, BALIKPAPAN - Mengaku dipanggil Mbah Payem nenek berusia 64 tahun ini sudah sejak 6 tahun berjualan koran media massa di depan SPBU Batu Ampar Jl. Pattimura Kecamatan Balikpapan Utara, Kota Balikpapan, Kalimantan Timur.
Getir pahit hidupnya dalam menjual koran di Balikpapan sudah tidak lagi asing, banyak orang pasti pernah melihatnya. Kini pun kabarnya dia merasa terancam dengan adanya teknologi digital, eksistensi jualannya dianggap menurun. Seperti apa?
Nah, Mbah Payem sendiri berasal dari Jawa Tengah tepatnya di Wonogiri, ia mengaku sudah ikut dengan anaknya sulungnya sekitar 6 sampai 7 tahun.
"Saya ikut anak saya yang punya rumah dia aja, yang lain masih nyewa atau ngontrak" ujarnya kepada Tribunkaltim.co pada Selasa (2/10/19).
Sebelumnya ia mengatakan bahwa suami yang berusia 74 tahun sudah tidak kuat bekerja, anaknya menyarankan untuk kemudian ikut bersamanya ke Balikpapan, Kalimantan Timur.
"Rumah, harta benda di jawa sudah dijual semua untuk anak saya beli rumah disini, lagian susah kalau tidak ada sawah di jawa, kalah ada sawah masih mending" ucap Mbah Payem, yang kini tinggal di sekitaran terminal Batu Ampar, Kota Balikpapan.
Ia mengaku pertama kali berjualan koran setelah ia ditawari oleh orang, awalnya ia menjajakan jamu kunyitnya di depan SPBU Batu Ampar Kota Balikpapan.
"Dahulu saya jual jamu kunyit, tapi kemudian ditawari anak-anak jualan koran saja bu, cepet laku jadi saya ambil, korannya juga sampai sekarang dianterin," ungkapnya
Perihal keuntungan yang didapat ia mengaku hanya untung 500 per korannya, sehari ia terkadang untung sekitar 30 ribu.
Ia mulai berjualan sejak pagi sekitar pukul 06.00 Wita, dengan berjalan kaki ia menuju SPBU Batu Ampar Balikpapan dan kemudian menjualnya.
"Kalau pagi saya jalan kaki, tapi nanti sore biasanya dijemput oleh cucu saya, sudah SMA dia" ucapnya
Mbah Payem cukup semangat saat berjualan koran, dibekali sebuah payung untuk menahan sengatan matahari berjaga di sisi jalan keluar SPBU sembari menawarkan koran-korannya.
Hal yang ia keluhkan tidak banyak, hanya koran yang lebih lambat habis daripada saat ia baru berjualan dulu.
"Dulu cepet habisnya, saya ambil 200 koran jam 10 sampai 11 sudah habis, sekarang saya cuma ambil 60 biasanya jam 3 baru habis" keluhnya.
Sedikit banyak ia memahami bahwa ia hanya salah satu dari sekian banyak orang yang berjualan koran di Kota Balikpapan, Kalimantan Timur.
"Sekarang orang baca koran bisa dari handphone, apa-apa dari handphone, tapi biar lebih lama, tetap laku korannya tapi alhamdulillah masih laku" ucapnya
Sebelumnya ia mengalami kejadian yang cukup menarik dimana Mbah Payem mengaku pernah masuk YouTube.
"Saya dimasukin youtube sama anak-anak beberapa bulan lalu, katanya biar cepet laku mbah korannya" ujarnya sembari tersenyum
Tampak sedikit kekhawatiran saat ia bercerita kepada awak Tribunkaltim.co.
"Di YouTube itu ga bisa dihapus mas ya?" tanyanya kepada awak tribunkaltim.
Hingga berpisah ia tetap semangat menjajakan korannya ke tiap pelanggan SPBU maupun pengendara yang melintas di sekitar SPBU Batu Ampar, Kota Balikpapan.
Sisi lainnya, di tempat terpisah.
Usianya sudah renta, 86 tahun.
Namun di balik sosok yang bersahaja yang diketahui bernama Mbah Waris siapa sangka dahulunya adalah seorang veteran perang revolusi kemerdekaan Republik Indonesia.
Tak hanya itu, Mbah Waris berkisah soal kedekatannya dengan sosok Presiden Republik Indonesia yang pertama, Sukarno.
Ya, Mbah Waris mengaku sebagai pengawal Sukarno di kala masa revolusi di Surabaya.
Berikut kisah nestapa Mbah Waris yang kini berjualan koran mengenang masa-masa revolusi kemerdekaan.
Dilansir dari Surya.co.id pada (9/9/2019), video viral dari akun YouTube bernama Cak Budi Official ini menunjukkan aktivitas Mbah Waris mencari pundi-pundi rupiah dengan berjualan koran diunggah.
Cak Budi lantas menghampiri lelaki renta tersebut untuk memberikan bantuan dan mengorek informasi tentang sosoknya.
Tak disangka, ternyata sosok renta penjual koran tersebut dulunya adalah pengawal Bung Karno yang bernama Mbah Waris (86).
Namun, saat ia bercerita tentang kesehariannya terselip nama Bung Karno di pembicaraannya.
"Saya gini dik, kalau pagi itu masih ndak seberapa. (Tapi) tempe goreng atau telo goreng itu udah kenyang."
"Karena dulu Bung Karno di Irian ya makannya itu (telo) jadi saya ngikut Bung Karno," kata Mbah Waris seperti dikutip dari channel YouTube Cakbudi Official, Senin (9/9/2019).
Cak Budi yang mendengarkan cerita beliau lantas terkejut dengan apa yang ia ceritakan.
Cak Budi lantas menanyakan bagaimana kisah Mbah Waris di masa-masa perjuangan tersebut.
Mbah Waris lantas menjawab bahwa ia bekerja sebagai pengawal Bung Karno di masa ia hidup.
"Kita itu pengawalnya Bung Karno dik, jadi di mana Bung Karno ada kita kawal Bung Karno."
"Jadi Bung Karno turun di Wonokromo sampai Tugu Pahlawan kita kawal. Sudah blenger berjuang," tutur Mbah Waris.
Mbah Waris mengaku memiliki enam orang anak.
Ia pun menceritakan bahwa anaknya kini masih bersekolah di Surabaya.
Ia pun mengaku berjualan koran hingga jam 10 atau sampai korannya habis terjual.
Ketika ditanya lebih lanjut mengapa ia memilih untuk berjualan koran, Mbah Waris mengaku hanya pekerjaan inilah yang bisa ia lakukan karena terbatas fisiknya yang sudah renta.
"Jenengan kenapa memilih jualan koran Mbah? kan ini sudah kurang diminati Mbah?" tanya Cak Budi.
"Karena kita itu kekuatannya sudah tidak ada, jadi kita kan mau kerja yang lainnya susah, sudah tidak kuat" jawab Mbah Waris.
Video tersebut pun diakhiri dengan pemberian sejumlah uang oleh Cak Budi.
Mengetahui kisah pilu yang dialami Mbah Waris, Pemerintah Kota Surabaya lantas bertindak cepat menangani kasus ini.
Melalui Facebook resmi Command Center Surabaya, Pemkot Surabaya telah memberikan sejumlah bantuan kepada mantan pengawal Bung Karno tersebut.
Dari tulisan tersebut, diketahui bahwa Mbah Waris bukan warga asli Surabaya melainkan warga Kediri.
Pihak pemerintah kota pun sempat mengantar Mbah Waris kembali ke tempat asalnya, namun ia kembali lagi lantaran masih menunggu anaknya selesai sekolah.
Berikut postingan Command Center Surabaya di Facebook:
"Terkait ramainya postingan kakek yang mengaku sebagai mantan pengawal Presiden Soekarno, Pemkot Surabaya sudah melakukan gerak cepat.
Kemarin malam, Pemkot Surabaya tim dari @bpblinmas.surabaya @dinsoskotasurabaya sudah menemui Mbah Waris di kediamannya.
Pemkot Surabaya sudah menangani Mbah Waris dengan baik.
Mbah Waris sekeluarga merupakan warga Kediri yang kos di Jalan Panjang Jiwo.
Sebelum ini, Pemkot Surabaya pernah mengantar pulang Mbah Waris ke kampung halamannya.
Namun, Mbah Waris memilih kembali ke Surabaya.
Ini dikarenakan beliau menunggu anaknya yang masih bersekolah, kurang setahun lagi dan berencana akan kembali ke desanya.
Terima kasih kepada @cakbudi_official yang sudah membantu Mbah Waris.
Kami mengajak semua warga Surabaya yang menemukan hal serupa bisa menghubungi kami atau lewat akun @surabaya dan @sapawargasby
Karena kami berharap, bisa segera membantu menangani jika ada warga Surabaya yang benar - benar membutuhkan."