Gempa Hari Ini
Gempa Masih Terus Guncang Ambon, yang Terkini Cukup Kuat dan Warga Panik Mencari Tempat Aman
Gempa terkini yang mengucang Ambon cukup kuat dan sampai membuat warga di Kota Ambon kembali dibuat panik hingga berhamburan ke jalan-jalan
TRIBUNKALTIM.CO - Gempa hari ini 7 Oktober 2019 masih terus mengguncang Ambon.
Gempa terkini yang mengucang Ambon cukup kuat dan sampai membuat warga di Kota Ambon kembali dibuat panik hingga berhamburan ke jalan-jalan
Berdasarkan pantauan Kompas.com di lokasi, gempa tersebut membuat warga keluar dari rumah-rumahnya dan langsung berlarian ke tempat aman.
• Permintaan Maaf Terbuka Wiranto, hingga Kondisi Gempa Ambon, Ada yang Melahirkan di Pengungsian
• Gempa Masih Terus Guncang Ambon, Begini Kata BMKG Soal Isu Gempa Besar dan Tsunami yang Beredar
• Keluarga Mengungsi di Bukit Akibat Gempa Ambon, Bek PSM Berharap Pemerintah Tak Cuma Mendata
• Musibah Gempa di Ambon dan Maluku, Total Korban Jiwa Capai 34 Orang
“Gempa sangat kuat sekali, dinding rumah sampai bergemuruh,”kata Hamdani salah satu warga Kebun Cengkeh, Ambon, saat ditemui, Senin.
Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Stasiun Pattimura Ambon mencatat, gempa yang terjadi sekitar pukul 10.21 WIT, bermagnitudo 4,1 dengan episentrum gempa berada pada 3.45 Lintang Selatan dan 128.33 Bujur Timur.
Adapun, gempa tersebut berjarak 12 kilometer bagian selatan Kairatu, Seram Bagian Barat dan 34 kilometer timur laut Ambon, dengan kedalaman 10 kilometer di bawah permukaan laut.
Akibat gempa tersebut, siswa di sejumlah sekolah juga langsung memilih pulang lebih awal.
Bahkan, sejumlah orangtua ikut menjemput anak-anak mereka di sekolah.
“Katong (kita) disuruh pulang oleh ibu guru, tadi gempa pelang (sangat) kuat soalnya,”kata Afrizal salah seorang siswa SD di kawasan Galunggung, Ambon.
Selain itu, dari informasi yang dihimpun, para pedagang di Pasar Mardika dan Batu Merah yang berada dekat Teluk Ambon juga ikut berhamburan lari dari pasar tersebut.
Sebelumnya, gempa dengan getaran yang sangat kuat juga membuat warga Kota Ambon panik dan keluar dari rumah-rumah mereka pada Senin, dini hari.
BMKG mencatat, gempa tersebut berada pada lokasi 3.67 Lintang Selatan dan 128.18 Bujur Timur atau berjarak 5 kilometer utara Ambon dan 41 kilometer barat daya Kairatu, dengan kedalaman 10 kilometer di bawah permukaan laut.
Gempa tersebut juga memaksa sebagian warga di Ambon kembali mengungsi ke lokasi yang lebih tinggi.
“Efek terasa sangat kuat, karena posisi episenter gempa sangat dekat dengan Kota Ambon yakni 5 kilometer utara Ambon,”kata Kepala Seksi Data dan Informasi BMKG Stasiun Ambon, Andi Azhar Rusdin.
Hingga Senin pukul 09.00 WIT, BMKG mencatat gempa susulan yang terjadi sejak Ambon dan sekitarnya, telah mencapai 1.181 kali.
Dari jumlah itu, gempa susulan yang dirasakan mencapai 123 kali gempa.
Seorang ibu melahirkan di gubuk reyot
Seorang Ibu bernama Wa Ona Windi, pengungsi korban gempa asal Dusun Waitasi, Desa Kairatu, Kabupaten Seram Bagian Barat, Maluku, melahirkan bayinya di sebuah gubuk reyot di perbukitan desa tersebut.
Windi melahirkan dalam kondisi sangat memprihatinkan di dalam sebuah gubuk berukuran 2x2 meter.
Atap gubuk tersebut terbuat dari daun sagu.
Sementara dindingnya hanya dilapisi daun kelapa yang disusun seadanya.
Tak hanya itu, saat Windi melahirkan, kondisi cuaca sangat buruk.

Badai dan hujan lebat menerpa gubuk reyot.
Saat melahirkan bayinya, Windi hanya dibantu oleh suaminya Onyong Saun dan beberapa keluarga dekatnya tanpa ada petugas medis.
Ayah Windi, La Sididi mengatakan, putrinya itu melahirkan bayinya pada Kamis (3/10/2019) malam.
Menurut dia, angin kencang disertai hujan deras yang mengguyur lokasi pengungsian membuat seisi gubuk tempat anaknya berteduh tergenang air.
“Saat itu hujan sangat kuat sekali, di dalam walang (tenda) air balandong (tergenang) semua,”kata La Sididi saat dihubungi Kompas.com, Jumat (4/9/2019).
Windi tidak bisa dibawa ke rumah sakit untuk menjalani proses persalinan dengan baik, lantaran jarak lokasi pengungsian dengan Puskesmas Kairatu sangat jauh.
Sementara itu, getaran gempa susulan yang terus dirasakan membuat Windi tidak bisa dibawa ke Puskesmas terdekat.
“Jadi sama sekali tidak ada bantuan medis. Puskesmas juga jauh, sekitar 10 kilometer dari lokasi pengungsian, jadi kita pasrah saja,” ujar La Sadidi.
Meski demikian, Windi mampu bertahan dan akhirnya melahirkan bayinya dengan selamat.
”Alhamdulilah cucu saya lahir dengan selamat, seorang perempuan,”kata La Sadidi.
Dievakuasi saat gempa susulan Hingga saat ini, warga di Kairatu, Seram Bagian Barat, masih terus merasakan getaran gempa susulan yang cukup kuat.
Kondisi itu membuat warga belum berani turun ke perkampungan mereka dari hutan-hutan dan perbukitan.
Menurut La Sididi, setelah melahirkan, putrinya sempat dievakuasi ke rumah mereka di Dusun Waitasi.
Namun, karena gempa terus terjadi, putrinya itu kembali ke lokasi pengungsian yang jaraknya sekitar 7 kilometer dari rumah mereka.
“Anak saya sudah naik lagi ke gunung sambil berjalan kaki, karena tadi gempa sangat kuat barusan terjadi pas mau shalat Jumat,” kata La Sadidi.
Menurut La Sadidi, warga di Dusun Waitasi dan dusun-dusun lainnya hingga kini masih berada di lokasi pengungsian dan belum berani turun ke perkampungan.
Selama sepekan mengungsi di perbukitan, banyak warga belum juga mendapat bantuan baik tenda, sembako maupun selimut.
Selain itu, belum ada bantuan medis dan obat-obatan.
“Kita hanya dapat beras 5 kilogram dan sarimi. Kalau posko kesehatan obat-obatan dan tenaga medis di lokasi pengungsian tidak ada sama sekali,”kata La Sadidi.
Menurut La Sadidi, tenda dan selimut paling dibutuhkan, karena cuaca buruk yang terjadi.
"Memang kemarin ada bantuan tenda, tapi hanya tujuh dan itu tidak bisa menampung ribuan pengungsi,”kata La Sadidi.
• Terjebak 82 Jam, Korban Gempa Ini Bertahan Setelah Minum Urine Sendiri
• INFO BMKG Gempa Bumi 4,6 SR Guncang Bitung Sulawesi Utara Jumat Pagi
• Gempa Bumi Guncang Kepulauan Aru Maluku Kamis Pagi, tak Berpotensi Tsunami
• Musibah Gempa di Ambon dan Maluku, Total Korban Jiwa Capai 34 Orang
(Kompas.com)