Pensiun untuk Kedua Kalinya, Wapres Jusuf Kalla Mengaku Bosan, Tinjau Kembali Bisnisnya
Jusuf Kalla akan pensiun sebagai Wakil Presiden untuk kedua kalinya. Sebelum mendampingi Jokowi, JK menjadi pendamping Susilo Bambang Yudhoyono
TRIBUNKALTIM.CO - Wakil Presiden Jusuf Kalla akan memasuki masa pensiun pada 20 Oktober.
Kali ini, Jusuf Kalla akan memasuki masa pensiun untuk kedua kalinya.
Sebelumnya, Jusuf Kalla juga menjadi Wakil Presiden saat berpasangan dengan Susilo Bambang Yudhoyono, atau SBY.
• Jusuf Kalla Anggap Penerbitan Perppu KPK Merupakan Jalan Terakhir
• Dilema Penerbitan Perppu KPK oleh Jokowi, Ditolak Jusuf Kalla, Direspon Negatif Partai Koalisi
• 6 Bahasan Walikota Balikpapan & Wapres Jusuf Kalla, Ibu Kota Baru Kalimantan Sampai Nasib Kampus ITK
Kala itu, pada periode kedua, posisi Jusuf Kalla sebagai Wakil Presiden digantikan Boediono.
Kini, Jusuf Kalla kembali memasuki masa pensiun lantaran posisinya digantikan oleh Maruf Amin.
Dilansir dari Tribun Newsmaker, saat ditanya apa yang akan dilakukannya saat pensiun, Selasa (8/10/2019), Jusuf Kalla mengaku bosan menanggapi pertanyaan tersebut.
Sebab, ia telah berulang kali menjawab hal tersebut.
Jusuf Kalla mengatakan, saat pensiun sebagai Wapres, ia akan kembali berkecimpung di dunia sosial, keagamaan, dan meninjau kembali bisnisnya.
Tak lupa, ia ingin menghabiskan waktu bersama keluarga.
"Sudah sering saya katakan, ingin urus sosial, urus pendidikan, urus keagamaan, kemudian mau meninjau keadaan bisnis, kemudian nikmati hidup dengan keluarga dengan cucu," ujar Kalla di Kantor Wakil Presiden, Jakarta, Selasa (8/10/2019).
Ia berharap, pemerintahan ke depan berjalan lancar dan terus menyejahterakan rakyat.
Kalla juga menyampaikan, banyak PR yang harus diselesaikan pemerintah agar dapat selalu menyejahterakan rakyat.
Ia mengatakan, pekerjaan pemerintah untuk menyejahterakan masyarakat merupakan pekerjaan yang tak ada ujungnya.
"PR banyak sekali.
Pertumbuhan ekonomi contohnya kita ingin capai itu kan pekerjaan rumah yang banyak.
Pemerintahan itu tidak ada suatu pekerjaan berhenti.
Orang bilang infrastruktur. Infrastruktur tidak pernah berhenti," ujar Kalla.
"Hari ini bikin jalan besok diperpanjang, besok diperlebar karena mobil bertambah.
Jadi dalam pemerintahan itu tidak ada suatu yang mengatakan oh oke stop selesai ndak ada. Berlanjut terus," kata dia.
Arti Kemenangan Sri Mulyani
Menteri Keuangan Sri Mulyani mengungkapkan arti kemenangan dan kesempurnaan dalam berkarier.
Baginya, hal paling penting ialah tak menggadaikan harga diri dan integritas.
Hal itu ia ungkapkan dalam akun Facebook pribadinya saat memberikan pesan kepada para jajaran pegawai Direktorat Jenderal Bea dan Cukai, Selasa (8/10/2019).
"Nantinya di akhir karier, saya mengatakan dalam hati bahwa saya telah memberikan yang terbaik untuk bangsa ini," tulisnya.
Perempuan yang kerap disapa Ani itu mengatakan bahwa hidup bukan hanya tentang materi, melainkan ini semua tentang suatu kehormatan.
Oleh karena itu, ia meminta jajaran pegawai Bea Cukai jangan pernah takut untuk melakukan apa yang seharusnya dilakukan.
Mantan Direktur Pelaksana Bank Dunia itu juga minta pagawai Bea Cukai jangan pernah hitung-hitungan memberikan pelayanan kepada pengguna jasa.
"Bukan tentang untung dan rugi yang Anda dapat, tapi ini semua tentang dedikasi Anda untuk membantu kemajuan perekonomian Republik Indonesia," kata dia.
Tak lupa, Sri Mulyani juga meminta pegawai Bea Cukai untuk saling mengingatkan jangan merasa terlena dengan kinerja yang sudah dilakukan.
Menkeu berharap pegawai Bea Cukai bisa menjadi role model dan panutan pagawai di instansi lain.
Sri Mulyani Ingatkan Ancaman yang Dihadapi Profesi Aktuaris
Menteri Keuangan Sri Mulyani memberikan "lampu kuning" untuk para aktuaris, yang merupakan salah satu profesi di bidang keuangan.
Peringatan yang diberikan Sri Mulyani itu terkait erat dengan terjadinya disrupsi di era digital terhadap banyak profesi, salah satunya profesi aktuaris.
"Profesi aktuaris juga tidak terlepas dari disrupsi akibat era digitalisasi," begitu isi pidato Sri Mulyani yang dibacakan oleh Sekjen Kementerian Keuangan Hadianto di Expo Profesi Keuangan, Jakarta, Selasa (8/10/2019).
Hadianto melanjutkan pidato Sri Mulyani, ia bilang perkembangan teknologi mengakibatkan munculnya inovasi-inovasi baru dalam industri asuransi.
Hal ini dinilai dapat menggantikan peran aktuaris oleh profesi lain.
Sebagai contoh kata Hadianto, munculnya insurance technology (insurtech) pada dunia asuransi.
Insurtech dikembangkan oleh profesi data scientist dengan memanfaatkan big data, artificial intelligence dan machine learning dengan penggunaan algoritma tertentu.
Ia mengatakan, insurtech menawarkan pengalaman baru bagi konsumen dengan memberikan kemudahan dan kecepatan serta efisiensi dalam mendapatkan produk asuransi.
Produk yang dihasilkan juga lebih mengedepankan analisa atas kebiasaan konsumen.
Sehingga, kata dia, risiko yang ditanggung masing-masing konsumen berbeda.
Profesi keuangan ucapnya, mau tidak mau harus menjadi bagian dari sistem digitalisasi tersebut agar tidak terlindas.
Hal ini merupakan tantangan sekaligus peluang bagi profesi keuangan, terutama aktuaris.
"Perubahan ini tentunya akan menggeser industri asuransi konvensional menjadi berbasis digital dengan menekankan pemanfaatan big data," kata Hadianto yang masih membacakan pidato Sri Mulyani.
"Untuk itu, profesi aktuaris diharapkan agar selalu beradaptasi dan berkembang dalam segala hal, tidak hanya dari sisi ilmu aktuaria, juga dalam hal pengolahan data, pemrograman, dan khususnya kemampuan bisnis," sambungnya. (*)