Tengku Zulkarnain Beberkan Kejanggalan Penusukan Wiranto, Wasekjen MUI Sayangkan Sikap BIN

Tengku Zulkarnain Beberkan Kejanggalan Penusukan Wiranto, Wasekjen MUI Sayangkan Sikap BIN

Kolase/Tribun Kaltim/Istimewa
Tengku Zulkarnain Beberkan Kejanggalan Penusukan Wiranto, Wasekjen MUI Sayangkan Sikap BIN 

TRIBUNKALTIM.CO - Tengku Zulkarnain Beberkan Kejanggalan Penusukan Wiranto, Wasekjen MUI Sayangkan Sikap BIN.

Ada sejumlah kejanggalan yang disoroti oleh Tengku zulkarnain dalan kasus penusukan Wiranto

Komentar tersebut diungkapkan oleh Wasekjen MUI itu saat acara Indonesia Lawyers Club ( ILC ) yang dipandu Karni Ilyas.

Jumlah Bertambah, Istri Anggota TNI Ini Bilang Wiranto Ditusuk Mirip Sinetron, Ekspresinya Tak Cocok

Sosok Purnawirawan TNI Ini Bayar Rp 25 Juta untuk Memata-matai Wiranto, Tapi Berdamai di RSPAD

Rocky Gerung Sorot Humas Istana di Kasus Wiranto Ditusuk, Belepotan hingga Terlalu Dramatis

Di ILC, Analis Ungkap 7 Hal Mengejutkan Kasus Wiranto Ditusuk, Yang Tak Percaya Ternyata Cukup Besar

Wakil Sekretaris Jenderal Majelis Ulama Indonesia (MUI) Tengku Zulkarnain membeberkan analisis kejanggalan insiden penusukan Menkopolhukam Wiranto.

Tengku Zulkarnain menemukan beberapa hal yang menurutnya janggal terkait penusukan Wiranto, mulai dari pelaku, luka yang dialami hingga pengobatannya.

Tak hanya itu, Tengku Zulkarnain juga menyinggung polisi yang menyelidiki kasus penusukan Wiranto.

Kasus penusukan terhadap Wiranto masih bergulir dan didalami oleh pihak kepolisian.

Seperti yang diberitakan, Wiranto ditusuk oleh dua orang tidak dikenal saat kunjungan di Alun-alun Menes, Pandeglang, Banten, Kamis siang (10/10/2019).

Dua orang tersebut merupakan SA alias Abu Rara dan FA alias Fitri Andriana (21).

Keduanya langsung diringkus setelah menjalankan aksi kejinya.

Saat kejadian, pelaku membawa senjata tajam, berupa pisau.

Akibat insiden tersebut, Wiranto dikabarkan mengalami luka yang serius, hingga usus halusnya dipotong sekitar 40 cm.

Mengenai kasus penusukan Wiranto tersebut, Tengku Zulkarnain menuturkan analisis kejanggalannya.

Tengku Zulkarnain menemukan beberapa kejanggalan dari kondisi Wiranto yang menurutnya menjadi simpang siur.

Hal itu dikatakan Tengku Zulkarnain saat menjadi narasumber di acara Indonesia Lawyers Club (ILC) dilansir TribunJakarta.com pada Rabu (16/10/2019).

Awalnya Tengku Zulkarnain menuturkan bahwa kasus Wiranto itu dibiarkan mengambang.

Penilaian itu didapatkannya karena banyaknya isu simpang siur yang beredar mengenai Wiranto.

Bahkan, menurut Tengku Zulkarnain tak ada keterangan pasti dari penegak hukum membuat isu Wiranto kian simpang siur.

"Tidak ada keterangan yang pasti dari penegak hukum yang ada.

Simpang siur ada yang bilang afiliasi ke ISIS, ada yang bilang orangnya pemabuk, ada yang bilang stres karena rumahnya digusur di Medan kena jalan tol," imbuh Tengku Zulkarnain.

Menurut Tengku Zulkarnain, polisi seharusnya sebagai pihak yang punya kewenangan membuat pers rilis yang rinci terkait kronologi hingga pelaku penusukan Wiranto.

"Jadi tidak ada berita yang kongkrit yang bisa diserap oleh kita masyarakat. Semestinya kan pihak kepolisian membuat pers rilis," beber Tengku Zulkarnain.

Bahkan, Tengku Zulkarnain heran sehari setelah peristiwa Wiranto diserang, terdapat berbagai informasi yang bermunculkan mengenai pelaku yang disebut terafiliasi ke jaringan ISIS.

"Bahkan saya baca dari media-media yang cukup besar di Indonesia, BIN (Badan Intelejen Negara) sudah melihat orang ini selama 3 bulan.

Tapi belum ditindak karena belum ada amaliyahnya, belum ada tindakannya, begitu," imbuh Tengku Zulkarnain.

Lebih lanjut, Tengku Zulkarnain menyayangkan sikap BIN telah mencurigai jaringan atau pelaku, mengapa bisa meloloskan hingga terjadi peristiwa penyerangan tersebut.

"Tapi diketahui oleh BIN tadi saya dengar bahwasannya Pak Wawan bilang orang-orang seperti ini punya afiliasi langsung ke ISIS atau sesama dia berkumpul."

"Nah siapa yang bisa berafiliasi ke ISIS itu? Kenapa enggak didata atau dipantau 24 jam. Itu tugas BIN jangan sampai dia lolos," tegas Tengku Zulkarnain.

Selain itu, Tengku Zulkarnain juga menyoroti pernyataan Kepala Pusat Kajian Keamanan Nasional UBJ, Hermawan Sulistyo yang menyatakan usus Wiranto yang harus dipotong 40 cm.

Menurutnya, pernyataan itu bukan keluar dari polisi maupun pihak kepolisian.

"Tadi alasannya Pak Sulistiyo mengatakan yang berhak memberitahu pasien itu dokter, dan dokter tidak bisa memberitahu tanpa izin pasien," tegas Tengku Zulkarnain.

SIMAK VIDEONYA:

"Sehingga akhirnya apa keadaan Pak Wiranto sekarang? Katanya enggak ada darahnya, katanya keluar tiga setengah liter, padahal darahnya manusia paling banyak hanya enam liter," papar Zulkarnain.

"Nah ini simpang siur," tambahnya.

Ia heran bahwa posisi Sulistyo bukan dokter namun dapat menyampaikan mengenai kesehatan Wiranto.

"Tadi nyatanya Pak Sulistyo polisi bukan, dokter bukan, tapi dia bilang Pak Wiranto dipotong 40 centi. Yang berhak memberitahu polisi, ternyata polisi tidak memberitahu, dokter tidak memberitahu, Pak Sulistiyo memberitahu."

"Nyatanya berita ini terus berkembang. Kenapa tidak polisi yang ngomong, berdasarkan rekam jejak yang dibuat dokter sehingga tidak liar," tegas Tengku Zulkarnain.

Penjelasan Dokter Melalui Ali Ngabalin

Tenaga Ahli Deputi IV Kantor Staf Kepresidenan (KSP), Ali Ngabalin, memberi penjelasan medis dari keterangan dokter sekaligus Direktur RSPAD Gatot Subroto, Terawan.

Dilansir TribunWow.com, keterangan Terawan dijelaskan Ali Ngabalin dalam tayangan 'Apa Kabar Indonesia Pagi' unggahan kanal YouTube Talk Show tvOne, Jumat (11/10/2019).

Berdasarkan keterangan Terawan, Ali Ngabalin menjelaskan soal dalamnya luka yang dialami Wiranto.

Lantaran luka tersebut cukup dalam, maka darah memang tidak mengucur keluar.

"Menurut keterangan Pak Terawan itu kan dua tusukan, jadi kedalamannya sekitar 10 centimeter, kalau dari luar memang darahnya tidak terlalu banyak," jelas Ali Ngabalin.

Sosok Abu Rara, Pelaku Penusukan Wiranto
Sosok Abu Rara, Pelaku Penusukan Wiranto (Tribunnews)
Luka tusuk itu menembus organ usus Wiranto sehingga darah mengalir di dalam tubuh sang jenderal.

"Tetapi karena dalam dinding perut itu, senjata tajam itu menembus usus kecil, diperkirakan darah yang tertampung itu sekitar 3 liter," terang Ali Ngabalin.

Akibat insiden penusukan itu, Wiranto disebut sempat mengalami masa kritis hingga akhirnya dioperasi selama 4 jam.

"Jadi memang ada masa yang sangat kita khawatirkan kemarin," imbuhnya.

Selain kedalaman luka, Ali Ngabalin juga menjelaskan panjang luka di perut Wiranto.

"Jadi memang ditusuk di perut sebelah kiri sini?" tanya pembawa acara.

"Iya, sobek ya, dari kiri ke kanan, dua tusukan itu sekitar 6 centimeter," ujar Ali Ngabalin.

"Nah itu, jadi menembus perut dan masuk sampai ke usus kecil, menurut keterangan dokter seperti itu."

Berikut video lengkapnya (menit ke-2.11):

Sumber: Tribunnews
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved