Di Hari Sumpah Pemuda, Begini Cara Mendikbud Nadiem Makarim, Suami Franka Franklin Jawab Kritik
Di Hari Sumpah Pemuda, begini cara Mendikbud Nadiem Makarim, suami Franka Franklin jawab kritik
Awalnya, Jokowi menjelaskan, ada 300 ribuan sekolah dari tingkatan Taman Kanak-Kanak (TK) hingga Sekolah Menengah Atas (SMA) tersebar diribuan pulau di Indonesia, dengan jumlah sekitar 50 juta pelajar.
"Bayangkan mengelola sekolah, mengelola pelajar, menajamen guru yang sebanyak itu dan dituntut oleh sebuah standar yang sama," ucap Jokowi di Istana Merdeka, Jakarta, Kamis (24/10/2019).
Namun, setelah masuknya teknologi, Jokowi berharap akses ke pendidikan semakin mudah dan Kemendikbud dapat membuat sebuah lompatan besar, yang dulunya dirasa tidak mungkin menjadi mungkin.
"Oleh sebab itu kenapa dipilih mas Nadiem Makarim, beliau sudah bercerita pada saya apa yang akan dikerjakan," kata Jokowi.
"Sehingga kita harapkan lompatan kualitas sumber daya manusia nanti betul-betul bisa terjadi. Ada peluang besar, ada terobosan untuk melakukan itu," sambung Jokowi.
Wawancara Lengkap dengan Nadiem Makarim
Inilah wawancara Bos Gojek Nadiem Makarim Mendikbud Indonesia, Bocoran Terobosan Pijakan ke Depan Serta Sentuhan Teknologi
Sejak kemarin, Presiden Joko Widodo atau Jokowi bersama Wakil Presiden atau Wapres Maruf Amin telah umumkan kabinet, para Menteri yang menduduki kabinet Indonesia maju.
Di antaranya ada bos Gojek yang sudah tidak asing lagi di dunia start up Indonesia.
Dialah Nadiem Makarim, yang dipercaya Presiden Joko Widodo menduduki jabatan Mendikbud atau Menteri pendidikan dan Kebudayaan.
Sosok Nadiem Makarim tidak memiliki latar belakang di dunia pendidikan meski ditunjuk sebagai Menteri pendidikan dan kebudayaan kabinet Indonesia Maju.
Namun demikian, Nadiem Makarim memilih untuk mengawali pekerjaan besar dengan cara mendengarkan.
Pria kelahiran Singapura, 4 Juli 1984 itu memilih untuk lebih banyak berbicara dengan para pakar pendidikan.
Selama 100 hari pertama Nadiem Makarim akan belajar seperti layaknya seorang murid.
Sebagai langkah pertama, alumnus Harvard Business School Brown University itu tidak ingin memberikan solusi terhadap dunia pendidikan Indonesia.