Viral di Medsos
Layangan Putus Kisah Nyata Mommi Asf yang Viral di Facebook, Ada Kaitannya Pemilik YouTube Ammar TV?
Postingan Layangan Putus kisah nyata Mommi Asf yang viral di media sosial termasuk Facebook, dikaitkan dengan Pemilik YouTube Ammar TV.
Sang suami pun pulang setelah 12 hari menghilang, setelah ditekan dia pun mengakui kalau dia melakukan honeymoon atau bulan madu bersama istri keduanya.
Setelah mengetahui pernikahan suaminya diam-diam, Mommi Asf ini pun memilih untuk bercerai dan berjuang untuk menghidupi anaknya sendiri.
Cerita pilu ini pun sontak saja membuat warganet dibuat geram.
Banyak yang menyebutkan jika akun dakwah mantan suaminya kini bahkan diserang oleh kaum emak-emak hingga memilih untuk menutup kolom komentar.
Hingga berita ini diturunkan belum ada klarifikasi langsung dari kedua pihak mengenai cerita Layangan Putus yang kini tengah viral.
• VIRAL di Facebook, Cerita Layangan Putus, Kisah Nyata Mommi ASF Ditinggal Suami demi Selebgram
• Kisah Nyata Cerita Layangan Putus yang Viral di Facebook Dihapus, Mommi Asf: Saya Bukan Orang Jahat
• Kisah Layangan Putus Viral Instagram dan Facebook Dihapus Mommi ASF, Kisah Suami Religius Selingkuh
Berikut kisah Layang Putus Part 1 dan 2
● PART 1 ●
Layangan Putus
By Mommi Asf
16.32
“mommi aku mau kumon habis ini.” ucap anak sulungku. Aku menatapnya sedikit tak percaya
“abang ngga capek sayang?”
“engga kok, kan aku kumon kan? Matematika ya mommi?”
Aku tersenyum mendengarnya. Kita masih setengah perjalanan menuju rumah dari sekolah.
Amir anak sulungku genap berusia 8 tahun awal bulan ini. Sekarang dia sudah duduk dikelas 2 sekolah dasar. Tahun lalu dia memang mengambil kelas bahasa inggris dan matematika di kumon. Namun kami putuskan untuk berhenti mengambil subjek Bahasa inggris karena Amir lebih tertarik belajar di English First. Lembaga les bahasa asing yang menitik beratkan pada latihan percakapan menggunakan bahasa inggris. Tak berselang lama matematika pun harus dihentikan, sebab bertabrakan dengan jadwal sekolah dan kegiatan ekstrakurikuler.
Tetapi hari minggu kemarin, kudampingi dia mengerjakaan PR di buku tematik. Amir terlihat kepayahan dalam menyelesaikan soal matematika. Padahal saat masih belajar di kumon dia sangat lancar menjawab hitungan sederhana. Iseng aku tawarkan untuk kembali mengambil bimbingan matematika di kumon, dengan catatan berhenti sejenak les di EF, dengan tidak mengambil term selanjutnya. Selain karena sisa waktu nya yang terbatas aku juga mengkhawatirkan biaya nya. Ternyata respon nya cukup baik, terbukti dia menanykan hal ini.
“abang hari ini belum kumon dulu, mommi kan belum daftar ulang, insyaalloh bulan depan ya, doain mommi ada rejeki untuk bayar les kumon nya ya”
“hmm mommi gak punya uang ya?” pertanyaan polos nya membuat aku tersenyum. Tersirat dari ucapan nya, dia mengerti kondisi keuangan kami tidak sebaik tahun tahun sebelumnya, juga ada rasa ngilu karena apa yang diucapkan Amir ada benarnya.
“mmm sekarang beluum.. belum loh bukan TIDAK ada.. kalau buat belajar nya abang, mommi yakin nanti akan ada uangnya.”
Dia mengangguk dan kembali mengikuti lantunan murottal Ibrahim el-haq dari audio mobil.
16.55
45 menit kami berkendara akhirnya sampai dirumah. Kuparkir dengan rapi dan kumatikan mesin mobil.
“abang mandi ya sayang.. seger segerin badanya, istirahat sebentar, sambil siap siap ke masjid ya. Mommi mau bangunin adek ya..”
Amir turun dari mobil dan masuk ke dalam kerumah, sementara aku membangunkan pelan Arya yang tertidur di kursi belakang.
Kukeluarkan barang barang bawaan sekolah anak anak yang masih tertinggal di mobil seraya menggendong putra kedua ku.
Disambut Abi, putra keempatku dari dalam rumah, “mommi….” Dengan membuka kedua tanganya, ia meminta ku peluk.
Aku memang mengajarkan anak anaku setiap kali berjumpa harus saling peluk. Ya kami adalah team hugger.
Tapi kali ini di dekapanku ada Arya, sehingga aku hanya menyambut Abi dengan senyuman dan mimik bahagia.
“Adeeeek… sini sini sini” kuarahkan ia ke sofa ruang tamu, ku letakan pelan Arya yang juga mulai terjaga, kemudian ku dekap erat Abi.
“assalamualaikum sayang…” kuhujani pipinya dengan ciuman bertubi tubi.
“mmmmmmmhhhuuuaaahhh…. “ ia pun membalas mencium pipiku..
Arya yang sudah terbangun kupinta segera menyegarkan diri.
“Alman ngaji mba?” kutanya asisten rumah tanggaku yang sibuk merapikan tas anak anak.
“iya bu..” jawab nya singkat dan berusaha mengajak Abi main keluar
“ayok Abi, main sepeda … biar mami mandi dulu ya”
18.09
Adzan magrib berkumandang. Alman anak ketiga ku pulang kerumah setengah jam yang lalu, ia bersemangat menemuiku dan memamerkan hasil tulisan arab nya yang di nilai 90 oleh guru mengajinya. Bahagia itu sederhana. Dia senang sekali mendapat hadiah permen dari ustadzah karena sudah berhasil menghapal surah AL Asr.
Amir, Arya, dan Alman berlomba meraih tanganku untuk berpamitan, bergegas menuju mushola dan berlari, berlomba siapa yang lebih dulu sampai untuk menunaikan ibadah sholat maghrib.
Haru bahagia menyeruak ke dadaku.
MasyaAlloh.
Bahagia itu sederhana.
Mushola memang tak berjarak jauh dari rumah. Hanya terhalang satu rumah dari tempat kami tinggal. Anak anak sudah biasa berangkat sholat dan mengaji sendiri. Ini salah satu yang membuat aku terus berusaha mempertahankan rumah ini. Lokasi mushola yang sangat dekat dari rumah dan rasa kekeluargaan yang sangat erat antar tetangga ditengah keberadaan minoritas kami, menjadikanku sangat nyaman dan betah disini.