Tak Ada Negosiasi Soal Perairan Natuna, Mahfud: Nenek Moyang Kita Dulu Berlayar Sampai Madagaskar
pemerintah Indonesia tidak akan bernegosiasi dengan pemerintah China terkait persoalan kapal asing di perairan Natuna.
”Dari pantauan terakhir pukul 17.00 WIB, dahsboard pusat pengendalian operasinya Bakamla memantau masih ada lima Coast Guard China yang berada di perairan Natuna. Tapi dari lima Coast Guard itu hanya dua yang berada di garis yurisdiksi (ZEE) Indonesia. Yang tiga berada di luar,” kata Direktur Operasi Laut Bakamla RI, Laksamana Pertama Nursyawal Embun kepada Tribun, Minggu (5/1/2020) kemarin.
Selain kapal Coast Guard China, juga ada beberapa kapal ikan China yang terpantau berada di wilayah perairan Natuna.
”Mereka didampingi dua kapal penjaga pantai dan satu kapal pengawas perikanan China,” kata Panglima Komando Gabungan Wilayah Pertahanan (Pangkogabwilhan) I TNI, Laksamana Madya TNI Yudo Margono dalam konferensi pers di Pangkalan Udara TNI AL di Tanjungpinang, Kepri, Minggu (5/1/2019).
Menurut Yudo, kapal-kapal China tersebut bersikukuh mereka melakukan penangkapan ikan secara legal sekitar 130 mil dari perairan Ranai, Natuna.
• China Ganggu Kedaulatan Indonesia di Natuna, Dianggap Sengaja Menguji Prabowo hingga TNI Siap Tempur
• VIDEO - Kapal Vietnam Tabrak KRI Tjiptadi 381 di Laut Natuna, Indonesia Ajukan Protes ke Vietnam
TNI sendiri mulai menjalankan Operasi Siaga Tempur di Laut Natuna sejak Jumat (3/1/2020). Operasi ini dipimpin langsung oleh Yudo sebagai Pangkogabwilhan I. Dalam operasi ini TNI mengerahkan 600 personel, terdiri dari 1 Kompi TNI AD Batalyon Komposit 1 Gardapati, 1 Kompi Gabungan TNI AL terdiri dari personel Lanal Ranai, dua KRI yakni KRI Teuku Umar 385 dan KRI Tjiptadi 381, Satgas Komposit Marinir Setengar, serta 1 Kompi TNI AU (Lanud Raden Sadjad dan Satrad 212 Natuna).
”Kami juga gencar berkomunikasi secara aktif dengan kapal penjaga pantai China agar dengan sendirinya segera meninggalkan perairan tersebut,” kata Yudo.
Yudo mengatakan, Operasi Siaga Tempur ini tidak memiliki batas waktu dan akan digelar sampai kapal-kapal China betul-betul angkat kaki dari wilayah maritim Indonesia.
”Fokus kami sekarang adalah menambah kekuatan TNI di sana. Besok akan kami gerakkan empat unsur KRI lagi untuk mengusir kapal-kapal itu,” katanya.
Sampai saat ini tindakan yang dilakukan TNI masih bersifat persuasif, yakni dengan memperingatkan kapal-kapal China bahwa mereka sudah menerobos sekaligus menangkap ikan secara ilegal di Laut Natuna.
”TNI mengedepankan upaya damai dalam menangani persoalan ini,” ujar Yudo.
Berdasarkan pantauan TNI, saat ini yang terdeteksi memasuki Laut Natuna hanyalah kapal nelayan China. Kapal nelayan dari negara lain seperti Vietnam tidak berani lagi masuk ke zona tersebut.
"Kapal nelayan Vietnam sudah banyak kami tangkap, jadi mereka tidak berani lagi," kata Yudo.
Di sisi lain Yudo mengatakan hubungan strategis yang sudah terjalin baik antara Indonesia dengan China harus tetap dipertahankan.
”Jangan ada oknum-oknum yang memperkeruh suasana hubungan strategis kedua negara. Jangan sampai memancing situasi menjadi memanas di perairan Indonesia. Kapal-kapal tersebut sudah mengakui bahwa Laut Natuna merupakan Zona Ekonomi Eksklusif (ZEE) Indonesia," ujar mantan Pangarmada I itu.
Yudo menjelaskan, kapal Coast Guard yang berada di Laut Natuna adalah perwakilan dari pemerintah China.