Samarinda Banjir Lagi
Samarinda Utara Paling Banyak Terdampak Banjir, BPBD Sebut Jumlah Korban Peningkatan Dua Kali Lipat
Samarinda banjir lagi. Keberadaan Samarinda sebagai ibukota Provinsi Kalimantan Timur mengalami bencana banjir.
Kepala BMKG Stasiun metereologi kelas III Temindung Samarinda, Reza Arian Noor mengungkapkan, dalam tiga bulan ke depan Samarinda akan masuk dalam musim hujan, dan berada di puncak musim hujan.
“Namun, setelah melewati bulan Januari ini diperkirakan intensitas hujan akan menurun,” ujarnya kepada Tribunkaltim.co melalui telepon selularnya, Selasa (14/1/2020).
“Nanti, saat masuk bulan Februari intensitas hujan akan turun. Tapi, nanti akan naik lagi saat memasuki bulan Maret. Memang, itu sudah kita prediksi. Selama triwulan pertama ini Samarinda memasuki puncak musim penghujan,” lanjutnya.
Soal kenaikan intensitas hujan di bulan Maret mendatang, Reza menuturkan, pola musim penghujan memang seperti itu. Sedangkan puncak musim penghujan sendiri, telah berlangsung sejak Desember tahun 2019-Januari tahun 2020 ini.
“Kalau puncak musim penghujan sejak Desember lalu sampai Januari tahun ini. Sedangkan musim penghujan dari Januari-Maret dengan pola hujan yang berbeda-beda,” tandasnya.
Prediksi lainnya pada musim penghujan Februari-April tahun ini bisa jadi intensitas hujan tidak terlalu tinggi. Akan tetapi, saat memasuki bulan Mei-Juni intensitas hujan semakin tinggi.
“Apabila polanya seperti itu, berarti saat itu menjadi puncaknya musim penghujan. Perlu saya jelaskan pula, puncak musim penghujan itu ada beberapa detailnya. Salah satunya, curah hujan yang penuh terjadi selama sebulan,” katanya.
Musim hujan biasa, intensitas hujan sedang dan lebat. Di puncak musim penghujan, jumlah total curahnya selama sebulan sekitar 400 milimeter. Sedangkan di bulan lainnya cuman 100 hingga 300 milimeter.
“Meskipun hanya 100 milimeter-300 milimeter intensitas hujan di bulan biasa bisa saja lebat. Untuk di Samarinda, memang pantauan kami sejak Sabtu dan Minggu, curah hujan setiap harinya 30-85 milimeter dalam 24 jam. Artinya, Itu termasuk dalam kategori curah hujan sedang hingga lebat," tandasnya.
Di waktu bersamaan pula, Reza membeberkan, curah hujan terbesar terjadi di seputaran Bandara APT Pranoto dengan intensitas air sekitar 80 milimeter. Curah hujan lebih tinggi pun, terjadi di wilayah Samarinda utara
“Curah hujan di wilayah utara lebih tinggi dibandingkan dengan sejumlah kawasan lainnya saat itu. Tapi, kami prediksi, dalam sepekan kedepan wilayah Kaltim khususnya Samarinda akan terjadi hujan dengan curah ringan hingga sedang,” tuturnya.
Perlu diwaspadai, ketika tidak ada hujan selama tiga hari dalam musim hujan dan di puncak musim penghujan. Sebab, setelah itu bisa terjadi intensitas hujan sedang hingga lebat.
“Itu sangat berpotensi terjadi. Bahkan, curah hujan yang terjadi saat itu biasanya diiringi dengan kilat, petir dan angin kencang. Yang tentu saja semakin membuat para petugas meningkatkan kesiagaan mereka,” imbuhnya.
Dikhawatirkan Reza, potensi terjadinya musibah seperti longsor dan pohon tumbang cukup besar. Sehingga, kewaspadaan perlu terus ditingkatkan. Terlebih, diperkirakan dalam dua hari kedepan hujan deras masih akan terus terjadi.
“Kalau dalam dua hari kedepan hujan deras terus terjadi, maka banjir akan terus terjadi. Kewaspadaan juga harus kita tingkatkan. Curah hujan masih kita alami sepanjang Januari ini, karena memang lagi musim penghujan. Juga perlu siaga saat debit air di Bendungan Benanga juga tinggi," tuturnya.
(Tribunkaltim.co/Ichwal Setiawan/Purnomo)