Perayaan Imlek
Jelang Imlek 2020, 25 Patung Dewa di Bersihkan di Klenteng Guang De Miau Balikpapan
Menjelang Imlek 2020 sebanyak 25 patung dewa dewi di klenteng Guang De Miau Balikpapan dibersihkan
Penulis: Miftah Aulia Anggraini | Editor: Samir Paturusi
TRIBUNKALTIM.CO, BALIKPAPAN-Menjelang Imlek 2020 sebanyak 25 patung dewa dewi di klenteng Guang De Miau Balikpapan dibersihkan.
Sejumlah ritual dilakukan warga Tionghoa Balikpapan dalam rangka menyambut perayaan Imlek yang jatuh pada 25 Januari 2020 mendatang.
Mereka mengikuti berbagai rangkaian ritual sebelum memasuki puncak Imlek.
Salah satunya dengan membersihkan patung dewa dewi yang ada di klenteng Guang De Miau, Balikpapan.
Ketua Pengurus klentheng Guang De Miau, Hindro Arie Wijaya mengatakan, pembersihan patung dan tempat ibadah merupakan salah satu tradisi yang tak bisa lepas dari Imlek.
"Sebelum kita membersihkan patung kami menggelar ritual sembahyang dan doa bersama melepas para dewa yang ada di patung ini ke langit.
Jadi kami bersihkan patung dalam kondisi dewa dewi sedang ke langit," ujar Hindro, Sabtu (18/1/20).
Pra Masterplan Ibu Kota Baru Indonesia di Kalimantan Timur Rampung, Pemerintah Bawa ke Internasional
Ramalan Zodiak Cinta Hari Ini Jumat 17 Januari 2020, Virgo Diam-diam Cinta, Taurus Putus Lagi!
Berlabel Bintang di Arema FC, Aji Santoso Ungkap Rencana Mengejutkan untuk Makan Konate di Persebaya
Istri Mencuci di Sungai, Suami Malah Lampiaskan Nafsu Bejatnya ke Anak Kandung
Tampak ada 25 patung dewa dewi yang terdapat di klentheng ini.
Dalam ceritanya, sang dewa dewi tersebut diantar ke langit untuk melaporkan apa saja yang sudah diperbuat umatnya semasa hidup baik di rumah maupun tempat ibadah.
Dengan Dewa utama Ta Pe Kong di kuil atas dan dewa San San Ciu How di kuil yang berada di sebelahnya,
ritual pembersihan patung dengan dimandikan dan digantikan baju ini menjadi ritual suci yang tiap tahun dilakukan.
Sementara itu Hindro menjelaskan, patung dewa dewi ini tidak hanya ada di tempat ibadah umat Tionghoa saja.
Namun, tidak sedikit umat Tionghoa juga memasang patung dewa dewi di rumah masing-masing.
"Setelah dewa pergi ke langit patung tersebut seakan tak berpenghuni jadi kami bersihkan berikut kelenteng dan pernak perniknya," katanya.
Sementara itu, di kesempatan yang sama Tan Lili bersama anaknya mendatangi klentheng untuk menyampaikan rasa syukur telah diberi kemudahan selama tahun 2019.
"Minggu ini merupakan minggu terakhir sebelum imlek, saya harus ke klenteng untuk tetap melestarikan tradisi," kata Tan Lili.
Ia pun mengatakan hal ini merupakan tradisi leluhur yang perlu dilakukan.
Sembahyang akhir tahun pun dirasanya wajib dilakukannya, sebab bertepatan dengan seminggu sebelum datangnya Imlek, waktu di mana para dewa pergi ke kahyangan.
Para dewa diyakininya baru akan kembali pada lima hari setelah Imlek.
Dari penuturannya, puncak sembahyang Imlek biasanya akan terjadi pada tahun baru Imlek.
Umat akan datang berbondong-bondong datang ke klenteng untuk memanjatkan doa agar dimudahkan dalam menjalani kehidupan dalam satu tahun ke depan.
"Semenjak ibu saya nggak ada, saya sekarang yang meneruskan tradisi, saya rasa memang ini penting.
Dan perayaan Imlek sebenarnya dirayakan selama lima belas hari.
Di hari yang kelima belas itu, kita biasanya mengenal sebagai Cap Go Meh," jelasnya.
Tan lili juga mengingatkan jika Imlek berbeda dengan ibadah umat Islam atau Kristiani, Idulfitri atau Natal.
Idul Fitri atau Natal merupakan hari raya keagamaan, sedangkan Imlek sebenarnya bukan hari besar keagamaan.
Namun Imlek adalah tahun baru berdasarkan perhitungan kalender Tiongkok.
“Jadi siapa pun boleh merayakan Imlek, apalagi warga keturunan Cina. Sama halnya kita merayakan tahun baru Masehi,” tutupnya.
Sementara itu, hidup saling bertoleransi jadi harapan pengelola Kelenteng Toa Pek Kong Tarakan di momen Imlek 2020
Hidup saling menghargai adalah wujud dari persatuan dalam masyarakat.
Perbedaan suku, ras dan agama bukanlah penghalang untuk hidup saling berdamping.
Semboyan masyarakat Indonesia selalu sama berbeda-beda tetap satu jua.
Dimana pun semboyan ini selalu didengungkan dan menjadi prinsip dasar hidup secara bersama.
Warga komunitas Tionghoa di Tarakan, Kalimantan Utara pun demikian adanya.
Di momen Imlek tahun 2020 ini, mereka berharap segala kebaikan menghampiri.
“Kita berharap hidup kita selalu damai, rukun, dan bertoleransi dengan sesama manusia dan tahun ini kita berharap hal it uterus tumbuh jah lebih baik lagi dari tahun-tahun sebelumnya,” ucap penjaga Kelenteng Toa Pek Kong, Suwarno (73) saat ditemui, Jumat (17/1/2020).
Jadwal, Lokasi Pernikahan, Teka-teki Sosok Calon Istri Sule Terjawab Sudah, Mendiang Lina jadi Acuan
Jadwal Indonesia Masters 2020 Hari Ini Jumat 17 Januari Live TVRI & Live Streaming 7 Wakil Indonesia
Setelah Rekrut Asisten Luis Milla & Pecat Seto Nurdiantoro, Aroma Borneo FC Kental di PSS Sleman
Update Bursa Transfer Persib, 5 Pemain Masuk dan 2 Keluar, Rekrutan Selanjutnya adalah Striker Asing
Apalagi menurut Suwarno tahun ini adalah tahun Tikus Logam.
Tahun tikus logam ini menurutnya adalah perlambang unsur kelahiran manusia.
“Logam, kayu, api, tanah dan air menjadi satu adalah unsur kelahiran manusia. Tentu harapan kita tahun ini lebih baik dari tahun-tahun sebelumnya,” tutupnya.
100 Lilin Raksasa
Warga Tionghoa di kota Tarakan, Kalimantan Utara, turut bersuka cita menyambut tahun baru Imlek 2020.
Meski perayaan Imlek berlangsung, Sabtu (25/1/2020) mendatang, namun persiapan jauh sudah dilakukan.
Di Kelenteng Toa Pek Kong, Jl Teuku Umar, Kelurahan Pamusian, Tarakan Tengah, misalnya pengelola sudah melakukan pembenahan.
Kelenteng yang dibangun 1906 dan merupakan yang tertua di Tarakan ini sudah mempercantik diri.
Pengelola melakukan pengecatan ulang, beberapa bagian berupa barang yang ada dirapikan ulang.
Termasuk pula menghadirkan hiasan lilin raksasa yang menjadi ciri khas Kelenteng pada perayaan Imlek.
Lilin berjumlah 100 batang atau 50 pasang terpasang di bagian tengah ruangan Kelenteng.
“Ini sudah didatangkan sejak tanggal 13 Januari lalu,” kata penjaga Kelenteng Toa Pek Kong, Suwarno (73) saat ditemui, Jumat (17/1/2020).
Lilin-lilin setinggi lebih dari 150 Cm itu didatangkan langsung dari Surabaya oleh pengelola Kelenteng maupun warga Tionghoa Tarakan yang turut bersumbangsi.
Suwarno menambahkan jika 50 pasang lilin raksasa yang dihadirkan ini memiliki makna tersendiri.
Baginya sesuai dengan kepercayaan warga Tiongkok, terdapat 99 niat baik dan menjadi pengharapan hidup di alam semesta.
“Kami percaya ada 99 niat yang harus diutamakan dan melalui lilin ini digenapkan jadi 100 buah, ini sebagai simbol harapan agar hidup kita kedepan dapat berjalan dengan cerah dan bahagia,” ungkapnya.
Di Kelenteng Toa Pek Kong sendiri pelaksanaan sembayan imlek akan berlangsung mulai 24 Januari 2020 malam hingga 25 Januari 2020 mendatang.(*)
• Direktur Indo Barometer Bandingkan Jokowi dan Anies Baswedan, Usaha Gubernur DKI Jakarta Tak Tampak
• Cara Respon Elit PDIP Pada Kasus Harun Masiku dan KPK Undang Kecurigaan, Rocky Gerung: Masalah Besar
• Tak Hanya Wahyu Setiawan, Sprindik KPK ke Anas Urbaningrum, Setnov dan Menteri Anak Buah SBY, Bocor
• YouTube Najwa, Eks Jubir KPK Bela PDIP Megawati dan Hasto Kristiyanto Pada Kasus Suap Harun Masiku