Adamas Belva Syah Devara Terima 5 Rekomendasi dari Kalimantan Utara, Pengembangan SDM untuk Jokowi

Staf Khusus Presiden RI, Adamas Belva Syah Devara menerima 5 point rekomendasi dari Kelompok Kerja (Pokja) Literasi Provinsi Kalimantan Utara.

Editor: Budi Susilo
Tribunkaltim.co/HO Stafsus Presiden
RESPON - Staf Khusus Presiden RI, Adamas Belva Syah Devara, merespon masukan dari pegiat literasi yang hadir dalam Kemah Literasi Kaltara 2020 di Tarakan, Kalimantan Utara, Sabtu (18/1). Kelompok Kerja (Pokja) Literasi Kaltara memberikan lima point rekomendasi kepada Presiden Joko Widodo untuk meningkatkan keterampilan membaca di Indonesia. Dokumentasi: Forum Guru Tapal Batas (FGTB). 

”Usaha kita menuntaskan pencapaian kompetensi membaca dasar di tingkat SD harus menjadi gerakan arus utama (mainstreaming),” tambah Thajuddin.

Thajuddin mengatakan hasil Asesmen Kompetensi Siswa Indonesia (AKSI) Kemendikbud 2016, menunjukkan 47 persen siswa kelas IV SD Indonesia tidak memiliki keterampilan membaca.

Hasil studi Bank Dunia bertajuk Learning Poverty tahun 2011, menunjukkan sepertiga anak Indonesia yang berusia 10 tahun tidak mampu membaca dan memahami cerita sederhana.

Hasil serupa ditunjukkan Organisasi Kerja Sama Ekonomi dan Pembangunan (OECD) melalui test PISA (Program International Student Assessment) 2018. Hasilnya 7 dari 10 anak Indonesia berusia 15 tahun, kompetensi membacanya di bawah kompetensi minimal.

”Padahal terampil membaca merupakan kunci bagi anak untuk bisa memahami semua mata pejaran, memiliki keterampilan dan berprestasi,” tegas pensiunan Kabid Dikdas Disdikbud Tarakan ini.

Selanjutnya Thajuddin mengatakan, ada lima points yang harus Presiden Jokowi perbaiki.

Pertama: Menuntaskan Kompetensi Dasar Membaca.

Pemerintah harus benar-benar membuat kebijakan untuk memastikan anak tuntas kompetensi dasar membaca paling lambat kelas 3 SD. Kelas awal (kelas 1-3 SD) merupakan fase penting untuk membentuk kesiapan anak belajar di kelas selanjutnya.

Di kelas awal, anak belajar untuk bisa membaca, berhitung dan menulis. Di kelas selanjutnya (kelas 4-6 SD), anak menggunakan keterampilan membaca, berhitung dan menulis untuk mempelajari mata pelajaran lainnya.

Jika anak tidak terampil membaca di kelas 3, maka mereka akan kesulitan belajar dan berkembang di kelas selanjutnya.

Mereka tidak mampu memahami mata pelajaran yang harus dipahami lewat kegiatan membaca. Ketidakberhasil belajar dan berkembang seperti ini disebut Effect Matthew.

Kedua: Penyediaan Buku Non Teks Pelajaran yang Lebih Banyak.

Sangat penting untuk memastikan ketersediaan buku non teks pelajaran yang sesuai dengan usia dan minat anak. Terutama untuk siswa kelas awal.

Selama ini buku-buku yang tersedia di sekolah, perpustakaan, TBM dan masyarakat didominasi buku-buku yang memiliki teks panjang dan isinya tidak menarik bagi anak.

Ketiga: Peningkatan Keterampilan Mengajar Guru, Pegiat dan Relawan Melalui Pelatihan.

Halaman 2 dari 4
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved