Restoran yang Menyajikan Menu Masakan Lezat Khas Negeri Sakura, Nikmatnya Kuliner di Kikugawa
Restoran yang Menyajikan Menu Masakan Lezat Khas Negeri Sakura, Nikmatnya Kuliner di Kikugawa
TRIBUNKALTIM.CO - Restoran yang menyajikan menu masakan lezat khas negeri Sakura, nikmatnya Kuliner di Kikugawa
Suasana halaman parkir restoran Kikugawa terlihat lengang pada suatu pagi menjelang siang.
Di muka restoran tersebut, tulisan kecil "tutup" menggantung di sebuah tiang kayu berwarna hitam.
Hanya ada seorang petugas keamanan yang tengah berjaga di depan restoran tersebut,
Ia kemudian mengantarkan saya ke dalam restoran seraya menunggu Yoanita Dwi Cahyo, General manager restoran tersebut.
Beberapa saat kemudian, Yoanita datang menghampiri saya untuk diwawancarai sesuai dengan kesepakatan yang telah dibuat sebelumnya.
Ia menjelaskan memang jadwal buka restoran Jepang Kukigawa tak seperti restoran pada umumnya yang bertaburan di Ibu Kota.
• Jelang Imlek, Balikpapan Plaza Adakan BPNoodle Festival 2020, Manjakan Pecinta Kuliner Mie
• Rekomendasi Kuliner Legendaris di Kawasan Pecinan Jatinegara Jakarta, Lezatnya Bakmie Jackie
• Salah Satunya Nasi Cumi Pasar Atom 12 Kuliner Malam yang Lezat, Liburan Akhir Pekan di Kota Surabaya
• Promo Tiket Pesawat Menyambut Imlek 2020, Diskon hingga Rp 488 Ribu, Rute Domestik & Internasional

Jam buka Kikugawa mengikuti standar jam buka restoran di Jepang pada umumnya.
Sebagian besar restoran di Jepang, hanya buka pada saat jam makan siang.
"Di Jepang standarnya kayak gitu, jam buka makan siang dan jam makan malam. Bahkan, ada yang buka saat sore aja," terangnya kepada TribunJakarta,com pada Selasa (21/1/2020).
Yoanita menambahkan, pemilik restoran Jepang memangkas pengeluaran dari biaya listrik dan sumber daya manusia sehingga buka saat jam tertentu saja.
Sesi buka pertama pada pukul 11.30 sampai 15.00 WIB dan sesi kedua 17.30 sampai 22.30 setiap hari.
Restoran Kikugawa berlokasi di Jalan Cikini IV No.13, Cikini, Kecamatan Menteng, Jakarta Pusat.
Milik Prajurit Jepang di Indonesia
Kikugawa bukan sekadar restoran yang menyajikan menu masakan lezat khas Negeri Sakura.
Ada nilai historis panjang yang melekat di restoran tersebut.
Kikugawa bisa dibilang menjadi restoran tertua pertama di Jakarta dan salah satu yang tertua di Indonesia.
Yoanita mengisahkan kembali cikal bakal restoran legendaris yang terbentuk sejak 1969 tersebut.
Menurutnya, restoran Kikugawa didirikan oleh Kikuchi Terutake, serdadu asal Jepang yang bertugas di Indonesia sekira tahun 1940-an.
Kala itu, Kikuchi menikahi seorang wanita asal Manado bernama Amelia Paat.
"Usai menikah, mereka pulang ke Jepang. Di Tokyo, mereka membuat restoran namanya Bengawan Solo,' lanjutnya.
Nama Bengawan Solo diambil dari kecintaan Kikuchi dengan lagu populer berjudul serupa karya Gesang.
Saat itu, lagu tersebut banyak memikat hati orang-orang Jepang di tanah air.

Restoran Bengawan Solo mengakomodasi makanan untuk para diplomat dan mahasiswa Indonesia dengan cita rasa khas tanah air.
"Suatu saat pihak pemerintah di era kepemimpinan Ali Sadikin datang ke restoran itu. Dia (Ali) menawarkan ke Ibu Amelia untuk membuat usaha restoran di Indonesia," katanya.
Pasalnya, banyak investor asal Jepang yang mulai berdatangan ke Indonesia sekitar tahun 1960-an.
Yoanita menjelaskan hal itu menjadi salah satu pendorong Amelia untuk mendirikan restoran asal Jepang di Jakarta.
"Akhirnya mereka kembali pulang ke Jakarta. Di sana membangun restoran Kikugawa di sekitar kawasan Cikini. Mereka merekrut orang-orang sekitar sana untuk diajarkan memasak oleh koki dari Jepang," sambungnya.
Di tanah air, mereka membuat restoran bernama Kikugawa. Kiku diambil dari nama Bunga Krisan atau bisa juga berarti kepemilikan.
Sedangkan Kawa atau Gawa berarti sungai.
"Artinya sungai yang mengalir di bawah bunga krisan. Filosofinya, satu karena yang di Jepang bernama Bengawan Solo. Yang kedua supaya bisnisnya mengalir seperti di sungai," ungkapnya.
Kini, kedua pendiri restoran Kukigawa telah tutup usia. Restoran legendaris tersebut pun diteruskan oleh generasi kedua mereka, anaknya yang ketiga.
Mencoba Masakan Otentik, Ume Set
Sembari tanya jawab dengan Yaonita, saya disuguhkan masakan yang termasuk paling banyak dipesan di Kikugawa.
Seporsi Ume set yang terdiri dari, seporsi Sukiyaki, lima potong sushi salmon, tiga helai salmon sashimi, tenpura, yakitori, dan miso sup seketika tersaji di atas meja.
Yoanita menjelaskan jumlah makanan yang disajikan di atas baki itu kebanyakan berjumlah ganjil.
"Sebab, orang Jepang lebih memilih nomor ganjil karena membawa keberuntungan," tambahnya.
Kala mencecap kuah sukiyaki, rasa manis dan asin berpadu menjadi satu di lidah. Tekstur daging Sukiyaki pun terasa lembut dimulut dan mudah untuk dikoyak.
Selaln itu, sejumput shirataki yang direndam di kuah sukiyaki pun terasa kenyal kala dikunyah.
Daging salmon dari sushi dan sashimi pun terasa lembut dan tak menguarkan aroma amis. Sedangkan nasi dari sushi terasa asam lantaran dicelupkan cuka saat proses pengolahan.

Sebenarnya, beberapa set menu yang disajikan lebih murah ketimbang makanan ala carte yang tertera pada menu di Kikugawa.
Yoanita beralasan set menu lebih memberikan banyak pilihan makanan dengan jumlah yang lebih sedikit namun bervariasi.
Di Jepang, restoran yang serupa seperti Kikugawa lebih banyak menyajikan berbagai makanan.
Yoanita mengatakan, sekira 20-an jenis makanan dalam satu set disuguhkan untuk satu orang di sana.
"Ini di Jepang standar makannya seperti ini. Kalau di sini kita bikinnya enggak sama seperti di Jepang, tapi cukup untuk perut orang Indonesia," lanjutnya.
Beberapa menu ala carte yang dijual di Kukigawa di antaranya, soba, udon, nasi kari, sukiyaki, tenpura, hingga hidangan untuk anak-anak.
Sebagian bagian interior restoran sejak dulu masih dipertahankan hingga kini di Kikugawa.
Yoanita mengatakan bangku pengunjung berbahan rotan masih dipakai sejak dulu.
Salah satu ruangan masuk juga dipasang Torii berkelir merah. Di Jepang, Torii digunakan untuk pintu gerbang mengarah ke kuil.
Pihak restoran juga meletakkan Tanuki di seberang meja kasir.
Seperti boneka kucing cina keberuntungan yang melambai, patung tanuki yang menyerupai binatang rakun dipercayai dapat mendatangkan keberuntungan.
Di setiap kusen pintu, tergantung Noren dengan gambar sumo dan kabuki lantaran Amelia dan Kikuchi gemar dengan olahraga sumo.
"Untuk penambahan yang baru, saya pasang kakejiku (Lukisan di dinding) dari Jepang dan sejumlah kipas," sambungnya.
Tak Lekang Dimakan Zaman
Di tengah gempuran restoran Jepang yang lebih fancy dan kekinian, Kukigawa tak lantas runtuh.
Kendati sempat mengalami masa terpuruk, Kukigawa masih bertahan dan belum kehilangan para pengunjung.
Yoanita menjelaskan bahwa Kikugawa memiliki cerita bernilai sejarah yang belum tentu dimiliki oleh restoran lain.
"Kita tetap bertahan mau bagaimana pun. Itu legacy dari Amelia dan Kikuchi. Kita memanfaatkan historisnya. Ada kisah antara prajurit Jepang menikah dengan orang Indonesia. Real story. Kita juga menyajikan menu yang otentik," pungkasnya.
Artikel ini telah tayang di Tribunjakarta.com dengan judul Menikmati Lezatnya Masakan di Kikugawa: Restoran Jepang Tertua di Jakarta