Sering Beri Kritik Tajam ke Pemerintah, Begini Reaksi Rocky Gerung saat Ditanya IPK-nya Waktu Kuliah

Rocky Gerung mengaku meninggalkan Fakultas-fakultas itu bukan karena lelah belajar melainkan karena sudah memahami ilmunya.

Editor: Doan Pardede
Youtube/Rijal Djamal
IPK ROCKY GERUNG - Rocky Gerung saat tampil di channel YouTube, Rijal Djamal 

"Apa sebabnya?," tanya balik Rocky Gerung.

"Karena dia tahu, kalau Rocky datang pasti membawa musibah dan malapetaka," ujar Ali Ngabalin.

"Yang ngundang kampus!," tegas Rocky Gerung.

Perdebatan itu pun disambut tepuk tangan oleh para penonton, kemudian Rocky Gerung dan Ali Ngabalin pun tertawa.

Berusaha menengahi keduanya yang sedang beradu pendapat, Rizal Ramli justru menyambut baik adanya Nadiem Makarim di jajaran kabinet.

Sebelumnya, ia menceritakan perjuangannya untuk menegakkan demokrasi di Indonesia.

"Saya dari tahun 78 dipenjara, 1,5 tahun karena menulis buku kalau Indonesia sistemnya otoriter, merugikan rakyat, buku kecil itu diterjemahkan ke 9 bahasa saat saya masih 22 tahun. Esensinya adalah perjuangan demokrasi itu berbagai generasi, terakhir 98, yang membuat sistem demokrasi itu adalah Pak Habibie. Tapi belakangan sehabis Mega, SBY lumayan tidak ada yang ditangkap," jelasnya.

Kemudian kembai ke soal kabinet Jokowi-Maruf Amin, menteri yang paling baik dan pas menurutnya adalah Nadiem Makarim.

"Saya senang sekali pilihan Pak Jokowi paling baik adalah Nadiem Makarim, bosnya gojek, karena dia out off the box, biasa membenarkan sistem, bikin sistem, bikin proses data," ujarnya.

Rizal Ramli pun optimis pendidikan akan lebih baik lagi di bawah kepemimpinan Nadiem Makarim.

"Nah kalau dia lakukan itu sebagai Mendikbud, dia beresin sistemnya, lebih transparan dan lebih terbuka, insyaAllah dunia pendidikan di Indonesia akan berubah," ungkapnya.

"Aamiin Aamiin," kata Ali Ngabalin.

Namun, ia mengingatkan Nadiem Makarim untuk tidak ikut-ikutan melarang kebebasan berpendapat di dunia pendidikan.

"Nah itu kontribusi positif, tapi kalau Nadiem juga ikut-ikut melarang Rocky atau siapapun, Ngabalin, atau siapa, wah sorry, saya terpaksa saya nggak simpati lagi sama Nadiem," tegasnya.

"Dia kan dari keluarga sangat terbuka, relatif akademik, mulailah kita dengan tradisi beda pendapat, itu biasa banget, apalagi di dunia universitas," tambahnya.

Reaksi Rocky Gerung saat Ditanya Kenapa Selalu kritik Pemerintah Jokowi tapi Tetap Tinggal di Indonesia

Pengamat politik Rocky Gerung menjawab sejumlah pertanyaan yang masuk ke dalam channel YouTubenya Rocky Gerung Official pada Senin (18/11/2019).

Dilansir TribunWow.com, di antara beberapa pertanyaan yang masuk, seorang warganet yang bertanya mengapa Rocky Gerung masih bertahan tinggal di Indonesia.

Sedangkan, Rocky Gerung terus mengkritisi pemerintahan Indonesia.

Menanggapi hal tersebut, Rocky Gerung bereaksi dengan santai.

"Bung Rocky....kapan sih anda menilai yang baik terhadap negara ini... Anda nilai selalu jelek... tapi Anda sendiri masih tinggal di negara ini... aneh-aneh saja Anda," ujar Rocky Gerung membacakan pertanyaan milik akun Abdul Rachim, SE.

Rocky Gerung mengatakan, dirinya sering mendapat komentar serupa sejak dirinya memiliki akun Twitter.

"Ini komen yang biasa saya terima waktu dulu masih punya Twitter rupanya kritik itu berlanjut di YouTube," ujarnya.

Ia membenarkan dirinya memang terus mengkritik pemerintahan.

Namun, dirinya membantah bahwa kritikan itu didasarkan dari kebencian.

"Ya memang saya akan terus memberi kritik, dan berkali-kali saya terangkan, saya mengkritik bukan karena dasar kebencian terhadap negara, itu keliru," ungkapnya.

Rocky Gerung menilai, banyak kebijakan dari pemerintah yang justru membahayakan negara.

"Yang saya kritik adala kebijakan yang justru bisa membahayakan negara," lanjutnya.

Pengamat politik asal Manado ini menegaskan dirinya mencintai negara.

Namun, rasa cintanya itu diungkapkan melalui kritikan.

"Jadi justru karena saya mencintai negara ini dan ingin agar ada supaya jalan pikiran yang masuk akal dari pejabat negara, maka saya kritik," ujar dia.

"Jadi saya tidak mengkritik negara, tapi kebijakan yang d**** dari pejabat negara," imbuh Rocky Gerung.

Lihat videonya mulai menit ke-00:50:

Sebelumnya pada kanal resmi YouTubenya, Rocky Gerung mengomentari nasib politik di Indonesia setelah Pemilihan Umum (Pemilu) 2019 selesai.

Rocky Gerung mengatakan, politik di Indonesia setelah Pemilu ini lebih dari sekadar 'bagi-bagi kekuasaan'.

Namun, 'pembagian kekuasaan' itu disertai dengan rasa bersalah.

"Ya politik Indonesia setelah Pemilu selesai adalah bagi-bagi bukan sekedar bagi-bagi kekuasaan."

"Tapi berupaya untuk saling menutupi rasa bersalah dan itu buruk," ujar Rocky Gerung.

Menurut pengamat politik 60 tahun tersebut, hal itu dapat berdampak buruk bagi demokrasi.

"Kalau sekedar bagi-bagi kekuasaan itu hak, kalau demi tukar tambah rasa bersalah kekuasaan itu dibagi itu buruk bagi demokrasi itu," katanya.

Rocky Gerung menduga, Presiden Joko Widodo (Jokowi) kini merasa terbebani lantaran harus membagi jabatan pada relawannya.

"Sehingga Jokowi akhirnya jadi Sinterklas tapi merasa dia terbebani dengan prestasi orang lain atau sumbangsih relawan," ungkap dia.

Rocky Gerung menilai seharusnya hal itu tak perlu dilakukan.

Pasalnya, relawan merupakan pihak yang pada dasarnya ikhlas membantu Jokowi.

"Sebetulnya tidak perlu dilayani namanya juga relawan, relawan itu ya orang yang paling jujur di dalam politik ya relawan."

"Sekarang terlihat bahwa relawan bukan relawan, tapi orang yang punya pamrih itu dan pamrih itu pasti ditransaksikan dengan presiden pada sebelum pemilu yang lalu itu," tutur Rocky Gerung.

Sehingga, Rocky Gerung menilai keinginan relawan untuk mendapat balasan dari Jokowi dalam merusak etika politik.

"Sekarang terlihat bahwa enggak ada yang disebut relawan Jokowi, semuanya itu adalah pamrih dan pamrih itu harus sekarang dibayar."

"Nah itu pelajaran yang buruk bagi etika politik," kata Rocky Gerung.

Jika yang meminta kekuasaan adalah partai politik maka hal itu dinilai wajar.

"Di dalam teori politik demokrasi itu tidak wajar karena partai jelas minta dari kekuasaan."

"Tapi relawan enggak boleh minta, di mana-mana orang yanng paling mengerti kekuasaan itu harus dirawat dengan kondisi etik maksimal," lanjut Rocky Gerung.

Menurutnya, relawan seharusnya membantu menghasilkan suara bagi kekuasaan, bukan menagih kekuasaan.

"Relawan sebetulnya mensuplay bagian etika, bagian moral dari politik."

"Dia enggak boleh nagih kekuasaan itu itu kacaunya pengertian relawan di Indonesia,"

"Volunteer itu artinya membantu untuk menghasilkan suara bukan untuk menagih suara," ujar Rocky Gerung panjang lebar.

• Sebut Dirut Garuda Dipecat Cuma Pencitraan Erick Thohir, Rocky Gerung: Kurang Puas jadi Tukang Bakso

• Nasib Fadjroel Rachman Usai Senyum & Malah Nostalgia saat Rocky Gerung Tuduh RI 1, Fungsinya Disorot

• Nyawa Rocky Gerung Disebut Terancam, Buntut Tuduhan RI1 Tak Paham Pancasila & Laporan Ditolak Polisi

• Kadang Cuma Mancing, Mahfud MD Pernah Bongkar Watak Rocky Gerung: Suka Tertawa Bila Ucapan Dipercaya

(Tribun Timur / (TribunWow.com)

Sumber: Tribunnews
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved