Cita-cita jadi Dokter Pupus, Kisah Nada Fedulla, WNI Eks ISIS yang Tak Tahu Dibawa Ayahnya ke Suriah

Wacana pemulangan WNI eks ISIS atau Negara Islam Irak dan Suriah terus mencuat dalam beberapa waktu terakhir.

Editor: Doan Pardede
BBC/Quentin Sommerville
Nada Faedullah saat diwawancarai mengenai kisahnya di kamp pengungsian al-Hol, Suriah Utara 

TRIBUNKALTIM.CO - Kisah Nada Fedulla, Warga Negara Indonesia (WNI) eks ISIS atau Negara Islam Irak dan Suriah yang tak tahu dibawa ayahnya ke Suriah, cita-cita jadiDokter kini pupus sudah.

Wacana pemulangan WNI eks ISIS atau Negara Islam Irak dan Suriah terus mencuat dalam beberapa waktu terakhir.

Setelah kekalahannya di Irak (2017) dan Suriah (2019), para kombatan kini ditempatkan di kamp pengungsian khusus yang ada di sejumlah tempat.

Salah satunya adalah kamp pengungsian al-Hol, Suriah Utara, wilayah yang berada di bawah kekuasaan Pasukan Demokratik Suriah atau SDF.

• Prabowo Subianto Sebut tak Masalah Pulangkan WNI eks ISIS tapi Ada Protokolnya, Jokowi : Tidak

• Kisah WNI eks ISIS, Berhenti Sekolah Ikut Ayah ke Suriah tak Sadar Gabung di Organisasi Teroris

• Beda Pendapat Jokowi dan Prabowo Subianto Pulangkan WNI eks ISIS, Menteri Pertahanan Punya Syarat

• Fadli Zon Sebut WNI eks ISIS Adalah Korban, Mahfud MD Dilema, Fachrul Razi Kaji Secara Cermat

Di kamp pengungsian tersebut, terdapat sejumlah WNI yang tengah menanti kepastian nasib mereka, salah satunya adalah Nada Fedulla.

Dalam sebuah wawancara di BBC, Selasa (4/2/2020), Nada Fedulla mengaku dibawa oleh ayahnya ke Suriah sejak 2015 silam.

Saat itu, dia masih duduk di bangku sekolah dan harus merelakan cita-citanya menjadi seorang dokter.

"Saat masih sekolah, saya bercita-cita menjadi dokter dan saya sangat senang belajar," kata Nada kepada BBC.

Menurutnya, dia tak tahu bahwa sang ayah akan membawanya ke Suriah dan bergabung dengan ISIS.

Selain Nada, ayahnya juga membawa anggota keluarga mereka yang lain, termasuk sang nenek.

Memaafkan ayahnya Kendati demikian, Nada mengaku memaafkan keputusan ayahnya tersebut, meski telah memupuskan cita-citanya menjadi dokter.

"Ya, karena dia juga manusia. Semua manusia bisa berbuat kesalahan. Dia sudah meminta maaf kepada saya tentang apa yang dilakukannya," kata Nada.

"Dia sudah meminta maaf dan berusaha memperbaiki kesalahannya. Tapi, dia tak bisa melakukan apa pun karena dipenjara," sambungnya.

Nada juga menceritakan pengalamannya hidup di tengah para kombatan ISIS.

• Ketegasan Jokowi Soal Pemulangan WNI eks ISIS Tak Diikuti Prabowo Subianto, Mardani: Bisa Berantakan

• Baghdadi Tewas, Ini Pemimpin Baru ISIS yang Berjuluk Profesor, AS Tawarkan Rp 68 M untuk Kepalanya!

Ia mengaku pernah melihat pembantaian yang dilakukan di jalanan.

Dengan ketidakjelasan nasibnya saat ini, Nada memiliki keinginan untuk pulang ke Indonesia.

Dia juga merasa lelah dengan kondisinya dan berharap bisa mendapatkan maaf dari orang Indonesia.

660 WNI diduga teroris lintas batas

Berdasarkan data Kementerian Koordinator Politik, Hukum, dan Keamanan (Kemenko Polhukam), setidaknya ada 660 WNI yang diduga menjadi teroris lintas batas.

Beberapa dari mereka bergabung dengan ISIS di Suriah, Irak, dan sejumlah negara lain.

Hingga saat ini, pemerintah masih terus melakukan pembahasan soal rencana pemulangan WNI eks ISIS tersebut.

Bahkan Presiden Joko Widodo secara pribadi menyampaikan keengganannya untuk memulangkan mereka. Namun, dia mengaku bahwa keputusan itu masih dirapatkan oleh pemerintah.

"Ya kalau bertanya kepada saya (sekarang), ini belum ratas (rapat terbatas) ya. Kalau bertanya kepada saya (sekarang), saya akan bilang tidak (bisa kembali). Tapi, masih dirataskan," ujar Jokowi di Istana Negara, Jakarta, Rabu (5/2/2020).

• Anak Buah Pemimpin ISIS Abu Bakar al-Baghdadi Berhianat, Lokasi Persembunyian Dibocorkan

• Kronologi Tewasnya Pimpinan ISIS Abu Bakar Al-Baghdadi, Donald Trump Tonton Langsung Penyerbuan

Pemerintah Susun Dua Draf Terkait Pemulangan WNI Eks ISIS

Pemerintah sudah membentuk tim terkait wacana pemulangan 600 warga negara Indonesia (WNI) yang terlibat dalam kelompok teroris ISIS.

Tim itu sedang memproses terbentuknya dua draf yang berisi tentang penolakan dan persetujuan pemulangan tersebut.

Hal itu disampaikan oleh Tenaga Ahli Kantor Staf Kepresidenan (KSP) Ali Mochtar Ngabalin ketika diwawancara di Universitas Brawijaya (UB) Kota Malang, Sabtu (8/2/2020).

Tentara Irak memperlihatkan bendera ISIS yang diperoleh setelah mereka merebut pertahanan ISIS di sebuah desa di sisi timur kota Mosul.
Tentara Irak memperlihatkan bendera ISIS yang diperoleh setelah mereka merebut pertahanan ISIS di sebuah desa di sisi timur kota Mosul. (BULENT KILIC / AFP VIA KOMPAS.COM)

“Saat ini, ada tim yang dibentuk oleh pemerintah termasuk di dalamnya Badan Nasional Penanggulangan Teroris (BNPT). Tim itu membuat dua draf. Draf pertama menolak dengan regulasi yang ada. Yang kedua, draf yang disiapkan oleh pemerintah adalah menerima kembali menjadi warga negara Indonesia, tapi ada persyaratannya,” kata Ngabalin.

Ngabalin mengatakan, alasan penolakan itu berdasarkan pada Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2006 tentang Kewarganegaraan.

Seorang warga negara Indonesia yang masuk tentara asing atau berada di luar negeri selama lima tahun tanpa ada kabar dengan kemauan sendiri dianggap hilang status kewarganegaraannya.

“Siapa yang kehilangan hak kewarganegaraannya. Masuk tentara asing, lima tahun di luar negeri tidak mengabarkan. Kemudian atas kemauannya sendiri dan seterusnya,” kata dia.

Draf itu ditargetkan selesai pada Maret atau April.

Setelah itu, Presiden Joko Widodo akan memutuskan apakah akan menerima pemulangan itu atau menolaknya.

“Diputuskan apakah diterima atau tidak. Karena presiden yang punya kewenangan,” kata dia.

Secara pribadi, Ngabalin menolak wacana pemulangan tersebut.

Sebab, status kewarganegaraan WNI eks ISIS itu sudah hilang karena mereka sudah tergabung dengan tentara lain selain tentara Indonesia.

“Jangan dikasih pulang. Dia pergi sendiri ke luar negeri. Dia robek-robek paspornya. Dia bilang pemerintah itu thogut, dia bilang pemerintah itu ilegal, dia bilang pemerintah itu kafir,” ungkap dia.

Ngabalin menilai, banyak bahaya yang bakal ditimbulkan WNI terduga teroris pelintas batas itu.

Sebab, ideologi yang tertanam di dalam benak mereka sudah menyimpang dari ideologi yang dianut di Indonesia.

“Lebih banyak bahayanya. Siapa yang bisa menjamin di otaknya. Fisiknya bisa rusak, tapi kalau ideologi belum tentu. Karena itu sudah menjadi akidahnya," ujar dia.

Ngabalin mengatakan, sebenarnya tidak ada rencana pemerintah untuk memulangkan WNI tersebut.

Menurutnya, mereka sendiri yang menginginkan kembali ke Indonesia.

“Bukan pemerintah yang mau. Dia yang mau kembali. Terkatung-katung di sana,” ungkap dia.

• Baghdadi Tewas, Ini Pemimpin Baru ISIS yang Berjuluk Profesor, AS Tawarkan Rp 68 M untuk Kepalanya!

• Anak Buah Pemimpin ISIS Abu Bakar al-Baghdadi Berhianat, Lokasi Persembunyian Dibocorkan

• Kronologi Tewasnya Pimpinan ISIS Abu Bakar Al-Baghdadi, Donald Trump Tonton Langsung Penyerbuan

• Mengenal Sosok NAS, Terduga Teroris Pendukung ISIS Menikahkan Pelaku Penusukan Menkopolhukam Wiranto

(Kompas.com)

Sumber: Kompas.com
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved