Selamatkan 20 Nyawa Siswa Susur Sungai, Pemancing di Sungai Sempor Loncat dari Ketinggian 3 Meter
Selamatkan 20 nyawa Siswa susur Sungai, Pemancing di Sungai Sempor loncat dari ketinggian 3 meter
TRIBUNKALTIM.CO - Selamatkan 20 nyawa Siswa susur Sungai, Pemancing di Sungai Sempor loncat dari ketinggian 3 meter .
Musibah yang menimpa siswa SMPN 1 turi saat melakuakn susur sungai masih diingat betul oleh Darwanto .
Saat kejadian berlangsung ia sebenarnya berniat memancing bersama adiknya .
Musibah Jumat (21/2/2020) sore di Sungai Sempor, Donokerto, Turi, Sleman merenggut nyawa 10 siswa SMPN 1 Turi.
Saat mereka tengah menyusuri sungai mendadak banjir datang.
Anak-anak berseragam pramuka itu menjerit ketakutan.
• Susur Sungai SMPN 1 Makan Korban, Sultan Hamengku Buwono X : Pimpinan Sekolah Bisa Bertanggung Jawab
• Ketua Kwartir Pramuka Kukar Turut Duka Cita, Kejadian Pelajar SMPN 1 Digulung Air Saat Susur Sungai
• Cerita Korban Selamat Peristiwa Susur Sungai Siswa SMPN 1 Berhasil Naik ke Tebing Berkat Sosok Ini
• Korban 13 Tahun Ini Dimakamkan Tepat Hari Ulang Tahunnya, Kisah Pelajar Ikut Susur Sungai SMPN 1
Mendengar jeritan minta tolong bersahutan, seorang warga Kembangarum Wetan Kali, Donotirto, Turi, Darwanto (37) langsung bergegas mencari sumber suara.
Saat itu, pria yang akrab disapa Kodir itu tengah dalam perjalanan menuju sungai untuk memancing ikan.
Sontak alat pancingnya dibuang, lalu lari ke arah sungai.
Berada di tebing setinggi tiga meter, Kodir melihat anak-anak itu berjuang untuk bertahan dari gempuran arus.
Ada yang pegangan kayu, batu, dan tidak sedikit yang terseret.
Kodir memutuskan untuk melompat dan meraih satu per satu anak.
Ia bawa mereka ke pinggir sungai.
Wartawan Tribunjogja.com, Hendy Kurniawan dan Sigit Widya mendapat kesempatan wawancara khusus dengan Kodir.
Berikut petikan wawancaranya:
Tribun: Bagaimana ceritanya hingga Anda datang menolong anak-anak itu?
Sore itu, saat akan memancing bersama adik saya sekitar pukul 14.30 WIB, saya mendengar teriakan bocah-bocah dari arah sungai.
Saya spontan membuang joran, lalu berlari ke sumber suara.
Dari tebing saya melihat puluhan anak berada di dasar sungai.
Sebagian berada di pinggir sambil memegang tebing, sebagian lagi berada di tengah sungai sambil memegangi batu.
Kondisi air masih sangat deras.
Tribun: Apa yang kemudian Anda lakukan?
Saya seketika loncat dari ketinggian tiga meter.
Saya tak perlu pikir panjang, apalagi saya sudah hafal betul kondisi sungai di sekitar situ.
Setelah nyebur di air, saya segera mengevakuasi anak-anak yang memegangi batu di tengah sungai.
Saya bawa mereka satu per satu ke pinggiran yang bisa dinaiki.
Ada yang saya bawa ke kiri sungai, ada yang ke kanan sungai. Saya bawa mereka naik.
Tribun: Bagaimana kondisi siswa yang berada di pinggir sungai sambil memegangi tebing?
Adik saya ikut turun. Adik saya yang mengevakuasi mereka.
Saya fokus menolong anak-anak yang berada di tengah, adik saya mengevakuasi yang berada di pinggir.
Selama mengevakuasi anak-anak, saya tak melihat ada siswa maupun siswi hanyut terbawa arus.
Semua bertahan, dengan cara memegangi apapun yang ada di sungai.
Tribun: Berapa anak yang Anda evakuasi?
Total anak yang saya evakuasi lebih dari 20 orang. Enam anak dalam kondisi lemas. Banyak perempuannya.
Tribun: Selain Anda dan adik, siapa lagi yang menolong anak-anak?
Di tempat lain di sungai, saya juga melihat beberapa warga mengevakuasi siswa-siswi yang berada di pinggir sungai sambil memegangi bebatuan.
Mereka membantu pakai tali.
Tribun: Berapa lama Anda melakukan evakuasi itu?
Setelah semua terevakuasi dan berada di atas tebing, saya coba mencari tangga bambu.
Gunanya untuk menyeberangkan mereka ke jalur yang memungkinkan untuk dilalui.
Proses evakuasi yang saya lakukan berlangsung lebih kurang tiga jam dari pukul 14.30 sampai 17.30.
Setelah menolong, saya pulang.
Habis maghrib saya balik lagi, nyari lagi.
Nengok di lembah Sempor, sampai pukul 21.30, terus ada yang ketemu satu lagi itu. Iya meninggal.

Firasat terakhir korban susur sungai
Ada firasat terakhir korban tewas aksi Pramuka susur Sungai Sempor, sepatu bolong dan uang jajan dobel.
Duka cita mendalam menyelimuti keluarga korban tewas susur Sungai Sempor, di Sleman, Yogytakarta.
Termasuk Suraji, ayah Yasinta, yang merupakan salah satu siswi SMP yang jadi korban susur Sungai Sempor.
Diketahui, tanpa diduga, ratusan Siswa SMP tersebut digulung arus deras Sungai Sempor yang datang tiba-tiba dari hulu.
Satu dari dua korban terakhir yang ditemukan dalam tragedi susur Sungai Sempor di Sleman, Yasinta Bunga Maharani, dimakamkan di Dadapan Wetan, Minggu (23/2/2020) pukul 14.00 WIB.
Saat masih berada di rumah duka, warga yang melayat saling mengucapkan berbelasungkawa atas kepergian Yasinta.
Kedua orangtua korban yakni Suraji dan Hesti, hanya bisa mengangguk dan tak kuasa menahan kesedihan atas kepergian sang anak.
Mengutip TribunJogja.com, saat Tribun Jogja menyampaikan duka cita dan mendoakan agar Yasinta diberi jalan terbaik, Suraji menyampaikan terima kasih atas semua doa dari pelayat.
"Matur nuwun, matur nuwun (terima kasih, Red). Aamiin," jawab Suraji di rumah duka di Dadapan, Wonokerto, Turi, Sleman, Minggu (23/2/2020).
Kedua orangtua Yasinta terus menyampaikan rasa terima kasihnya atas kunjungan dari para pelayat, sembari menggenggam tangan mereka.
Ketua RT 06, Subardi mengatakan, Suraji dan Hesti sangat terpukul atas kepergian Yasinta atas tragedi susur sungai pada Jumat (21/2/2020) lalu.
Ia mengatakan, Suraji bahkan ikut turun ke sungai untuk mencari keberadaan Yasinta.
Subardi mengungkapkan, Yasinta dikenal sebagai anak yang cerdas.
Selain itu, Yasinta juga aktif mengikuti kegiatan pemudi di kampungnya.
"Kami (warga) pun sangat kehilangan. Yasinta ini anak pintar, aktif di pemudi kampung.
Orangtuanya juga aktif dalam kegiatan di sini," ungkap Subardi.
Ayah Yasinta, Suraji (61) berusaha tegar saat jenazah Yasinta dimakamkan.
Diketahui, Yasinta merupakan anak semata wayang Suraji.
Ia sempat mencari keberadaan sang anak di sungai, sebelum jenazah Yasinta ditemukan.
“Saya gelisah.
Pas habis Subuh, saya langsung ke dekat posko itu. Turun lewat jembatan."
"Saya nyusur sendiri, sampai saya keram di sana, hampir enggak gerak. Untung ternyata ada keluarga yang ikut juga,” ungkap Suraji, dikutip dari TribunJogja.com, Minggu.
Ia mengungkapkan, telah mencari keberadaan Yasinta dari sekolahnya hingga ke Puskesmas.
Namun, Yasinta baru bisa ditemukan pada Minggu pagi, saat penutupan operasi pencarian.
“Mulai Jumat sore itu, saya sudah tidak sabar.
Saya cari infonya di mana- mana, sekolah saya datang, ke SWA (klinik), posko SAR, Puskesmas, semua lah."
"Setiap ada kabar ada korban ketemu, saya datang, ternyata bukan anak saya."
"Ada lagi korban di Puskesmas, 3 kali saya bolak-balik, terakhir jam 2 malam, katanya ada yang mau dicocokin, ternyata bukan anak saya.
Makanya saya turun subuh subuh itu,” jelas Suraji.
Kenangan Terakhir
Ia mengatakan, Yasinta meminta uang jajan dua kali lipat daripada biasanya saat berpamitan untuk berangkat pramuka.
“Tumben, hari itu dia minta uang jajan dobel sambil merengek ke saya."
"Tapi bukan dia suka maksa lho, biasa itu manja-manja dia kalau sama saya, sambil ketawa-tawa kok kalau merengek itu, sama Ibunya juga,” ungkap Suraji.
Ia juga mengungkapkan, persiapan yang dilakukan oleh Yasinta sebelum berangkat pramuka.
“Pas berangkat, dia pakai jilbab, terus ditutup topi Pramuka. Sudah lama dia enggak pakai anting-anting, dia copotin titip ke ibunya."
"Sebelah sepatunya bolong bekas terbakar waktu kegiatan minggu lalunya, tapi masih dipakai dulu,” tambahnya.
Permintaan Terakhir
Suraji mengatakan, Yasinta sempat minta dibelikan hadiah sepatu baru di hari ulang tahunnya, karena sepatu yang lama bolong.
Namun, Suraji belum bisa membelikan hadiah sepatu, karena dagangannya masih sepi.
Rencananya, Senin besok Suraji ingin menepati janjinya untuk membelikan sepatu untuk Yasinta.
• Susur Sungai Pramuka Berakhir Nestapa, Zidan Teriak Gulungan Banjir Datang, Bambu Media Penyelamat
• Kegiatan Pramuka Susur Sungai, Ratusan Siswa SMPN di Sleman Terseret Arus Banjir, Ini Kejadiannya
• Serunya Petualangan Sherina Munaf Kelilingi Wisata Alam di Lokasi IKN, Susuri Sungai, Lihat Bekantan
• Saat Susuri Sebuah Desa di Bandung, Tim Jurnalrisa Bahas KKN di Desa Penari, Suara Gamelan Disorot
“Pas ulang tahun kemarin, Saya belum bisa kasih hadiah, ya dia tanya 'bapak enggak ngasih hadiah ulang tahun?'”, ujarnya menirukan Yasinta, dikutip dari TribunJogja.com, Minggu.
“Sekarang belum, nanti ya, jualan baru sepi," jawabnya.
“Rencananya besok mau saya ajak beli sepatu untuk hadiah ulang tahun kemarin,” jelas Suraji. (*)
Artikel ini telah tayang di Tribunnews.com dengan judul Cerita Pemancing Selamatkan Nyawa 20 Siswa Hanyut Saat Susur Sungai: '6 Orang Dalam Kondisi Lemas', https://www.tribunnews.com/regional/2020/02/24/cerita-pemancing-selamatkan-nyawa-20-siswa-hanyut-saat-susur-sungai-6-orang-dalam-kondisi-lemas?page=all.