Sejarah Hari Ini

SEJARAH HARI INI 7 Maret: Alexander Graham Bell dan Hak Paten Telepon, Bermula dari Cinta Tunarungu

Sejarah Hari Ini, 7 Maret, tepatnya 144 tahun silam, Alexander Graham Bell menerima hak paten untuk penemuannya, yaitu alat komunikasi telepon.

Penulis: Syaiful Syafar | Editor: Doan Pardede
trdergisi.com
SEJARAH HARI INI 7 Maret: Alexander Graham Bell dan Hak Paten Telepon, Bermula dari Cinta Tunarungu 

TRIBUNKALTIM.CO - Sejarah Hari Ini, 7 Maret, tepatnya 144 tahun silam, Alexander Graham Bell menerima hak paten untuk penemuannya, yaitu alat komunikasi telepon

Namun, hak paten penemuan telepon yang diklaim oleh Alexander Graham Bell itu menuai kontroversi.

Benarkah Alexander Graham Bell orang pertama yang menemukan telepon?

Diketahui, saat menerima hak paten atas penemuan telepon, Alexander Graham Bell masih berusia 29 tahun.

Hak paten atas penemuan telepon itu diterima Alexander Graham Bell pada 7 Februari 1876, atau tepatnya 143 tahun silam.

Berikut fakta-fakta tentang Alexander Graham Bell dan penemuannya soal telepon.

SEJARAH HARI INI 6 Maret: Real Madrid Lahir dari Perpecahan, Klub Penggagas Copa del Rey

SEJARAH HARI INI 6 Maret: HUT Kostrad, Satuan Baret Hijau TNI yang Lahir dari Konflik Irian Barat

SEJARAH HARI INI 3 Januari, Benito Mussolini Mendeklarasikan Pemerintahan Diktator Fasis di Italia

SEJARAH HARI INI 1 Januari, Jenderal Purn TNI TB Simatupang Meninggal Dunia, Ini Rekam Jejaknya

Berawal cinta tunarungu

Alexander Graham Bell adalah penemu kelahiran Skotlandia, 3 Maret 1847.

Ia bekerja di London bersama ayahnya, Melville Bell, yang mengembangkan 'Visible Speech'.

Visible Speech adalah sebuah sistem tulisan untuk melatih penyandang tunarungu agar bisa berbicara.

Ibunya, Eliza Grace Symonds Bell, termasuk seorang penyandang tunarungu.

Meskipun tuli, ibunya mampu mengajari ketiga anaknya termasuk Alexander Graham Bell hingga berusia 10 tahun.

Pada 1870-an, Alexender Graham Bell dan ayahnya pindah ke Boston, Massachusetts, AS.

Di kota itu Alexander Graham Bell bekerja sebagai guru di sekolah khusus tunarungu, Pemberton Avenue School.

Saat bekerja di sekolah itulah Alexander Graham Bell bertemu salah seorang muridnya, Mabel Hubbard.

Alexander Graham Bell kemudian jatuh cinta dan menikahi Mabel Hubbard.

(netdna-ssl.com)

Mabel Hubbard yang berumur lebih muda 10 tahun dari Bell adalah seorang yang tuli, tetapi dia bisa mengerti percakapan melalui pembacaan bibir.

Antusiasme Bell mengajar tunarungu kian meningkat, sambil melakukan penelitian menggunakan sebuah mesin telegram yang mampu mengirimkan beberapa pesan secara bersamaan.

Selama di Boston, Alexander Graham Bell mulai tertarik dengan kemungkinan melakukan transmisi suara lewat kabel.

Telegraf yang ditemukan FB Morse pada 1843 membuat komunikasi antara dua tempat yang berjauhan bisa dilakukan.

Namun, kekurangan telegraf adalah masih membutuhkan pengantaran pesan manual antara stasiun telegraf dengan si penerima pesan.

Kelemahan lain adalah hanya satu pesan yang bisa dikirimkan dalam satu kali kesempatan.

Alexander Graham Bell ingin memperbaiki kelemahan itu dengan mengembangkan apa yang dia sebut sebagai "telegraf harmonis" yang menggabungkan teknologi telegraf dan perekam suara.

Dia berharap cara ini bisa membuat seseorang bisa berbicara dengan orang lain di tempat yang berjauhan.

Dibantu Thomas A Watson, seorang pegawai toko elektronik di Boston, Alexander Graham Bell mengembangkan sebuah prototipe telepon.

(wikimedia.org)

Dalam telepon pertama ini, gelombang suara muncul akibat adanya arus listrik yang berbeda baik dalam intensitas maupun frekuensinya.

Perbedaan frekuensi dan intensitas ini menyebabkan getaran pada lempengan besi tipis yang disebut diafragma.

Getaran-getaran itulah yang secara magnetis ditransfer ke jaringan kabel lain yang menghubungkan satu diafragma ke diafragma lain di jarak yang berjauhan.

Saat difragma itu bergetar, suara asli akan direplikasi ke telinga alat penerima dan seseorang di ujung yang lain bisa mendengar suara rekannya di tempat yang berbeda.

Tiga hari setelah menerima hak paten, telepon ciptaan Alexander Graham Bell membawa pesan pertamanya yang amat terkenal.

"Tuan Watson, kemarilah. Saya membutuhkanmu," kata Alexander Graham Bell kepada asistennya itu.

Alexander Graham Bell akhirnya berhasil menuntaskan pembuatan telepon pertama setelah menikah dengan Mabel yang pada waktu itu berusia 18 tahun.

Alexander Graham Bell lantas menulis surat yang ditujukan untuk istrinya yang isinya menyatakan jika telepon ciptaannya merupakan hasil gabungan dari perasaan dan keingintahuannya pada Mabel.

Telepon tersebut juga menjadi harapan Bell untuk mendapatkan uang sebagai bekal untuk menempuh kehidupan rumah tangga yang lebih baik.

Walaupun Alexander Graham Bell penemu telepon, dia tidak pernah menelepon istri dan ibunya karena mereka tunarungu.

Digugat oleh penemu telepon pertama

Lebih dari seabad dan di seluruh penjuru dunia, Alexander Graham Bell dikenal sebagai penemu telepon.

Tetapi pada tanggal 11 Juni 2002 di kongres Amerika Serikat, Antonio Meucci ditetapkan sebagai penemu telepon.

Namun sayang, Antonio Meucci tak bisa turut bahagia oleh keputusan itu, karena beliau telah wafat lebih dari seabad silam, pada tanggal 18 Oktober 1889 pada usia 81 tahun.

(wikimedia.org)

Antonio Meucci menemukan telepon pada tahun 1849, sedangkan Bell mematenkan telepon pada tahun 1876.

Bagaimana kisahnya?

Dilansir The Guardian, Kamis (21/5/2015), Antonio Meucci lahir di San Frediano, dekat kota Firenze, Italia pada tahun 1808.

Dia adalah lulusan Akademi Kesenian Firenze, lalu bekerja di Teatro della Pergola sampai tahun 1835, dan kemudian ditawari pekerjaan di Teatro Tacon in Havana, Kuba dan berimigrasi di sana bersama istrinya.

Pada waktu senggangnya Antonio Meucci suka melakukan penyelidikan terhadap sesuatu dan menciptakan barang-barang baru tanpa putus asa.

Antonio Meucci telah mengembangkan cara menggunakan setrum listrik untuk menyembuhkan penyakit dan menjadi populer karenanya.

Pada tahun 1850, dia pindah ke Staten Island, New York.

Pada saat itu Antonio Meucci jatuh miskin, tetapi masih terus menyempurnakan alat yang telah diciptakannya yaitu telepon.

Dikarenakan ia sakit keras dan perekonomian yang sulit, istrinya, Ester, terpaksa menjual beberapa alat-alat ciptaannya hanya seharga USD 6 (sekitar Rp 78 ribu) untuk biaya pengobatan.

Setelah sembuh, Antonio Meucci bekerja keras siang dan malam untuk kembali membuat alat-alat ciptaannya.

Pada tahun 1871, disebabkan tak cukup uang untuk membayar paten telepon, ia hanya membayar paten sementara yang berlaku untuk setahun dan harus diperpanjang pada tahun selanjutnya.

Antonio Meucci mencoba untuk mendemonstrasikan potensi "telegraf berbicara" ini serta membawa model dan segala keterangannya pada wakil ketua perusahaan telegraf Western Union.

Akan tetapi, setiap kali Meucci hendak menemui wakil ketua ini, Edward B.Grant selalu mengatakan bahwa dia tak ada waktu.

Dua tahun kemudian, saat Antonio Meucci meminta kembali semua materi telepon di perusahaan tersebut, ternyata mereka hanya mengatakan telah hilang.

Pada tahun 1876, Alexander Graham Bell mematenkan telepon sebagai penemuannya, padahal yang menemukan adalah Meucci, dan Bell hanya mematenkan saja.

Setelah Antonio Meucci mengetahuinya, ia memanggil seorang pengacara untuk memprotes pada Kantor Paten Amerika Serikat di Washington.

Namun Antonio Meucci mengalami kekalahan untuk kasus ini.

Seiring berjalannya waktu, kebusukan dari Bell pun terungkap, setelah adanya permusuhan antara Alexander Graham Bell dengan Western Union, tersingkap rahasia bahwa Bell sebelumnya telah menyetujui membayar dua puluh persen keuntungan komersil atas "penemuannya" selama 17 tahun kepada Western Union.

Isi Ramalan Alexander Graham Bell yang Terbukti pada 2017

Ada beberapa hal yang lebih dibenci Alexander Graham Bell daripada musim panas di Washington, D.C.

Dia biasanya melarikan diri ke perkebunannya di Nova Scotia.

Namun, sebuah kewajiban yang berlangsung selama setahun memaksanya tinggal di ibukota yang lembab.

Dengan suhu 37 derajat celcius yang menyengat kulit, ia heran, mengapa manusia dapat memikirkan cara menghangatkan rumah, tetapi tidak dengan cara mendinginkannya.

Di dekatnya, Presiden Woodrow Wilson telah memasang pabrik es yang menurunkan suhu di Gedung Putih hingga 26 derajat.

Saat Bell membacanya di koran, dia telah mengalahkan sang presiden.

Pemompa udara dingin—alat aneh yang dirancangnya—telah menurunkan suhu di kamarnya hari itu sampai ke suhu 18 derajat.

Ketika Alexander Graham Bell berusia 69 tahun, ia menceritakan kisah ini dalam sebuah pidato kelulusan di McKinley Manual Training School tahun 1917.

Para siswa menjadi liar dan menjadi-jadi dengan tepuk tangan mereka.

Sebuah surat kabar lokal melaporkan, ia dipaksa berdiri dari tempat duduknya untuk menyampaikan ulang pidato tersebut.

"Bisakah perangko digunakan pada transportasi manusia?,” tanya Alexander Graham Bell.

Dia pernah berpikir untuk mengenakan tarif rata-rata pada transportasi umum, tetapi biaya untuk membangun jalan tambahan terlalu tinggi.

"Mungkin, ujarnya mengambil risiko, mesin terbang akan menjadi solusinya," tulis surat kabar yang mengulasnya.

Pidato Bell—yang disebut sebagai "Prizes for the Inventor: Some of the Problems Awaiting Solution"—merefleksikan adanya sebuah kemajuan abad dan visioneritas dengan pandangan ke masa depan yang luar biasa.

Di dalamnya, ia mengagumi kemajuan yang dibuat pada abad lalu: penerangan dari gas yang telah berkembang menjadi bola lampu listrik, manusia bisa "melihat detak jantungnya sendiri", dan mobil menjadi kendaraan pengganti delman.

Prediksinya pun berlanjut pada pesawat komersial, panel surya, dan kebutuhan akan sumber daya yang berkelanjutan.

Gilbert Grosvenor, menantu Alexander Graham Bell dan editor majalah National Geographic, belakangan meminta teks tersebut dan menerbitkan versi revisinya dalam edisi Februari.

Kini, seratus tahun kemudian, ramalan dan peringatan Alexander Graham Bell terus berlanjut.

Alexander Graham Bell dibesarkan di era ketika sekolah "melahirkan sarjana ketimbang ilmuwan", katanya kepada siswa di McKinley saat di panggung.

Namun, abad yang lalu telah melahirkan sebuah penemuan luar biasa, yakni dari telegraf ke foto.

"Saya sendiri belum cukup tua, tetapi saya dapat mengingat hari-hari ketika belum ada telepon,” ujar orang pertama yang mematenkan telepon itu yang disambut dengan gemuruh tepuk tangan.

Seiring masuknya Amerika ke dalam Perang Dunia I, ia berjanji bahwa "orang sains akan dihargai di masa depan, tidak seperti yang pernah dia alami sebelumnya".

Menurut anggapannya sendiri, Bell pada saat itu sedang berada di puncak intelektualnya.

Pada dekade sebelumnya, dia bekerja untuk membangun kapal tercepat di dunia (yang menciptakan pada tahun 1919), mengusulkan sumber energi terbaru berkelanjutan, dan terus-terusan membuat sketsa mesin terbang (alat yang dia gambarkan dalam artikel tahun 1892 menyerupai helikopter yang ditemukan 40 tahun kemudian).

Setahun setelah Wright bersaudara menerima hak paten mereka, layang-layang Bell mampu menerbangkan temannya hingga 160 kaki.

Pada tahun 1915, dia melakukan panggilan telepon pertama dari pantai ke pantai dan segera setelah itu, seorang pria di Virginia berkomunikasi dengan pria di Menara Eiffel dalam transmisi transatlantik pertama.

Alexander Graham Bell meramalkan hari ketika panggilan—dan "operasi mekanis"—bisa dibuat tanpa kabel.

Dia juga meramalkan bahwa suatu saat nanti, alat tersebut akan “menggusur” pembuatnya: "Di setiap tangan, kita melihat bagaimana mesin dan kekuatan motif buatan menggantikan hewan dan tenaga manusia."

Murid-murid McKinley pun terpesona.

"Dia membawa penonton ke dalam kepercayaan dirinya dan membuat mereka merasa bahwa dia sedang mengungkapkan rahasia dari buku catatan ilmiahnya," sebuah surat kabar melaporkan.

Alexander Graham Bell lalu membuat tambahan harian ke dalam buku catatannya yang legendaris: sketsa temuan, renungan, dan kliping pers.

Di rumahnya di Nova Scotia, lebih dari 30 pria bekerja untuk mewujudkan gagasan Alexander Graham Bell.

Beberapa di antaranya cukup sederhana seperti sebuah sistem tali untuk membuka dan menutup jendela sehingga ia tidak perlu bangun dari tempat tidur saat membaca.

Sementara itu, sisanya merupakan usaha besar: Bell menghabiskan beberapa dekade untuk mencoba membiakkan domba dengan lebih dari dua puting susu.

Pada tahun 1912, Alexander Graham Bell menulis di buku catatan: "Kamu bisa mengatakan bahwa manusia telah menaklukkan misteri alam."

Namun, lima tahun kemudian di McKinley, dia menyuarakan keprihatinan tentang penyalahgunaan alam.

"Kita bisa mengambil batu bara dari tambang, tapi kita tidak bisa mengembalikannya. Kita bisa mendapatkan minyak dari waduk bawah tanah, tapi kita tidak pernah bisa mengisi ulang mereka lagi," katanya kepada para siswa.

Dengan konsumsi yang besar di dunia, dia meramalkan akan datang harinya ketika persediaan mengering.

Sementara ilmuwan lain percaya bahwa udara kotor akan menghalangi sinar matahari dan mendinginkan planet ini, Bell telah memikirkan adanya fenomena semacam efek rumah kaca.

SEJARAH HARI INI: Jubir FPI Munarman Siram Air ke Wajah Tamrin Amal Tomagola saat Live di TV

Sejarah Hari Ini: Operasi Face Off Pertama di Indonesia atas Pasien Lisa, Begini Kondisinya Sekarang

SEJARAH HARI INI 31 Desember 49 Tahun Lalu Band Asal Liverpool The Beatles Resmi Bubar, Ini Sebabnya

SEJARAH HARI INI: 22 Tahun Lalu Kecelakaan Pertama Garuda Indonesia, 222 Penumpang Tewas

Sebagai solusinya, dia mengusulkan alkohol sebagai bahan bakar alternatif dan sketsa alat atap rumah untuk mengumpulkan tenaga surya dari sinar matahari.

"Hal yang paling luar biasa mengenai Doktor Bell adalah bahwa dia lebih muda dalam pikirannya, daripada kebanyakan pria setengah usianya," ujar temannya pada 1921.

Tahun berikutnya, dan beberapa bulan setelah menerima paten terakhirnya, Bell meninggal pada usia 75 tahun.

Selama pemakamannya, 14.346.701 telepon di Amerika terdiam selama satu menit sebagai penghargaan terhadap penemunya. (*)

Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Hari Ini dalam Sejarah: Alexander Graham Bell Terima Hak Paten Telepon" dan "Begini Isi Ramalan Alexander Graham Bell yang Terbukti pada 2017"
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved