Virus Corona
Kisah Warga Bekasi Sembuh dari Virus Corona, Kalau Saya Tidur Itu Kaya Orang Kelelep di Kali
Arif Rahman Hakim, warga Mustikajaya, Kota Bekasi, Jawa Barat sembuh dari penyakit yang disebabkan virus corona atau Covid-19.
TRIBUNKALTIM.CO, BEKASI - Arif Rahman Hakim, warga Mustikajaya, Kota Bekasi, Jawa Barat sembuh dari penyakit yang disebabkan virus corona atau Covid-19.
Arif Rahman Hakim diketahui merupakan pasien pertama asal Kota Bekasi yang terkonfirnasi positif Covid-19.
Setelah dinyatakan positif virus corona, Arif kemudian menjalani perawatan selama 20 hari di satu rumah sakit swasta rujukan di Kota Bekasi.
Kini Arif sudah pulang ke rumahnya dan menjalani isolasi mandiri.
Hampir setiap hari petugas Puskesmas Mustikajaya memantau perkembangan Arif di rumah guna memastikan kondisinya membaik.
Arif pun berbagi cerita bagaimana tersiksanya terpapar virus corona.
Keluhan yang paling dia rasakan ialah kesulitan bernafas.
Virus corona menurut dia, benar-benar bekerja merusak sistem penafasan.
"Saya itu bernafas saja sudah sulit, saya harus duduk karena kalau terlentang sudah enggak bisa nafas," kata Arif saat dikonfirmasi, Jumat (3/4/2020).
Selama delapan hari dirawat, fase terburuk virus corona menggrogoti sistem pernafasannya memaksa dia harus sering-sering terjaga.
Arif menjelaskan, jika dia tertidur, rasanya seperti orang yang sedang tercebur di dalam air.
"Jadi selama hampir delapan hari di intermediate (ruangan khusus di rumah sakit) itu enggak tidur karena kalau saya tidur itu kaya orang kelelep, kecebur kali, jadi tidur sebentar langsung bangun, karena mulutnya kering dan sakit, itu kalau minum sakitnya minta ampun," jelasnya.
Penderitaan lain yang dia rasakan ialah sulitnya untuk makan sesuatu.
Tenggorokannya terasa sakit hingga membuatnya kesulitan menelan.
"Makan sebenarnya enggak ada rasa dan sakit, selama kurang lebih delapan hari itu kondisi saya enggak berubah," ujarnya.
Tak Pernah Diberitahu Positif Covid-19
Arif menunjukkan gejala terinfeksi corona usai dirinya pulang ke rumah setelah keliling ke beberapa kota untuk keperluan bisnisnya.
Pada, Minggu, 9 Maret 2020, Arif melakukan pemeriksaan ke Rumah Sakit Mitra Keluarga Bekasi Timur.
Di sana, dia berkonsultasi dengan dokter dan diberikan resep obat untuk menghilangian gejala batuk yang dia alami.
Tepat pada Selasa, 11 Maret 2020, kondisinya kian memburuk, dia langsung dilarikan ke rumah sakit yang sama untuk selanjutnya dirawat intensif di IGD.
"Hari selasa itu saya sudah bilang sama istri kondisi saya sudah makin enggak beres, saya harus ke rumah sakit," ungkap Arif.
Ketika tim dokter melakukan observasi, organ paru-parunya mulai muncul tanda-tanda tidak wajar.
Batuk, sesak nafas, hingga mual terus dia rasakan hingga kondisinya kian memburuk.
"Di situ saya kaget, kok paru-paru saya sudah rusak dua-duanya dan saya memang sudah sesak cuma masih saya anggap ini karena batuk," katanya.
Hari kedua dirawat, dia sudah berada di ruang isolasi.
Di sana seluruh perawat dan dokter yang menangani memakai alat pelindung diri (APD).
"Dari situ saya belum curiga karena enggak merasa ketemu sama orang asing, bahkan saya enggak tahu kalau ternyata saya pasien pertama yang positif di kota Bekasi," ucapnya.
Pada hari itu juga, tim medis yang menanganinya melakukan pemeriksaan swap untuk mendeteksi virus corona.
Hasilnya, dia dinyatakan positif terinfeksi Covid-19.
Pikiran bahwa dia terinfeksi Covid-19 mulai berkecamuk, apalagi selama di ruang isolasi dokter dan perawat selalu mamakai APD dan tidak ada satu orangpun yang menjenguknya.
"Selama diisolasi itu saya enggak dikasih tahu, walaupun saya sudah kepikiran kalau saya positif (Covid-19), di sana saya udah pasrah," jelas dia.
Arif menjalani isolasi selama kurang lebih delapan hari, fase ini menurut dia adalah yang terburuk ketika virus corona merusak sistem pernafasannya.
Keajaiban itu akhirnya datang, kondisinya secara mengejutkan membaik.
Padahal, dua hari terkahir dia masih mengalami penurunan kondisi.
"Hari ke delapan itu saya tiba-tiba membaik, padahal enam atau dua hari sebelumnya dicek kondisi saya enggak berubah-berubah, dokter yang menangani saya sampai berkaca-kaca lihat kondisi saya membaik," ungkapnya.
Usai kondisinya membaik, Arif selanjutnya diperbolehkan keluar dari ruang isolasi dan hanya dirawat di ruang biasa namun ruang khusus pasien Covid-19.
"Alhamdulillah setelah 20 hari saya dicek swap dua kali hasilnya negatif dan dinyatakan sembuh, tanggal 30 maret saya sudah bisa pulang dan menjalani isolasi di rumah," katanya.
Terpisah, satu warga kota Padang Sidempuan, Sumatera Utara, ditetapkan sebagai Pasien Dalam Pengawasan atau PDP terkait Virus Corona atau covid-19.
Dirawat di RSUD, Pasien PDP Virus Corona Curhat Live Facebook: Ya Allah...Tuhan...Sesak...Tolong!
Pasien yang sedang hamil tersebut kemudian dirawat di ruang isolasi RSUD Padang Sidempuan, Kamis (2/4/2020) malam.
Belum genap 24 jam dirawat, pasien perempuan tersebut mengeluhkan pelayanan RSUD.
Dia juga menceritakan tentang kondisinya yang semakin memburuk.
• Wabah Virus Corona, Disebut Jadi Pelindung TKA China, Luhut Binsar Pandjaitan: Kamu Nggak Kenal Saya
• Disebut Lambat Atasi Virus Corona, Luhut Pandjaitan Bongkar Pesan Jokowi, Presiden Mikir Begitu
Di mana napasnya semakin sesak dan minta segera dirujuk ke rumah sakit yang ada di Medan.
Namun, keluhan tersebut disampaikan di akun Facebook pribadinya.
"Untuk Bapak Wali Kota Kota Padang Sidempuan tercinta, Bapak Irsan, tolong lah Pak kasih saya kesempatan. Saya dirujuk ke Medan, di rumah sakit yang lebih layak lagi, daripada Rumah Sakit Umum Kota Padang Sidempuan ini. Kasihan kandungan saya, fasilitas di sini juga kurang memadai," tulis pasien tersebut di akun Facebook, Jumat (3/4/2020).
Berselang beberapa menit kemudian, pasien melakukan siaran langsung atau live di akun Facebook miliknya.
Dalam siaran berdurasi 1 menit 41 detik itu, pasien kembali mengeluhkan pelayanan rumah sakit.
Misalnya, mengenai kondisi makanan dan pelayanan perawat yang harus menunggu lama apabila dibutuhkan.
"Ini ruangan rumah sakit yang tidak layak dipakai.
Minta minum saja, 2 jam kemudian baru datang.
Sesak..." ujar pasien dengan napas yang tersengal-sengal.
"Ini bagaimana mau makan, nasinya keras.
Orang yang sehat saja tidak bisa makan ini, apalagi yang sakit seperti saya," kata pasien yang hamil tersebut sambil menunjukkan makanan.
Dalam siaran langsung tersebut, pasien terus mengeluh napasnya sesak dan minta pertolongan.
"Ya allah...Tuhan...sesak...tolong..." ujar pasien tersebut di akhir siaran langsung Facebook.
Unggahan tersebut sudah dikomentari dan dibagikan ratusan netizen.
Tanggapan rumah sakit
Pihak RSUD Kota Padang Sidempuan Tetty Rumondang mengetahui adanya pasien yang mengeluh dan menyampaikan keluhan melalui live Facebook.
Namun, Tetty membantah segala hal yang dikeluhkan pasien, terutama tentang pelayanan yang diberikan kepada pasien.
"Saya pastikan apa yang disampaikan pasien, 75 persen tidak benar.
Itu ruangan yang digunakan pasien adalah ruangan VIP dan yang terbaik untuk kita jadikan isolasi," kata Tetty.
Begitu juga dengan kondisi makanan yang diberikan kepada pasien.
Tetty menyebut, kualitas makanan sama dengan yang diberikan kepada semua pasien yang ada.
"Pasien bilang nasinya keras, tapi itu semua yang diberikan kepada pasien dan tidak ada yang komplain.
Jadi semua pasien di sini mendapat perlakuan yang sama," ucap Tetty.
• Virus Corona Hampir Capai 2 Ribu Kasus, Achmad Yurianto Minta Waspadai Musim Penyakit Mematikan Lain
• Ali Mochtar Ngabalin Sebar Hoaks Virus Corona di Lingkup KSP, Dibantah Langsung Anak Buah Moeldoko
Soal kondisi kesehatan, Tetty menyebut pasien masih dalam keadaan stabil.
Pasien masih dapat berjalan dan menggunakan telepon seluler.
"Dia memang mengalami sesak napas dan dalam kondisi hamil.
Tapi masih bisa berjalan dan menggunakan HP," ujar Tetty.
Hingga Jumat malam, menurut Tetty, pihaknya sudah menangani dua pasien PDP covid-19 dan dirawat di ruangan isolasi yang ada di RSUD Kota Padang Sidempuan.
"Sampai malam ini sudah ada dua orang," ujar Tetty.
Pasien Dilempar-lempar
Dekan Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia atau FKUI, Prof Ari Fahrial Syam blak-blakan menyampaikan penilaiannya soal imbauan yang disampaikan Presiden Joko Widodo ( Jokowi).
Dilansir dari TribunWow.com, Ari Fahrial menyatakan imbauan Jokowi soal social distancing kurang efektif dalam mengurangi penularan Virus Corona.
• Luhut Pandjaitan akan Pimpin Rapat Keputusan Lockdown Jakarta, Anak Buah Budi Karya Sumadi Setuju
• 675 Kasus Positif Virus Corona di Jakarta, Geisz Chalifah: Anies Baswedan Kehilangan Selera Humor
Terkait hal itu, ia lantas menyinggung tingkat kematian akibat Virus Corona di Indonesia yang sudah mencapai lebih dari 8 persen.
Pernyataan tersebut disampaikan Ari Fahrian melalui sambungan telepon dalam kanal YouTube Talk Show tvOne, Sabtu (28/3/2020).
"Kita memang menghadapai situasi pandemik global covid-19 yang mana angka psikologis jumlah kasusnya di Indonesia sudah menembus angka 1.000," ucap Ari.
"Jumlah yang meninggal juga di atas 100, angka kematian kita di atas 8 persen."
Tak hanya itu, Ari mengaku setiap hari mendengar kabar kematian tenaga medis saat menangani pasien Virus Corona.
Ia menyatakan adanya peluang tenaga medis tertular Virus Corona dari pasien yang tengah ditangani.
"Dan ini terjadi karena transmisi lokal, jadi tertularnya antar orang. Kami setiap hari mendengar ada dokter yang meninggal," kata Ari.
"Jadi dokter dan petugas kesehatan yang berhadapan langsung dengan pasien itu juga bisa tertular langsung dari pasien."
Melihat penanganan Virus Corona, Ari menyebut Indonesia kini dalam kondisi yang mencemaskan.
Khususnya, di wilayah DKI Jakarta yang memiliki tingkat kematian tertinggi akibat Virus Corona.
"Jadi ini kondisi yang memang mencemaskan, khususnya untuk Jakarta," ujar Ari.
Menurut Ari, bahkan ada pasien yang terpaksa dipindahkan ke sejumlah rumah sakit karena keterbatasan fasilitas.
Akibatnya, banyak pasien yang dinyatakan tewas sebelum mendapat penanganan maksimal.
"Kita bisa lihat bahwa ada juga cerita-cerita di mana ada pasien karena memang ruang-ruang rawat di rumah sakit rujukan udah penuh," kata dia.
"Akhirnya pasien dilempar-lempar, akhirnya sampai di rumah sakit rujukan juga sudah terlambat."
"Jadi hasil evaluasi dari teman-teman mengenai angka kematian ini adalah terlambatnya pasien datang ke rumah sakit,' sambungnya.
Melihat kondisi tersebut, Ari lantas menilai imbauan Jokowi soal social distancing tak efektif untuk menekan penularan Virus Corona.
"Jadi imbauan Pak Presiden sudah disampaikan 10 hari yang lalu, tampaknya ya tidak efektif," tukasnya. (TribunJakarta.com, Yusuf Bachtiar)
IKUTI >> Update Virus Corona
Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "PDP yang Sedang Hamil Keluhkan Fasilitas RS Melalui "Live" Facebook", https://regional.kompas.com/read/2020/04/03/21455101/pdp-yang-sedang-hamil-keluhkan-fasilitas-rs-melalui-live-facebook?page=all#page3.
Artikel ini telah tayang di Tribunjakarta.com dengan judul Berhasil Sembuh, Penuturan Pasien Covid-19 Asal Bekasi: Kalau Tidur Sulit Bernafas