Virus Corona
Telegram Idham Azis dan Aksi Yasonna Laoly Masuk Daftar Blunder Pemerintah Jokowi Atasi Virus Corona
Effendi Gazali menilai Telegram Idham Azis dan aksi Yasonna Laoly masuk daftar blunder Pemerintah Jokowi atasi Virus Corona
Penulis: Rafan Arif Dwinanto | Editor: Doan Pardede
"Nah tapi pertanyaanya adalah ketika kita menghadapi seperti ini dua-duanya kita butuhkan."
"Pendekatan yang optimis kita butuhkan, pada sisi lain pendekatan yang mengingatkan bahwa hal-hal seperti ini bisa menjadi catatan juga penting," ucap Effendi.
Lalu, pria 53 tahun tersebut menyinggung sebuah artikel dari Media Asing, Los Angeles Times.
Dalam artikel itu mengulas soal adanya kekuasaan dimanfaatkan untuk kepentingan pribadi atau kelompok di tengah Virus Corona.
"Saya khawatirnya Los Angeles Times pada 4 April menulis artikel yang menarik, judulnya adalah Kudeta Virus Corona."
"Dia mengatakan, jangan sampai pada saat-saat Virus Corona ini muncul lalu ini digunakan untuk dalam tanda petik menjalankan sesuatu kekuasaaan yang melebihi dari sesungguhnya," cerita Effendi.
Ia lalu mencontohkan kekuasaan sejumlah pemimpin di negara lain untuk kepentingannya sendiri dengan dalih Virus Corona.
"Dia kasih contoh (Perdana Menteri Israel) Benjamin Netanyahu di Israel, sedang dituduh kasus korupsi, dia sedang berusaha di tengah Corona ini untuk berusaha menutup pengadilan."
"Tentunya yang terkenal sekali di Chili, (Presiden Chili) Sebastian Pinera yang hari-hari dulu di Demo sekarang menggunakan kekuasaannya untuk mengatakan tidak boleh demo di jalan," ujar Effendi Gazali.
• Di ILC, Mahfud MD Bongkar Penyebab Tingginya Angka Kematian Virus Corona, Polisi dan Dokter Kelahi
Lalu, Effendi Gazali menyinggung soal isu hukum menghina penguasa di tengah wabah Virus Corona.
"Nah ini jangan juga ada Telegram yang keluar yang mengatakan, orang kalau melakukan dalam tanda petik penghinaan pada presiden, atau pada jabatan sedang mengatasi Virus Corona ini kalau bisa, kalau enggak salah, satu tahun di penjara dan sebagainya," katanya.
Menurut Effendi Gazali isu itu cukup aneh mengingat pemerintah baru saja memutuskan akan mengeluarkan 30 ribu narapidana akibat Virus Corona.
Ia lalu mengingatkan soal beda mengkritik dan menghina.
"Tadi ini kan berbeda juga, tadi kita sedang mau mengeluarkan orang dari penjara karena physical distancing, kalau orang mengkritik dalam tanda petik saya bedakan menghina dengan mengkritik."
"Kalau mengkritik tentu dia menyampaikan apa data yang ada kemudian pada sisi tertentu, jangan hal itu ditakut-takutkan untuk mengingatkan apa yang sesungguhnya terjadi," ujar Effendi Gazali.