Virus Corona

Ke UAS, Sosok Berpengaruh Ini Jadikan Jakarta Contoh PSBB Tak Maksimal, Anies Baswedan Diminta Tegas

Ke UAS, sosok berpengaruh ini jadikan Jakarta contoh PSBB tak maksimal, Anies Baswedan diminta tegas

Editor: Rafan Arif Dwinanto
Twitter
Seorang penumpang KRL Commuter Line tertidur kelelahan. Agar tak kelewatan, ia memasang tulisan yang digantungkan di dadanya agar dibangunkan di stasiun tujuannya. 

TRIBUNKALTIM.CO - Ke UAS, sosok berpengaruh ini jadikan Jakarta contoh PSBB tak maksimal, Anies Baswedan diminta tegas.

Masih banyaknya kerumunan warga menjadi penanda Pembatasan Sosial Berskala Besar atau PSBB di Jakarta belum berjalan maksimal.

Jusuf Kalla, sebagai sosok berpengaruh di Negeri ini berharap ada aturan dan sanksi tegas agar penerapan PSBB di wilayah Anies Baswedan bisa maksimal.

Hal ini disampaikan Jusuf Kalla kepada Ustadz Abdul Somad atau UAS.

Seperti diketahui, wilayah Jakarta, Depok, Bogor, Tangerang, dan Bekasi mulai memberlakukan PSBB hari ini, Rabu (15/4/2020).

PSBB di Jakarta sudah mulai lebih dahulu terhitung sejak 10 April lalu.

Heboh! Ariel NOAH Diam-diam Menikah dengan Pendangdut Putri Jamila? Ini Fakta di Balik Foto Beredar

Lebih Dulu dari Jokowi, Diam-Diam, Anies Baswedan Sudah Antisipasi Virus Corona Jakarta, Ada Kodenya

Umumkan Update Covid-19 RI, Yuri Tiba-tiba Selipkan Ucapan Duka, Rupanya Begini Kondisi Pasien Wafat

Pembatasan Sosial Berskala Besar ini berlaku selama 14 hari.

Sedangkan di Bogor, Tangerang, Depok, dan Bekasi PSBB mulai diterapkan pada hari ini, Rabu (15/4/2020).

Kebijakan soal PSBB itu rupanya tak luput dari perhatian Jusuf Kalla.

Jusuf Kalla mengutarakan pendapatnya soal PSBB menjawab pertanyaan Ustadz Abdul Somad ( UAS) dalam obrolan live bertajuk "Peran Masjid dalam Wabah Corona", Selasa (14/4/2020) malam.

"Bagaimana PSBB di beberapa kota, Pak JK?" tanya Ustadz Abdul Somad.

Menurut Jusuf Kalla (JK), kebijakan PSBB seperti yang diterapkan di Jakarta masih ada kekurangan.

Kekurangan itu pun diungkap secara gamblang oleh JK.

"Karena tidak ada sanksi yang tegas, mengikat, maka seperti contohnya di Jakarta, dia (warga) disuruh di rumah tapi karena kebutuhannya untuk bekerja, maka sebagian jalan juga tetap ramai, sehingga terjadilah sesuatu yang tidak terlalu besar akibat itu ( PSBB). Perlu aturan yang lebih tegas lagi," jawab Jusuf Kalla.

Terkait hal itu, Ustadz Abdul Somad ( UAS) juga sempat menanyakan soal tingkat kedisiplinan masyarakat Indonesia.

Jusuf Kalla mengakui tingkat kedisiplinan masyarakat Indonesia termasuk rendah.

"Baru bisa jalan apabila ada sanksi. Yang dilakukan Pemerintah baru imbauan, sanksi keras belum.

Tapi soal kedisiplinan ini juga terjadi di negara-negara lain, Amerika juga begitu. Faktor disiplin dan keterlambatan mengambil kebijakan," kata JK.

Ketua Umum PP Dewan Masjid Indonesia ( DMI) ini mengibaratkan pandemi Virus Corona seperti deret ukur.

Makin lambat penanganannya, makin besar akibatnya.

"Jadi, kita berjuang degan waktu. Setiap hari bertambah karena semakin tidak disiplin," ujar Jusuf Kalla.

"Apa kekhawatiran terdalam, Pak JK?" tanya UAS.

"Apabila penyelesaiannya lambat, akibatnya kepanikan masyarakat.

Masalah sosial, orang menganggur, tidak kerja, kemiskinan yang banyak. Secara bersamaan ekonomi kita rusak, bisa mengakibatkan hal lain, perilaku masyarakat contohnya.

Maka kita harus berupaya keras agar tidak menjalar jauh virus ini," jawabnya.

Bukan Andi Taufan, Stafsus Milenial Jokowi Pilih Mundur Usai Ruang Guru Jadi Mitra Kartu Pra Kerja

Tetap Azan di Masjid

Ketua Umum Pengurus Pusat Dewan Masjid Indonesia ( DMI) Jusuf Kalla (JK) menyerukan agar seluruh Masjid tetap mengumandangkan adzan di tengah wabah Virus Corona.

Pernyataan itu juga disampaikan Jusuf Kalla saat meladeni tanya jawab dengan Ustadz Abdul Somad melalui siaran langsung di akun YouTube dan Facebook UAS, Selasa (14/4/2020) malam.

Awalnya, Ustadz Abdul Somad bertanya soal program Dewan Masjid Indonesia selama pandemi Virus Corona atau covid-19.

"Musim wabah Virus Corona ini apa saja program Dewan Masjid, pak?" tanya UAS melalui video call.

"Pertama Masjid harus bersih, sterilisasi karena bahaya Corona itu bisa melekat di mana-mana termasuk Masjid. Itu program pertama DMI di seluruh Indonesia," ungkap JK.

Mantan Wakil Presiden RI itu mengatakan, setiap hari pengurus Masjid dianjurkan untuk membersihkan Masjid. Menyemprotkan cairan disinfektan hingga mengepel lantai.

Jusuf Kalla mengatakan, saat ini ada sekitar 300 ribu Masjid yang terdaftar di DMI.

Setiap hari, jumlah Masjid di Indonesia terus bertambah. Pihaknya berupaya agar Masjid-Masjid tersebut terdaftar di DMI.

"Masjid-Masjid ini mencakup semua segmen masyarakat, ada Masjid sekolah, Masjid kantor, Masjid di mal, begitu banyaknya Masjid di Indonesia. Karena itu, kita usahakan daftar per wilayah," ujarnya.

Ustadz Abdul Somad kemudian bertanya kendala apa yang dihadapi untuk menjaga kebersihan Masjid saat wabah Virus Corona.

Menurut Jusuf Kalla, kendala itu tidak terlalu banyak.

Sebab, di kota-kota besar seperti Jakarta, Bandung, Surabaya, atau Pekanbaru, praktis aktivitas di Masjid berkurang lantaran wabah Virus Corona.

Meski demikian, JK mengingatkan Masjid tetap harus hidup.

"Untuk sementara kita dianjurkan beribadah di rumah. Masjid tidak terlalu banyak dikunjungi tapi tetap harus hidup. Harus tetap adzan untuk mengingatkan waktu shalat. Itu situasi yang kita hadapi saat ini.

Bagaimanapun fungsi Masjid sebagai acuan masyarakat juga tidak boleh hilang," ungkap Jusuf Kalla.

Pada kesempatan itu, Jusuf Kalla juga berpesan kepada para pengurus Masjid untuk mendinginkan suasana di tengah kepanikan masyarakat soal Virus Corona.

"(Pengurus) selalu memperingatkan masyarakat. Masjid mempunyai kemampuan untuk menjangkau masyarakat, harus diperingatkan terus (soal bahaya Virus Corona). Kita (DMI) sudah sampaikan edaran soal ini," kata JK yang kini juga menjabat Ketua Umum Palang Merah Indonesia (PMI).

Wakil Presiden di era SBY dan Jokowi itu juga berharap kepada para dai, tak henti-hentinya berdakwah mendisiplikan masyarakat tentang aturan kesehatan yang baik.

Ustadz Abdul Somad juga sempat menyinggung soal ibadah di bulan Ramadhan.

"Ramadhan kan sebentar lagi pak, bagaimana ibadah, apa ada ketetapan DMI?" tanya UAS.

"Sebelumnya saya minta MUI membuat fatwa bagaimana situasi ini apabila virus ini makin berkembang. Pada awal Maret lalu MUI sudah megeluarkan fatwa.

Tarawih tetap ada tapi di rumah untuk mengindari mudharat masyarakat. Saya kira ini jalan yang harus diikuti termasuk dewan Masjid," jawab Jusuf Kalla.

JK mengutarakan, ibadah jamaah di Masjid bisa saja kembali seperti biasa jika situasi wabah Virus Corona sudah membaik. Termasuk dalam hal shalat Idul Fitri.

Di ILC, Anies Baswedan Beri 2 Pilihan ke Rakyat Kecil, Beber 1.000 Lebih Pemakaman Protokol Covid-19

"Secara formal apa program DMI, apakah ada edaran khusus menyambut Ramadhan?" tanya Ustadz Abdul Somad lagi.

"Banyak media untuk menyiapkan acara di bulan Ramadhan. Pengajian-pengajian bisa diisi melalui televisi atau media online, forum Masjid sendiri mesti melaksanakannya di tengah situasi ini," kata JK.

Tak hanya itu, kepada Ustadz Abdul Somad, Jusuf Kalla juga bercerita agar Masjid juga mampu memainkan peran memakmurkan masyarakat.

"Kita anjurkan Masjid juga harus makmurkan masyarakat. Membantu yang sulit.

Masjid tempat di mana orang mampu membantu tidak mampu. Jamaah yang mampu harus melihat jamaah yang tidak mampu," ungkapnya.

IKUTI >> Update virus Corona

(*)

Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved