Amarah Refly Harun, Keras Sebut Jokowi dan Erick Thohir Tak Bela BUMN Dirampok Konglomerat Tambang

amarah Refly Harun hingga keras sebut Jokowi dan Erick Thohir tak bela BUMN dirampok konglomerat tambang, UU Minerba satu per satu persoalan dibongkar

Editor: Cornel Dimas Satrio Kusbiananto
Tangkapan Layar YouTube Refly Harun
Amarah Refly Harun, Keras Sebut Jokowi dan Erick Thohir Tak Bela BUMN Dirampok Konglomerat Tambang 

TRIBUNKALTIM.CO - Simak amarah Refly Harun hingga keras sebut Jokowi dan Erick Thohir tak bela BUMN saat dirampok konglomerat tambang, singgung UU Minerba satu per satu persoalan dibongkar.

Pakar Hukum Tata Negara, Refly Harun kembali melancarkan kritik terhadap Pemerintah Jokowi.

Kali ini yang dibahas Refly Harun adalah soal UU Minerba yang baru.

Bahkan Refly Harun sampai tak mampu menahan amarahnya saat mengetahui kabar disahkannya Revisi Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2009 tentang Mineral dan Batu Bara ( UU Minerba ).

Sebelumnya, DPR telah meresmikan UU Minerba yang baru pada Senin (11/5/2020) lalu.

Di ILC, Haris Azhar Puji Erick Thohir, Sorot Peran Jokowi dan Prabowo Subianto Tangani Virus Corona

Berdamai dengan Virus Corona, Jokowi Sebut Bukan Berarti Menyerah, Merujuk Pernyataan WHO

Beda Pandangan Soal Kenaikan Iuran BPJS, Ganjar Pranowo Paham, Ridwan Kamil Tunggu Penjelasan Jokowi

Padahal, disahkannya UU Minerba yang baru ini justru akan semakin menjatuhkan kiprah BUMN dalam dunia migas.

Terkait hal itu, Refly Harun pun meluapkan kekecewaannya dalam kanal YouTube Refly Harun, Sabtu (16/5/2020).

Pada kesempatan itu, mulanya Refly Harun menduga banyaknya penumpang gelap dalam UU Minerba yang baru.

Bahkan, menurut Refly Harun para penumpang gelap itu bekerja sama dengan para penguasa untuk memudahkan jalannya mengeruk hasil bumi Indonesia.

"Tapi rupanya kekuasaan sering ditunggangi penumpang-penumpang gelap, oleh mereka yang powerful secara ekonomi," jelas Refly Harun.

"Mereka berkolaborasi dengan penguasa."

Refly Harun mengatakan, ada sejumlah perusahaan besar yang bahkan dekat dengan penguasa.

Perusahaan raksasa itu diduganya berniat menguasai hasil bumi negara demi kepentingan pribadi.

"Tapi kita cek sama-sama, siapa pemilik dari 7 perusahaan raksasa tersebut, itu orang-orang yang terkait dengan kekuasaan," terang Refly Harun.

"Artinya dekat dengan kekuasaan."

Menteri Jokowi Sebut APBN 2021 tak Ada Alokasi Anggaran Ibu Kota Baru, Sri Mulyani: Fokus Kesehatan

Melanjutkan penjelasannya, Refly Harun lantas mempertanyakan upaya Pemerintah membantu BUMN menguasai hasil negara.

Terkait hal itu, ia pun menyinggung nama Presiden Joko Widodo ( Jokowi ) dan Menteri BUMN Erick Thohir.

"Pada kesempatan ini saya agak berat mengatakan kenapa negara tidak membela BUMN?," tanya Refly Harun.

"Kenapa presiden tidak membela BUMN? Kenapa Menteri BUMN ( Erick Thohir ) juga tidak membela BUMN ?," sambungnya.

Lebih lanjut, Refly Harun menyebut Pemerintah seolah membiarkan tambang batu bara dimiliki swasta.

Padahal, seharusnya BUMN memiliki peluang besar jika bisa menguasai tambang tersebut.

"Ketika dihadapkan pada kenyataan bahwa penguasaan tambang batu bara ini tetap akan didominasi oleh penambang raksasa tersebut," terangnya.

"Padahal ada peluang negara untuk menguasai kembali melalui BUMN, kenapa dibiarkan?"

Melihat fakta yang terjadi, Refly Harun mengaku tak mampu menahan amarahnya.

Hal itulah yang membuatnya gamblang mengkritik kebijakan Pemerintah yang dinilai merugikan rakyat sendiri.

"Sukar bagi saya untuk kemudian tidak merasa marah rasanya dengan fenomena seperti ini," ujarnya.

"Sama seperti kelompok-kelompok kritis lainnya."

Meski kerap mengkritisi Pemerintah, Refly Harun mengaku hanya ingin negara ini menjadi lebih baik.

Tak hanya itu, Refly Harun juga menginginkan kekayaan negara tak hanya dikuasai segelintir orang, namun untuk semua rakyat Indonesia.

"Kita bukan nyinyir, tapi negara ini lebih baik, negara ini dikelola secara baik, negara ini tidak dikuasai segelintir orang," jelas Refly Harun.

"Kita semua inginkan bahwa bumi, air dan kekayaan alam yang terkandung di dalamnya dikuasai oleh negara."

"Dan dimanfaatkan sebesar-besarnya untuk kemakmuran rakyat," tandasnya.

Simak video berikut ini menit ke-7.15:

Refly Harun Bongkar Masalah Dibalik Kebijakan Jokowi Naikkan Iuran BPJS, Sindir Gaji Direksi

Kritik kenaikan iuran BPJS Kesehatan

Pakar Tata Hukum Negara, Refly Harun turut angkat bicara soal kebijakan Presiden Joko Widodo ( Jokowi ) menaikkan iuran BPJS Kesehatan.

Tak cuma itu, Refly Harun turut menyindir gaji direksi BPJS di tengah masalah kenaikan iuran tersebut.

Hal itu diungkapkannya melalui channel YouTubenya Refly Harun yang tayang pada Kamis (15/5/2020).

Menurut Refly Harun ada dua kesalahan terkait kenaikkan BPJS.

Ia lantas mengungkit pembatalan kenaikan iuran BPJS oleh Mahkamah Agung (MA) beberapa waktu lalu karena tata kelolanya yang dianggap bermasalah.

"Nah dengan menaikkan BPJS sebenarnya ada dua soal masalahnya, apa itu?."

"Pertama, sebenarnya Perppres sebelumnya sudah dibatalkan oleh MA, MA karena terkait dengan tata kelola BPJS itu yang dianggap bermasalah," ujar Refly Harun.

Sehingga, Refly Harun mengkritik Pemerintah agar seharusnya tata kelola BPJS diberpaiki dulu sebelum menaikkan iuran.

"Jadi kenaikan itu ya harusnya jangan dibebankan kepada masyarakat, ketika tata kelola BPJS -nya bermasalah," ucapnya.

Meski demikian, ia menyindir tak tahu apakah memang Pemerintah sudah merasa memperbaiki tata kelola BPJS hingga akhirnya memutuskan menaikkan iuran.

"Itu dulu yang di-addres, diperbaiki dulu maka kemudian akan ada justifikasi untuk melakukan kenaikan-kenaikan."

"Tetapi yang terjadi tidak, kita tidak tahu apakah tata kelola BPJS-nya diselesaikan atau tidak," ungkap Refly Harun.

Iuran BPJS Kesehatan Naik, Jokowi Tuai Kritik, Ali Ngabalin Bereaksi, Singgung Penderitaan Warga

Lalu, Refly Harun menyindir lagi soal gaji para direksi BPJS yang disebutnya mencapai hingga sekitar Rp 300 juta-an

"Tapi yang jelas Direksi BPJS itu mendapatkan gaji yang luar biasa besarnya, konon mencapai Rp 300 juta-an."

"Itu besar sekali gajinya, itu jauh lebih besar dari gaji BUMN ring III, rink IV padahal kita tahu ini bukan perusahaan yang sebenarnya harus mencari keuntungan," ucapnya.

Menurut Mantan Komisaris Utama PT Pelindo II ini, seharusnya BPJS jangan memikirkan keuntungan.

Kesehatan masyarakatlah yang paling penting.

"Tapi perusahaan yang menjalankan kewajiban negara untuk memberikan yang namanya jaminan sosial dalam hal ini jaminan kesehatan, kepada masyarakat yang merupakan pesan konstitusi," ujarnya.

Dirinya menghimbu agar Pemerintah bisa memperbaiki tata kelola BPJS, khususnya memberikan gaji yang rasional bagi para pengelolanya.

"Rugi tidak apa-apa, tapi yang paling penting tata kelolanya baik tidak dibuat foya-foya, pengeluaran gaji harus dibuat serasional mungkin, bukan dibuat semena-mena."

"Dibuat besarnya minta ampun, karena itulah kenaikan ini tidak tepat, pertama tidak tahan hukum," kata Refly Harun.

Lihat videonya mulai menit ke-6:35:

(*)

Artikel ini telah tayang di Tribunwow.com dengan judul Tak Mampu Tahan Amarah, Refly Harun Sebut Jokowi dan Erick Thohir Tak Bela BUMN: Kita Bukan Nyinyir, https://wow.tribunnews.com/2020/05/17/tak-mampu-tahan-amarah-refly-harun-sebutjokowi-dan-erick-thohir-tak-bela-bumn-kita-bukan-nyinyir?page=all.
Penulis: Jayanti tri utami
Editor: Ananda Putri Octaviani
Sumber: TribunWow.com
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved