Virus Corona
Eks Menteri SBY Ini Dukung Berdamai dengan Covid-19 Ala Jokowi, Beber Kondisi Wuhan, Amerika, Eropa
Eks Menteri Kesehatan era SBY ini dukung berdamai dengan covid-19 ala Jokowi, beber kondisi Wuhan, Amerika Serikat, dan Eropa
Di mana dia sangat yakin vaksin unggulannya akan siap 18 bulan ke depan.
Bill Gates juga menekankan kalau pun wabah corona berhenti, belum tentu kehidupan bisa kembali seperti dulu lagi.
“Mungkin dia mengacu ketika flu Spanyol 1918 selesai. Terjadi perubahan peradaban yang sama sekali berbeda dari sebelumnya,” kata dia.
Pakar Penyakit Menular dari AS Anthony Fauci mengatakan kewaspadaan kalau ada negara yang cepat-cepat membuka lockdown-nya, pasti akan mengalami perburukan penularan covid-19 dan wabah akan lebih dahsyat lagi.
Adapun, WHO menyatakan tidak akan pernah ada vaksin sebelum akhir 2021.
David Nabarro seorang profesor dari global health di Imperial College London dan sekarang sebagai special envoy WHO untuk covid-19, mengatakan bahwa kemungkinan besar tidak akan pernah ada vaksin yang efektif untuk corona.
"Memang ada penyakit-penyakit yang tidak ditemukan vaksinnya contoh nya HIV AIDS dan demam berdarah. Oleh karena itu, masyarakat harus bisa hidup berdamai dengan corona," kata dia.
Menurut Siti Fadillah, andaikan vaksin dari Bill Gates benar siap, harus diingat ketika Ejikman melakukan sequencing virus strain Indonesia, ternyata karakter virus lokal berbeda dengan virus yang beredar di negara yang sedang getol mengadakan uji coba vaksin yang akan diproduksi besar-besaran sedunia.
“Kita harus hati-hati disini, berarti vaksin yang sedang mereka bikin berasal dari virus yang karakternya berbeda dengan virus yang ada di Indonesia, maka tidak akan kompatibel dengan kita, tidak cocok sehingga tidak akan efektif,” kata Siti Fadillah.
Siti Fadillah mengatakan, bila melihat Cina, Wuhan telah kembali memulai kehidupan baru setelah corona, dengan tanpa vaksin, tetapi menggunakan obat tradisional.
Cina menunjukkan ketangguhannya dalam menghadapi corona dari awal, terus lockdown dan kemudian corona terhenti setelah itu ekonomi mulai bangkit kembali.
Tidak perlu heran karena Cina negara dengan azas otoritarian.
Maka dalam menghadapi emergency seperti wabah corona ini pengambilan keputusan harus sangat efektif.
Komunikasi searah sangat cepat tanpa kendala sangat dibutuhkan.
“Dan ini hampir tidak mngkin terjadi di negara-negara yang menganut azas demokrasi, yang selalu ada pro kontra, sehingga suatu keputusan makan waktu lebih banyak,” kata Siti Fadillah.