Virus Corona

Pemerintah Sebut New Normal Bukan Pelonggaran PSBB, Kegamangan Tenaga Medis, Pesimis Akhir Pandemi

Pemerintah menyebut new normal bukan pelonggaran PSBB, begini kegamangan tenaga medis, pesimis akhir pandemi covid-19.

Editor: Amalia Husnul A
KOMPAS.COM/KRISTIANTO PURNOMO
Ilustrasi. Petugas membawa keluar jenazah pasien dalam pengawasan ( PDP ) Covid-19 yang meninggal dari ruang isolasi RSUD Kota Bogor, Senin (11/5/2020). Pemerintah menyebut new normal bukan pelonggaran PSBB, begini kegamangan tenaga medis, pesimis akhir pandemi covid-19. 

Jumlah itu diperkirakan bakal meningkat seiring dengan potensi lonjakan kasus covid-19 akibat penerapan new normal jika tak dibarengi protokol kesehatan.

Tak ada garansi new normal diimbangi dengan protokol ketat

Harif menyebutkan, hingga hari ini, praktis para perawat sudah hampir 3 bulan para perawat tak bisa pulang ke rumah karena menjalani tugas ini.

Ia tak meragukan dedikasi dan idealisme para perawat, namun ia menganggap wajar apabila para perawat merasa gamang.

"Sementara orang lain bisa pulang kampung, mudik, ketemu keluarga, sementara mereka semakin jauh harapannya untuk bisa kembali seperti semula," kata Harif.

Kegamangan itu makin terasa dengan potensi terjadinya lonjakan kasus covid-19 akibat new normal yang digaungkan pemerintah.

Pasalnya, menurut Harif, tak ada jaminan bahwa pelaksanaan new normal kelak akan berlangsung optimal, dengan protokol kesehatan diterapkan secara ketat di mana-mana.

Terlebih, bukan hanya new normal, pemerintah juga akan melakukan pengurangan PSBB, sesuatu yang diklaim oleh Menteri Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan, Muhadjir Effendy kemarin, berbeda dengan pelonggaran PSBB.

"Masalahnya, yang mau diimplementasikan oleh pemerintah adalah relaksasi PSBB. Kalau new normal-nya orang harus jaga jarak, ya bagus-bagus saja.

Jangan seperti di bandara kemarin, itu bukan new normal namanya!" tegas Harif, merujuk insiden membludaknya Bandara Soekarno-Hatta, Kamis (14/5/2020) lalu tak lama setelah pemerintah mengizinkan beroperasinya transportasi umum.

"Mau mal buka, kantor buka, tapi protokol kesehatan harus tetap diterapkan, jarak antarorang 1 meter, banyak fasilitas cuci tangan, pakai masker.

Tapi kalau kita lihat konteks hari ini, orang-orang kita disiplinnya sangat kurang, PSBB belum dilonggarkan saja sudah banyak pelanggaran, apalagi jika nanti dilonggarkan?" tambah dia.

Para perawat pun semakin pesimistis melihat akhir cerita pandemi ini di Indonesia.

Harapan bahwa mereka dapat segera bernapas lega, semakin hari semakin surut, apabila new normal betul-betul diterapkan tanpa protokol kesehatan yang ketat.

"Kira-kira begitu lah, ya (semakin jauh dari optimisme), walaupun teman-teman itu jarang mengeluarkan keluhan semacam itu karena memang sudah menjadi tugas harian," ujar Harif.

Sementara, Juru Bicara Pemerintah untuk Penanganan covid-19 Achmad Yurianto menegaskan, istilah new normal lebih menitikberatkan perubahan budaya masyarakat untuk berperilaku hidup sehat.

Sumber: Kompas.com
Halaman 2 dari 3
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved