Kisah Keluarga Penjual Kopi di Samarinda, Sejak Pandemi Corona, Tinggal di Warung Tempat yang Sempit
Pandemi virus Corona atau covid-19 di Kota Samarinda sangat berdampak terhadap kehidupan perekonomian hampir di semua kalangan masyarakat.
Penulis: Muhammad Riduan | Editor: Budi Susilo
TRIBUNKALTIM.CO, SAMARINDA - Pandemi virus Corona atau covid-19 di Kota Samarinda sangat berdampak terhadap kehidupan perekonomian hampir di semua kalangan masyarakat Kota Samarinda, Kalimantan Timur, terkhusus mayarakat di kelas menengeh ke bawah.
Seperti yang dirasakan Agus Supriatina saat ini. Pria ini adalah seorang penjual kopi di kawasan kampus Universitas Mulawarman ( Unmul ) Kota Samarinda, Kalimantan Timur.
Dirinya terpaksa harus berhenti berjualan sejak awal-awal virus Corona masuk di Kota Samarinda, karena pihak kampus menerapkan lockdown di area kampus tersebut.
Agus sapaannya, sambil duduk di tempat jualannya ia bercerita kepada TribunKaltim.co untuk memenuhi kebutuhannya sehari-hari dan membayar kosan tempatnya tinggal.
Baca Juga: BREAKING NEWS Walikota Balikpapan Rizal Effendi Batalkan Izin Shalat Idul Fitri Berjamaah di Masjid
Baca Juga: Inilah 3 Keputusan APPBI Soal Operasional Pusat Perbelanjaan Selama Lebaran Idul Fitri di Balikpapan
Dia bergantung kepada uang tabungan yang sempat ia kumpulkan sebelum adanya virus Corona ini, karena tidak ada pemasukan lagi.
Seiring berjalannya waktu uang tabungan tersebut mulai menipis, dan lelaki berusia 56 tahun itu pun memikirkan bagaimana uang yang seadanya tersebut bisa terus memenuhi kebutuhannya.
Terpaksa ia harus membuat keputusan untuk tidak lagi tinggal di tempat kosan tersebut.
Lalu memilih untuk tinggal di tempatnya berjualan bersama istri dan anak.
Lokasi ini sebuah tempat yang sempit berukuran sekitar 4 x 4 meter, serta dipenuhi oleh alat rumah tangga dan barang jualannya, sebagai tempatnya berteduh dan beristirahat.
Sebagai seorang kepala keluarga, dari satu Istri bernama Waikah berusia sekitar kurang lebih 40 tahun dan tiga anaknya.
2 orang anak yang masih kecil. Yakni Ahmed berusia 3 tahun, Adelio usia 1 tahun yang ikut tinggal dengannya.
Baca Juga: Orang Tanpa Gejala Bawa Virus, Menteri Agama Fachrul Razi Minta Warga tak Open House Idul Fitri
Baca Juga: Walikota Bontang Tidak Ingin Ada Klaster Idul Fitri, Salat Id di Rumah Saja Tangkal Virus Corona
Serta satu anaknya, bernama Auliya Permatasari berusia 24 tahun, yang kini sudah memasuki jenjang perkuliahan di Unmul Samarinda memilih tidak ikut tinggal bersama Agus, namun tetap dalam tanggung jawabnya Agus sebagai kepala keluarga.
Pak Agus mengaku khawatir jikalau virus Corona ini, terus berlanjut dan ia bertanya bagaimana dirinya ke depannya.
"Saya bingung buat ke depannya, ini hanya mengharap bantuan saja, karena untuk bekerja juga susah, gak tau mau bekerja apa," jelasnya.

Namun semasa pandemi virus Corona ini, dirinya mengaku tidak pernah mendapatkan bantuan dari pemerintah, baik berupa sembako ataupun Bantuan Lansung Tunai (BLT).
"Selama ini bantuan dari pemerintah belum ada mas, hanya kami dapat bantuan dari tokoh masyarakat saja. Bahkan seumur hidup saya belum pernah terima bantuan dari pemerintah, kecuali ke anak saya, untuk dia sekolah bantuan beasiswa Bidikmisi," ucap Agus saat ditemui TribunKaltim.co di kediamannya, Jumat (22/5/2020).
Baca Juga: 3 Pasien Covid-19 Kluster GKII Langap Malinau Dinyatakan Sembuh, Termasuk Bocah 9 Tahun di Bulungan
Ia berharap untuk pembagian bantuan sosial bisa tepat sasaran jangan hanya berpatok kepada data, tapi juga lihat di lapangannya.
"Berikanlah kepada yang hak dan pantas menerima jangn sampai salah sasaran pak, kalau semisal hanya mengandalkan sesuai data, yang mampu mungkin bisa menerima. Tetapi. Harusnya melihat di lapangan," pungkasnya.
( TribunKaltim.co )