Virus Corona
Alasan Jokowi Terapkan New Normal, Ngabalin Sebut Tak Mau Rakyat Kelaparan hingga Vaksin Belum Siap
Tenaga Ahli Utama Kantor Staf Presiden (KSP) Ali Ngabalin blak-blakan mengungkap beragam alasan Presiden Joko Widodo segera menerapkan new normal.
Penulis: Rita Noor Shobah | Editor: Rafan Arif Dwinanto
TRIBUNKALTIM.CO - Ali Ngabalin blak-blakan mengungkap beragam alasan Presiden Joko Widodo segera menerapkan new normal.
Tenaga Ahli Utama Kantor Staf Presiden (KSP) Ali Ngabalin menyebut Jokowi memutuskan untuk segera menerapkan tatanan kehidupan baru atau new normal dengan banyak pertimbangan.
Presiden pun memutuskan hal ini dengan mendengar pertimbangan dari banyak sektor, di antaranya adalah rumah sakit dan Pemerintah Daerah.
Hal itu diungkapkan Ali Ngabalin saat menjadi narasumber di acara Dua Sisi tvOne pada Jumat (29/5/2020).
• Bukan Demam, Gejala Ini yang Paling Sering Dirasa Pasien Virus Corona di Indonesia
• Bukan Karena Pandemi Covid-19, Lotte Mart dan Lotte Grosir akan Tutup 8 Gerai di Tahun 2020 Ini
• Sinopsis Drakor The King: Eternal Monarch Eps 13, Setelah Neck Kiss Lee Min Ho, Kini Kemunculan Luna
• Jadwal Acara TV Hari Ini 30 Mei, RCTI SCTV GTV MNCTV NET TV, Janji Suci Raffi & Gigi dan Film India
Ali Ngabalin menjelaskan bahwa Pemerintah mengambil keputusan tersebut berdasarkan dengan banyak pertimbangan, termasuk masalah kesiapan rumah sakit.
"Yang pasti begini saya pastikan bahwa tidak mungkin satu kebijakan yang diambil oleh Pemerintah itu tanpa ada pertimbangan, baik dari pertimbangan penelitian, para ahli, dan lain-lain termasuk di antaranya adalah kesiapan rumah sakit," ujar Ali Ngabalin.
Selain itu, Pemerintah juga fokus mengawasi kemampuan tes spesimen.
"Kemudian tadi survaillance-nya kekuatan seberapa jauh kemampuan Pemerintah dalam melakukan tes spesimen," ungkap dia.
Ngabalin menjelaskan, satu di antara alasan new normal akan segera diberlakukan lantaran vaksin juga baru bisa digunakan dalam beberapa tahun ke depan.
"Kemudian juga ada hal yang paling terpenting itu, kan kita mendapatkan pengumuman informasi yang disampaikan oleh organisasi kesehatan dunia terhadap vaksin dan obat yang kemungkinan itu tidak dalam satu dua minggu atau tidak dalam satu dua bulan ditemukan."
"Tapi dua tahun sampai dua tahun delapan bulan begitu informasinya," katanya.
Sehingga, Jokowi ingin selama menunggu vaksin itu masyarakat tetap bisa produktif tanpa melupakan protokol kesehatan.
Ngabalin mengatakan, Jokowi juga tak ingin masyarakatnya kelaparan akibat ekonomi terhenti selama pandemi covid-19.
"Artinya apa dalam keseharian kita ini bergelut dengan virus ya kan? Itu sebabnya kenapa Bapak Presiden mengatakan harus produktif dan aman."
"Presiden itu juga tak mau rakyatnya terpapar Corona juga tak mau lapar ini, rakyatnya tidak boleh lapar," tegas Ngabalin.
Ngabalin menegaskan Pemerintah Pusat juga mengambil keputusan itu dengan pertimbangan Pemerintah Daerah (Pemda).
• Kisah Pilu Pelamar CPNS, Lulus Tapi Tak Diundang Pelantikan, Diduga Diskriminasi Peserta Disabilitas
• Lihat Video George Floyd yang Tewas Diinjak Polisi, Barack Obama Menangis: Ini Insiden Menyakitkan
"Pemerintah tidak akan mungkin mengambil satu keputusan sendiri sepihak tanpa melakukan dialog dan bicara dengan Pemda itu satu," ungkap dia.
Saat ditanya bagaimana dengan daerah yang penyebaran Virus Coronanya masih tinggi, Ngabalin justru menegaskan bahwa new normal itu bukan berarti tak ada protokol kesehatan.
Dalam new normal masyarakat tetap harus menerapkan protokol kesehatan.
"Yang kedua new normal itu diberlakukan pun tidak berarti kita bebas daripada protokol kesehatan, tetap kita harus memegang teguh protokol."
"Jaga jarak, pakai masker, cuci tangan dan lain-lain sebagainya, karena kenapa begitu, karena virus itu masih ada di sekitar kita, hari-hari bersama dengan kita," ungkapnya.
Ekonom Nilai new normal Justru Buat Ekonomi Memburuk
Tatanan hidup baru atau new normal disebut-sebut sebagai usaha untuk menyelamatkan ekonomi di tengah pandemi covid-19.
Namun, di sisi lain, Ekonom INDEF Bhima Yudhistira Adhinegara tidak berpikiran demikian.
Di acara Indonesia Business Forum tvOne pada Rabu (27/5/2020), Bhima Yudhistira menilai bahwa kinerja yang dikira akan berdampak positif pada ekonomi itu bersifat semu.
"Di sisi yang lain kita tidak bisa berbangga dengan adanya kinerja yang sebenarnya positif tapi semu," ujar Bhima.
Bhima mengatakan new normal justru berdampak buruk pada segi ekspor.
Bhima menduga akan terjadi penurunan pada segi ekspor.
"Karena dari sisi ekspor, ekspor pakaian jadi, ekspor kemudian bahan-bahan olahan, ekspor motor itu sebagian besar mengalami penurunan."
"Nah sehingga kalau ini terus berlanjut maka kualitas dari neraca perdagangan secara statistik dianggap bagus padahal ini merupakan tanda-tanda yang kurang bagus," ungkap Bhima.
Bhima menduga akan ada penurunan tajam pada segi industri manufaktur beberapa bulan ke depan.
• Nenek Usia 100 Tahun di Jawa Timur Sembuh dari Corona, Beberkan Rahasia dan Caranya Bertahan
• Tak Ingin Protokol Kesehatan Longgar Saat New Normal di Balikpapan, Ribuan TNI Polri Disiapkan
• Ini Pedoman Lengkap New Normal di Pusat Keramaian, Atur Protokol di Mal, Tempat Makan hingga Salon
• Pemkot Balikpapan Siap Terapkan New Normal Masa Covid-19, Ada Sanksinya Jika Melanggar
"Ini adalah tanda bahwa beberapa bulan ke depan akan terjadi penurunan pada sektor industri manufaktur yang cukup tajam."
"Biasanya kalau impor bahan baku itu mengalami penurunan akibat permintaan dari industri itu juga terganggu maka tiga sampai lima bulan kemudian akan tercermin dari industri manufaktur," duganya.
Lalu ia mengungkit di mana industri manufaktur saja pada kuartal 2020 sudah dianggapnya buruk.
"Yang kita sudah melihat kuartal pertama industri manufaktur sangat-sangat buruk," katanya.
Lihat videonya mulai menit ke-15:15:
IKUTI >>> Update virus Corona
(*)
Artikel ini telah tayang di Tribunwow.com dengan judul Ungkap Alasan Jokowi Segera Terapkan new normal, Ali Ngabalin: Presiden Tak Mau Rakyatnya Kelaparan, https://wow.tribunnews.com/2020/05/30/ungkap-alasan-jokowi-segera-terapkan-new-normal-ali-ngabalin-presiden-tak-mau-rakyatnya-kelaparan?page=all.