Kenaikan Tarif Angkutan Udara dan Bahan Makanan Dorong Inflasi Mei 2020
Inflasi tahunan Kota Balikpapan tersebut masih berada di bawah target inflasi tahun 2020 yang sebesar 3,0%±1.
Penulis: Heriani AM | Editor: Samir Paturusi
TRIBUNKALTIM.CO,BALIKPAPAN -Kepala Kantor Perwakilan Bank Indonesia Balikpapan, Bimo Epyanto menyebut, di Kota Balikpapan pada bulan Mei 2020, inflasi sebesar 0,31% (mounth to mounth/mtm), lebih tinggi dibandingkan periode sebelumnya yang sebesar 0,02% (mtm).
Secara tahunan, inflasi Indeks Harga Konsumen (IHK) Kota Balikpapan tercatat sebesar 1,35% (year on year/yoy).
Inflasi tahunan Kota Balikpapan tersebut masih berada di bawah target inflasi tahun 2020 yang sebesar 3,0%±1.
Berdasarkan kelompok pengeluaran, Inflasi pada bulan laporan didorong oleh peningkatan harga kelompok Transportasi (memiliki andil 0,13%/mtm), yang berasal dari peningkatan tarif angkutan udara seiring dengan mulai dibukanya penerbangan angkutan udara oleh pemerintah.
Selain itu, kelompok makanan, minuman dan tembakau juga memberikan sumbangan inflasi sebesar 0,10% (mtm), yang disebabkan oleh kenaikan harga beberapa komoditas bahan makanan seperti bawang merah, daging ayam ras dan jagung manis.
Baca Juga
Puncak Corona Diprediksi Bulan Juli, Bank Indonesia Susun Skenario Terburuk serta Pencegahannya
Bank Indonesia Bocorkan Kondisi Pasar Keuangan Dalam Negeri, Begini Kenyataannya
Bank Indonesia Wilayah Kota Balikpapan Mengambil Sejumlah Langkah Sikapi Virus Covid-19
"Kenaikan harga beberapa komoditas bahan makanan tersebut didorong peningkatan permintaan menjelang lebaran," ujar Bimo, Selasa (2/6/2020).
Kelompok komoditas lainnya yang menyumbang inflasi adalah perawatan pribadi dan jasa lainnya (memiliki andil 0,05%/mtm), yang dipicu kenaikan harga emas perhiasan melanjutkan tren kenaikan dalam 4 bulan terakhir.
Kelompok Informasi, Komunikasi dan Jasa Keuangan juga mengalami kenaikan (andil 0,04%/mtm) yang berasal dari kenaikan tarif telepon seluler.
Sementara itu, laju inflasi tertahan oleh kelompok pakaian dan alas kaki (andil -0,02%/mtm) yang berasal dari penurunan harga baju dalam wanita dan baju anak.
Ke depan, terdapat beberapa faktor yang diperkirakan masih akan memberi tekanan inflasi, yaitu gangguan produksi seiring dengan cuaca yang belum kondusif di daerah pemasok.
"Juga kenaikan tarif transportasi seiring dengan pemberlakuan kebijakan “new normal” yang mengurangi pembatasan pergerakan penduduk, dan potensi berlanjutnya peningkatan harga emas dunia," terang Bimo.