Virus Corona

Tidak Lagi Merah, Surabaya jadi Zona Hitam dalam Pandemi Covid-19, Simak Fakta Apa yang Terjadi

Berdasarkan peta sebaran covid-19 atau Corona di Jawa Timur, Kota Surabaya tak lagi masuk zona merah, melainkan kini menjadi zona hitam.

Editor: Budi Susilo
TRIBUNKALTIM.CO/CAHYO ADI WIDANANTO
ILUSTRASI - Pelaksanaan rapid test di Plaza Balikpapan Jl Jenderal Sudirman Kota Balikpapan Provinsi Kalimantan Timur pada Rabu (27/5/2020) pagi. 

TRIBUNKALTIM.CO - Perkembangan covid-19 terus dinamis, beberapa daerah di Indonesia masih ada yang mengalami pandemi Corona

Berdasarkan peta sebaran covid-19 atau Corona di Jawa Timur, Kota Surabaya tak lagi masuk zona merah, melainkan kini menjadi zona hitam sejak empat hari terakhir.

Ketua Rumpun Kuratif Gugus Tugas Percepatan Penanganan covid-19 Jawa Timur, dr Joni Wahyuhadi pun memberikan penjelasan terakit hal tersebut.

Dilansir oleh Kompas.com, dr Joni Wahyuhadi mengatakan, warna hitam tersebut menunjukkan jumlah kasus covid-19 di daerah tersebut sudah lebih dari 1.025 kasus.

Baca Juga: Permintaan Swab Mandiri Meningkat, RSUD Kanujoso Djatiwibowo Balikpapan Tambah Satu Alat Uji

Baca Juga: UPDATE Virus Corona di Tarakan, Ada Pertambahan PDP di Tarakan, Pasien Mengeluh Pilek Sesak Nafas

"Semakin banyak catatan kasusnya, warna di peta sebaran akan semakin pekat hingga berwarna hitam," ujar Joni di Gedung Negara Grahadi Surabaya, Selasa (2/6/2020). Hingga Selasa (2/6/2020) malam, kasus covid-19 di Surabaya mencapai 2.748 kasus.

Di peta sebaran, warna lain yaitu merah pekat terdapat di wilayah Kabupaten Sidoarjo dengan 683 kasus dan Kabupaten Gresik 183 kasus. Di peta sebaran yang terdapat batas wilayah 38 kabupaten dan kota, semua berwarna merah.

Kepekatan warna merah tergantung jumlah kasus yang ada di daerah tersebut. Hingga Selasa malam, kasus covid-19 di Jawa Timur bertambah 194 kasus, atau total menjadi 5.132 kasus.  

Tambahan 194 kasus berasal dari Surabaya 115 kasus, Sidoarjo 19 kasus, Bangkalan dan Sampang masing-masing 11 kasus, Lamongan, Tuban, dan Pamekasan masing-masing tujuh kasus, Gresik dan Kabupaten Kediri masing-masing lima kasus, Kabupaten Mojokerto tiga kasus, serta Kabupaten Pasuruan dan Jember masing-masing dua kasus. 

Pasien sembuh bertambah 100 orang atau totalnya menjadi 799 kasus. Sedangkan pasien meninggal bertambah 11 pasien atau menjadi 429 pasien.

Total Orang Dalam Pantauan (ODP) mencapai 24.923 orang dan Pasien Dalam Pantauan (PDP) 6.754 pasien.

Surabaya disebut bisa jadi seperti Wuhan

Kasus virus corona di Jawa Timur berada di bawah DKI Jakarta yang masih menjadi provinsi dengan jumlah terbanyak covid-19

Jumlah kasus covid-19 di Jawa Timur sendiri mayoritas berada di Kota Surabaya yang menjadikannya sebagai pusat penyebaran covid-19 di Jawa Timur.

"65 persen Covid ada di Surabaya Raya. Ini tidak main-main, Surabaya bisa jadi Wuhan kalau warganya tidak disiplin," kata Ketua Rumpun Kuratif Gugus Tugas Percepatan Penanganan covid-19 Jawa Timur dr Joni Wahyuhadi, Rabu (27/5/2020).

Menurutnya, transmission rate penyebaran covid-19 di Surabaya tergolong tinggi, yaitu mencapai 1,6. Itu berarti, menurut Joni, jika ada 10 orang positif covid-19, dalam sepekan akan bertambah menjadi 16 orang.

Joni mendorong warga Surabaya untuk mematuhi protokol kesehatan agar menghambat penyebaran virus covid-19. 

"Jadi kita mutlak untuk disiplin, disiplin memakai masker, disiplin physical distancing, disiplin cuci tangan, disiplin hidup sehat," ujar dia.

Sementara itu, Joni mengatakan, jumlah kasus covid-19 di Kota Surabaya tercatat menjadi yang paling banyak di antara daerah lain di kawasan Surabaya Raya.

Penjelasan Epidemiolog

Faktor lonjakan kasus positif di Jawa Timur menurut Epidemiolog dari FKM UI, Pandu Riono, ada 2 pengaruh.

Ia mengatakan jika terjadinya tren peningkatan jumlah kasus di luar DKI Jakarta yang bergeser ke Jatim dan wilayah luar Pulau Jawa bisa terjadi karena dua faktor.

"Dua faktor yang berpengaruh karena banyak orang yang mudik atau mudik balik, dan peningkatan kapasitas tes pada penduduk yang berisiko," kata Pandu saat dihubungi Kompas.com, Minggu (31/5/2020).

Tidak hanya itu, Pandu juga merasa peningkatan kasus positif covid-19 di Jatim berbanding lurus dengan tes masal yang terus dilakukan oleh pemkot.

Sementara menurut Ketua Gugus Tugas Percepatan Penanganan covid-19 Doni Monardo, lonjakan kasus positif di Jawa Timur disebabkan oleh adanya empat klaster sumber penyebaran. Ke empat klaster tersebut menjadi sangat aktif dalam tingkat penyebaran virus corona di sana.

"Jawa Timur ini termasuk daerah yang potensi dari klaster tertentu sangat tinggi. Antara lain dari Gowa, kemudian jemaah tabligh, termasuk juga yang berasal dari dalam, yaitu Pesantren Temboro dan pabrik Sampoerna," ujar Doni, seperti diberitakan Kompas.com, Rabu (27/5/2020).

Baca Juga: Sudah 16 Sampel Swab Diperiksa Melalui Cartridge TCM TB RSUD Abdul Rivai Berau, Begini Hasilnya

Baca Juga: Pendatang ke Kota Balikpapan tak Kantongi Surat Swab Covid-19, Wajib Rapid Test Dua Kali

Gugus Tugas beserta Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Timur terus melacak orang-orang yang terlibat kontak dengan empat klaster tersebut.

ilustrasi kasus virus corona di Indonesia (Kolase TribunKaltim.co / Tribun Bali dan freepik.com)
Pemerintah pusat juga memberikan dukungan agar kurva penularan covid-19 di Jawa Timur bisa melandai.

Dukungan dari pemerintah pusat berupa dua mobile unit polymerase chain reaction (PCR) laboratorium yang masing-masing berkapasitas empat mesin.

Kedua mobile unit PCR laboratorium itu bisa mengetes 800 spesimen dalam sehari yang berarti peningkatan dalam hal kapasitas tes yang bisa dilakukan

Pandu menambahkan, dengan adanya peningkatan kapasitas tes ini, maka deteksi dan pelacakan pasien positif bisa lebih mudah dilakukan.

"Sehingga, kalau ada kabupaten atau kota yang nol kasus atau sedikit, mungkin disebabkan tes yang sedikit juga. Jangan senang dulu," kata Pandu mengingatkan.

Epidemiolog dari UI tersebut juga menyebutkan jika saat ini belum waktu yang tepat bagi Jatim untuk melonggarkan pembatasan sosial berskala besar (PSBB).

Terlebih lagi, melihat paparan data-data penyebaran beberapa hari terakhir yang terus mengalami peningkatan yang cukup tajam.

"Jatim belum memenuhi syarat utama dari epidemiologi (untuk melakukan pelonggaran batasan), bahwa penularan belum terkendali," kata Pandu.

Untuk mencapai status terkendali, syarat utama yang harus dipenuhi adalah tren penurunan jumlah kasus yang konsisten selama dua minggu pengamatan.

Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Surabaya Jadi Zona Hitam, Apa yang Terjadi?" dan artikel  judul "Mengapa Kasus covid-19 di Jawa Timur Melonjak? Ini Penjelasan Epidemiolog..." 
Sumber: Tribunnews
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved