Tak Ingin Kawasan Hutan Kaki Gunung Layung Kubar Lenyap Berganti Batu Bara, 4 Desa Kompak Menolak
kehadiran tambang batu bara tersebut bakal mengancam sumber air dan hutan di Gunung Layung serta enam desa yang ada di sekitar kawasan tersebut.
“Dan sekarang jadi sumber kehidupan kami di sana. Sumber kehidupan masyarakat adat,” tegasnya. Di kawasan tersebut pun terdapat warisan nenek moyang seperti rumah adat dan situs bersejarah lainnya. “Warga selalu diiming-imingi uang untuk melepas lahannya,” tuturnya.
Baca juga; Kabar SKB CPNS Terbaru, Peserta Bisa Gugur Karena Aturan Suhu Tubuh, Simak Ketentuan Penting Lainnya
Baca juga; Mewahnya Apartemen Hana Hanafiah, Momen Sang Artis FTV Langsung Berteriak Saat 1 Benda Ini Ditemukan
Dinamisator Jaringan Advokasi Tambang Batu Bara (Jatam) Kaltim, Pradarma Rupang menambahkan Gunung Layung menjadi jantung bagi masyarakat di sekitar kawasan tersebut.
“Jaraknya hanya sekitar lima kilometer dari Barong Tongkok, pusat ibu kota Kabupaten Kutai Barat. Di gunung itu ada hutan adat, pun jadi sumber air bagi warga sekitar,” ungkapnya.
Hadirnya perusahaan tambang tersebut, diprediksi bakal terjadi eksploitasi besar-besaran dan mengancam hutan di kawasan tersebut. Sebab, ada sekitar 5.000 hektar luas konsesi tambang mencaplok kawasan sekitar termasuk Gunung Layung dan enam desa yang ada di wilayah tersebut.
Ke-enam desa tersebut di antaranya, Geleo Asa, Geleo Baru, Tongkok Asa dan Tepas Asa. Empat desa ini sudah menyatakan sikap menolak masuknya perusahaan tambang tersebut. Sementara, dua desa lainnya, Muara Asa dan Muara Benanga belum menyatakan sikap.
Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Warga 4 Desa di Kaki Gunung Layung Kutai Barat Tolak Tambang Batu Bara"