Tak Terima Editor Metro TV Yodi Prabowo Disebut Bunuh Diri Karena Narkoba, Ini Reaksi Suci Fitri
Tak Terima Editor Metro TV Yodi Prabowo Disebut Bunuh Diri Karena Narkoba, Ini Reaksi Suci Fitri
"Ada sejumlah persoalan pribadi yang kami yakini terkait dengan dugaan bunuh diri YP atau membuatnya depresi hingga bunuh diri," kata Tubagus dalam konpers di Mapolda Metro Jaya, Sabtu (25/7/2020).
Yakni katanya adalah persoalan asmara, penyakit kelamin yang diderita Yodi, serta kebiasaan Yodi mengonsumsi narkoba jenis amphetamine.
Dari analisa pemeriksaan saksi kata Tubagus didapat fakta yang sangat terkait dengan depresi dan dugaan bunuh diri yang dilakukan Yodi.
"Saksi yang kami periksa ada 34 orang. Di antara mereka ada yang beberapa kali atau berulang kami periksa," kata Tubagus.
Dari sana kata Tubagus disimpulkan bahwa Yodi memiliki kekasih S yang sudah berpacaran tujuh tahun.
"Selain punya pacar S, korban juga memiliki teman dekat seorang perempuan L. Ini sempat terjadi konflik diantara mereka, namun konflik selesai" ujar Tubagus.
"Korban pernah mengatakan berulang-ulang kepada S setelah konflik yang demikan kuat, dengan pertanyaan 'Kalau Saya, tidak ada Bagaimana'," kata Tubagus.
Dalam pengertiannya kata Tubagus, maksud Yodi dengan pernyataan kalau tidak ada, adalah jika meninggal.
"Pernyataan itu berulang-ulang dikatakan korban kepada S. Padahal mereka rencananya akan menikah," ujar Tubagus.
• Ibu Yodi Prabowo Buka Sosok Wanita yang Cintanya Ditolak Editor Metro TV, Sang Kekasih Ajak Ketemu
Pernyataan Yodi kepada S itu kata Tubagus, menurut keterangan ahli yakni Pakar Psikologi Forensik, bisa menjadi sebuah ide awal untuk bunuh diri.
Sementara, terkait dugaan mengidap penyakit, Tubagus memaparkan dua alat bukti, yakni kartu debit BCA dan BRI milik korban.
"Dari analisa transaksi keuangan korban dimana memiliki dua kartu debit BCA dan BRI, ada satu yang menonjol. Di mana dengan kartu debet BCA, korban melakukan pembayaran ke RSCM Kencana," kata Tubagus.
"Untuk apa uang itu? yakni untuk pemeriksaan laboratorium dan konsultasi dokter ahli Penyakit Kulit dan Kelamin," tambahnya.
Hal itu kata Tubagus pastinya dilakukan Yodi, karena ada keluhan yang dirasakannya.
"Sehingga ia melakukan konsultasi ke dokter ahli Penyakit Kulit dan Kelamin.
Dari sana disarankan beberapa pengecekan lebih lanjut," kata Tubagus.
Salah satunya kata Tubagus adalah pengecekan atau tes HIV.
"Dengan kesadaran sendiri, korban lalu sempat melalukan tes HIV. Namun sampai ia meninggal, hasilnya belum keluar dan belum dia ketahui atau diambil. Belakangan hasilnya adalah negatif," kata Tubagus.
Penyakit Yodi ini kata Tubagus sangat terkait dengan dugaan bunuh diri yang dilakukan Yodi.
"Ini sangat terkait, yakni terkait dengan kemungkinan korban menjadi depresi hingga bunuh diri. Ini didasarkan atas keterangan ahli psikologi forensik," ujarnya.
Dalam hal ini kata Tubagus pihaknya mengaitkan keterangan ahli dengan fakta penyidikan.
Hal lain yang juga sangat terkait, kata Tubagus, adalah temuan hasil pemeriksaan kedokeran forensik atas urine korban.
"Dimana korban positif amphetamine. Sejauhmana pengaruh amphetamine terhadap kejiwaan seseorang, ini sangat berpengaruh menimbulkan keberanian seseorang di luar biasanya untuk melakukan hal yang tak normal," kata Tubagus.
"Jangan pernah bandingkan orang normal dengan orang yang mengonsumsi amphetamine.
Karena pengaruh amphetamine dapat menimbulkan keberanian yang lebih dari biasanya," kata Tubagus.
• Fakta-fakta Yodi Prabowo Diduga Bunuh Diri, Pesan untuk Pacar, Beli Pisau, hingga Positif Narkoba
Pengaruh amphetamine inilah menurut Tubagus yang bisa membuat Yodi akhirnya nekat bunuh diri dengan pisau dapur yang dibelinya di Ace Hardware Rempoa.
"Bagi orang normal tak masuk akal, bagi yang terkena amphetamine bisa berbeda," kata Tubagus.
Karenanya kata Tubagus, Yodi mengalami depresi karena sejumlah permasalahan pribadinya.
Mulai dari hubungan asmaranya dengan dua perempuan, Penyakit Kulit dan Kelamin yang dialami, hingga ketergantungannya akan narkoba atau zat psikotropika amphetamine.
"Dari beberapa penjelasan, dari TKP, dari keterangan ahli, dari keterangan saksi, dari olah TKP, dari keterangan yang lain dan bukti petunjuk lain, maka penyidik sampai saat ini berkesimpulan bahwa yang bersangkutan diduga kuat melakukan bunuh diri," kata Tubagus.
Meski begitu kata Tubagus pihaknya tetap membuka diri jika ada informasi baru dan lain sebagainya yang menunjukkan jika tewasnya Yodi Prabowo adalah perkara kriminal.
"Lalu bagaimana apakah perkara ini ditindaklanjuti atau tidak, kita tetap membuka diri jika ada informasi dan lain sebagainya. Tapi fakta yang kami himpun dari pemeriksaan TKP, olah TKP, keterangan saksi, keterangan ahli, bukti petunjuk, bukti pendukung dan hal pendukung lainnya, maka kami berkesimpulan bahwa yang bersangkutan diduga kuat bunuh diri," kata Tubagus.
(*)