Breaking News

Idul Adha

Kisah Haru Nenek Sumiati Penyapu Jalan Berkurban Sapi dan Kambing Usai Menabung 15 Tahun

Keriput di wajah Nenek Sumiati adalah gambaran perjuangan hidupnya. Kisah perempuan yang tegar dalam menjalani pilihannya dan takdir Rabb nya.

Penulis: Aris Joni | Editor: Mathias Masan Ola
HO/Humas Setkab Kukar
Nenek Sumiati bersama panitia kurban berdoa sebelum menyerahkan hewan kurban berupa satu ekor sapi dan kambing 

TRIBUNKALTIM.CO, TENGGARONG - Keriput di wajah Nenek Sumiati, adalah gambaran perjuangan hidupnya. Kisah perempuan yang tegar dalam menjalani pilihannya dan takdir Rabb nya.

Nek Nok, begitu nenek itu biasa dipanggil oleh orang-orang yang mengenalnya, adalah ibu dari 4 orang anak laki-laki yang sangat mencintai dan menghormatinya.

Nek Nok lahir pada tahun 1949, bersekolah hingga kelas 2 SD, nenek dari 5 orang cucu dari 3 anaknya. Wajahnya tenang, menggambarkan kepolosan dan prasangka baiknya pada sesamanya, seorang pemaaf.

Nek Nok tinggal di dalam Kawasan Pasar Seni, di jantung Kota Tenggarong. Kota kecil ini dialiri Sungai Mahakam yang panjangnya hampir 1000 kilometer, merupakan ibu kota Kabupaten Kutai Kartanegara. Di kota itu juga berdiri Keraton Kesultanan Kutai Kartanegara yang megah, karenanya dijuluki juga sebagai Kota Raja.

Dari rilis humas Setkab Kukar, dulunya Nek Nok tinggal di kawasan Tanjung yang mempertemukan Sungai Mahakam dan Sungai Tenggarong yang membelah kota. Tanjung adalah Kawasan urban yang banyak dihuni oleh para perantau dari banyak daerah, sebuah kawasan multikultur di jantung kota Tenggarong yang asri.

Baca juga; Nenek Sumiati di Kukar Menabung 15 Tahun, Idul Adha Ini Dia Berkurban Satu Ekor Sapi dan Kambing

Baca juga; Protokol Kesehatan Ketat, Jamaah di Balikpapan Pilih Sholat Idul Adha di Masjid Besar

Idul Adha tahun ini sungguh berbeda bagi Nek Nok. Setelah 15 tahun hidup dalam kesederhanaan dan berusaha keras untuk menabung, lebaran kali ini Nek Nok berhasil menunaikan niatnya untuk berkurban seekor sapi yang gemuk.

Harganya Rp 18 juta setelah diturunkan Rp 2 juta oleh penjualnya setelah tahu perjuangan Nek Nok . Selain itu dibelinya seekor kambing yang gemuk seharga Rp 4,7 juta yang diniatkan untuk makan bersama dalam acara haul kedua orang tuanya. Sebelum ditunaikan niatnya, dikumpulkannya anak-anaknya dan mereka pun mendukung niat baik ibunya. Anak keduanya pun menghubungi kenalannya yang saat ini berdagang hewan kurban.

Saat ditanya apa yang mendorongnya berkurban begitu banyak, dijawabnya itu nasehat dari ibunya. “jika diberi umur panjang, banyaklah bersedekah dan beramal kepada sesama. Di akhirat yang ditimbang adalah amal baik dan dosa,” ungkapnya.

Nasihat itu selalu ada dalam ingatannya. Sungguh lama dan sulit Nek Nok mewujudkan niatnya. Dalam himpitan ekonomi dirinya dan anak-anaknya, terkadang uang tabungannya terpakai juga untuk urusan darurat dan untuk beli obat.

Orang tua Nek Nok adalah seorang petani dan kyai, menjadi imam sholat dan seorang guru ngaji di Jember. Dalam kenangannya digambarkan bapaknya adalah orang tua yang sabar dan lembut. Dia ingat bapaknya sering menjamu jamaah di masjid dengan membuat masakan dari biaya pribadinya.

Sumiati adalah nama pemberian orang tuanya yang berasal dari Batu Urip,Jember di Jawa Timur. Usia 14 tahun dia dinikahkan orangtuanya dengan seorang lelaki sesama sukunya, orang Madura.

Dari pernikahannya dia mendapatkan 4 orang anak, dan semuanya sudah meninggal. Mereka bercerai dan Nek Nok bekerja di perusahaan perkebunan teh di wilayah Gunung Gambir Kabupaten Jember.

Bekerja di perkebunan teh hanya bertahan 6 bulan karena upahnya tidak memadai dengan beratnya beban kerjanya.

Sumber: Tribun Kaltim
Halaman 1 dari 3
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved