Virus Corona di Samarinda
Kisah Wahyu Hidayat Jadi Tim Evakuasi BPBD Samarinda, Ketika Orang Jauhi Covid-19 Kami Mendekat
Wahyu Hidayat, pria berusia 41 tahun ini merupakan satu dari delapan personel Tim Evakuasi BPBD Kota Samarinda, Kalimantan Timur
Penulis: Christoper Desmawangga | Editor: Samir Paturusi
Bahkan, dalam sehari Wahyu dan rekan-rekannya pernah memakamkan jenazah sebanyak tiga kali diwaktu-waktu larut malam dan subuh hari.
Bahkan, pada hari raya Idul Adha 1441 H/2020 lalu, Wahyu dan kawan kawan terpaksa tidak bisa merayakannya bersama keluarga, karena pada subuh harinya E-Team harus memakamkan pasien covid-19.
Sesuai prosedur covid-19, setelah proses pemakaman dilakukan, seluruh personel dilarang untuk langsung pulang ke rumah masing-masing, dan harus menjalani karantina selama 14 hari di kantor BPBD Kota Samarinda.
"Tahun ini lengkap saya, karena lebaran Idul Fitri lalu juga tidak merayakan dengan keluarga, karena saat itu sedang terjadi musibah banjir besar. Idul Adha tahun saya rayakan dengan rekan-rekan saya di BPBD," ungkapnya.
"Ya, Tim Evakuasi ini sudah saya anggap sebagai bagian dari keluarga saya, karena suka duka kami selama bertugas selalu kami jalani bersama," sambungnya.
Selama belum bisa pulang ke rumah, untuk mengobati rindu dengan keluarga,, terutama kepada anak semata wayangnya yang masih berusia 7 tahun, Wahyu senantiasa menyempatkan diri untuk video call dengan anaknya tersebut.
Tak jarang dirinya merasa sedih ketika anaknya kerap menanyakan kapan dirinya pulang ke rumah.
"Dengan kondisi seperti ini, komunikasi dengan keluarga harus tetap terjaga. Biasanya habis magribh sebelum anak saya tidur, saya telpon pakai video call. Kalau keluarga sebenarnya khawatir, tapi mereka juga support dan selalu mendoakan saya dan rekan-rekan lainnya," urainya.
"Alhamdulillah sampai saat ini kami selalu diberi kelancaran. Ya, walaupun ada kendala, tapi masih bisa kami tangani," tegasnya.
Selama menjalankan tugas, tidak jarang Wahyu menitikan air matanya, terutama saat peti yang berisi jenazah pasien covid-19 dimasukan ke liang lahat.
Menurutnya, Virus Corona dapat menjangkit ke siapa saja, dengan efek yang paling buruk yakni kematian. Disetiap tetesan air matanya itu, Wahyu selalu berdoa agar wabah covid-19 dapat segera berakhir.
"Kadang air mata ini menetes ketika proses pemakaman dilakukan. Kita semua berharap agar virus ini tidak menular ke orang lain, apalagi keluarga sendiri. Selain itu, haru saya ini ada rasa kebanggaan tersendiri, bisa mengabdikan diri untuk masyarakat, untuk bangsa," ungkap Wahyu.
"Sementara orang lain takut dan menjauh, kami justru mendekat. Makanya kami selalu berpesan agar masyarakat ikut serta patuh dalam menerapkan protokol kesehatan," pungkasnya.
Sebagai informasi, Selain Tim Evakuasi BPBD Kota Samarinda, proses pemakaman juga dilakukan bersama dengan Dinas Perumahan dan Kawasan Permukiman (DPKP) Kota Samarinda. (*)
Baca Juga:Hari ini Ada Penambahan 26 Suspek Covid-19 di Kabupaten Penajam Paser Utara
Baca Juga:Ungkap Fakta Lain, Reaksi Anji Setelah Video Soal Hadi Pranoto Klaim Obat Covid-19 Dihapus YouTube