Virus Corona di Samarinda

Kisah Wahyu Hidayat Jadi Tim Evakuasi BPBD Samarinda, Ketika Orang Jauhi Covid-19 Kami Mendekat

Wahyu Hidayat, pria berusia 41 tahun ini merupakan satu dari delapan personel Tim Evakuasi BPBD Kota Samarinda, Kalimantan Timur

TRIBUNKALTIM.CO/HO
Personel Tim Evakuasi atau E-Team BPBD Kota Samarinda mengangkat peti berisi pasien covid-19 untuk selanjutnya dilakukan pemakaman dengan prosedur covid-19 dilakukan. 

TRIBUNKALTIM.CO, SAMARINDA - "Sementara orang lain takut dan menjauh, kami justru mendekat. Makanya kami selalu berpesan agar masyarakat ikut serta patuh dalam menerapkan protokol kesehatan."

Itulah yang diungkapkan Wahyu Hidayat, pria berusia 41 tahun ini merupakan satu dari delapan personel Tim Evakuasi BPBD Kota Samarinda, Kalimantan Timur atau yang biasa disebut E - Team.

Tugas E-Team yakni melakukan penjemputan, serta memakamkan jenazah pasien covid-19 dengan standar dan prosedur pemakaman covid-19.

Tidak hanya itu saja, tidak jarang E - Team juga melakukan penyemprotan disinfektan, serta melakukan himbauan ke masyarakat mengenai penerapan protokol kesehatan.

Baca Juga:Setelah Klaim Surabaya Zona Hijau Covid-19, Risma Didemo Ratusan Massa, Minta THM Dibuka Lagi

Baca Juga:Bilik Sterilisasi Roda 4 Rp 500 Juta Jadi Perbincangan, Kadinkes PPU Sebut Upaya Pencegahan Covid-19

Kepada Tribunkaltim.co, Wahyu mengaku sama sekali tidak ada keraguan ketika memutuskan bergabung dengan Tim Evakuasi yang dikomandoi langsung oleh Kabid Kedaruratan dan Logistik BPBD Kota Samarinda, Ifran.

Pria satu anak itu pun sudah mengerti dan paham mengenai resiko tugas yang akan diembannya. Resiko tertular virus mematikan asal China tersebut sudah sangat dipahaminya. Namun, dirinya tetap mengiyakan untuk bergabung dalam Tim Evakuasi.

Panggilan jiwa, serta dukungan dari orang-orang terdekatnya jadi alasan utama dirinya bersedia mengambil tugas yang cukup berat tersebut.

Berbekal kemampuannya di bidang rescue dan kedaruratan, Wahyu mantap menerima tantangan tersebut.

"Awal mulanya saya hanya ikut serta membantu menjemput PDP (Pasien Dalam Pengawasan) dan lakukan pemakaman. Karena hal ini perlu penanganan yang berbeda, akhirnya dibentuklah E-Team ini yang dipelopori oleh Kabid Kedaruratan dan Logistik, pak Ifran, dan sampai sekarang kami masih bertugas," ucapnya, Senin (3/8/2020).

Sebelum bergabung dengan E-Team, Wahyu merupakan anggota LSM relawan Rescue Teknik Mandiri (RTM).

Pengalamannya sebagai relawan yang kerap ikut serta dalam upaya pencarian, evakuasi dan kedaruratan menjadi modalnya agar bisa turut serta dalam penanganan covid-19 di Kota Tepian.

"Ya, sebelumnya saya pernah ikut serta dalam operasi tanggap darurat, di tingkat lokal dan nasional. Tapi, dalam hal covid-19, ini merupakan kali pertama dan memang cukup berbeda penanganannya," jelasnya.

Wahyu menuturkan, angka kematian yang berkaitan dengan covid-19 di Samarinda akhir-akhir ini alami peningkatan.

Bahkan, dalam sehari Wahyu dan rekan-rekannya pernah memakamkan jenazah sebanyak tiga kali diwaktu-waktu larut malam dan subuh hari.

Bahkan, pada hari raya Idul Adha 1441 H/2020 lalu, Wahyu dan kawan kawan terpaksa tidak bisa merayakannya bersama keluarga, karena pada subuh harinya E-Team harus memakamkan pasien covid-19.

Sesuai prosedur covid-19, setelah proses pemakaman dilakukan, seluruh personel dilarang untuk langsung pulang ke rumah masing-masing, dan harus menjalani karantina selama 14 hari di kantor BPBD Kota Samarinda.

"Tahun ini lengkap saya, karena lebaran Idul Fitri lalu juga tidak merayakan dengan keluarga, karena saat itu sedang terjadi musibah banjir besar. Idul Adha tahun saya rayakan dengan rekan-rekan saya di BPBD," ungkapnya.

"Ya, Tim Evakuasi ini sudah saya anggap sebagai bagian dari keluarga saya, karena suka duka kami selama bertugas selalu kami jalani bersama," sambungnya.

Selama belum bisa pulang ke rumah, untuk mengobati rindu dengan keluarga,, terutama kepada anak semata wayangnya yang masih berusia 7 tahun, Wahyu senantiasa menyempatkan diri untuk video call dengan anaknya tersebut.

Tak jarang dirinya merasa sedih ketika anaknya kerap menanyakan kapan dirinya pulang ke rumah.

"Dengan kondisi seperti ini, komunikasi dengan keluarga harus tetap terjaga. Biasanya habis magribh sebelum anak saya tidur, saya telpon pakai video call. Kalau keluarga sebenarnya khawatir, tapi mereka juga support dan selalu mendoakan saya dan rekan-rekan lainnya," urainya.

"Alhamdulillah sampai saat ini kami selalu diberi kelancaran. Ya, walaupun ada kendala, tapi masih bisa kami tangani," tegasnya.

Selama menjalankan tugas, tidak jarang Wahyu menitikan air matanya, terutama saat peti yang berisi jenazah pasien covid-19 dimasukan ke liang lahat.

Menurutnya, Virus Corona dapat menjangkit ke siapa saja, dengan efek yang paling buruk yakni kematian. Disetiap tetesan air matanya itu, Wahyu selalu berdoa agar wabah covid-19 dapat segera berakhir.

"Kadang air mata ini menetes ketika proses pemakaman dilakukan. Kita semua berharap agar virus ini tidak menular ke orang lain, apalagi keluarga sendiri. Selain itu, haru saya ini ada rasa kebanggaan tersendiri, bisa mengabdikan diri untuk masyarakat, untuk bangsa," ungkap Wahyu.

"Sementara orang lain takut dan menjauh, kami justru mendekat. Makanya kami selalu berpesan agar masyarakat ikut serta patuh dalam menerapkan protokol kesehatan," pungkasnya.

Sebagai informasi, Selain Tim Evakuasi BPBD Kota Samarinda, proses pemakaman juga dilakukan bersama dengan Dinas Perumahan dan Kawasan Permukiman (DPKP) Kota Samarinda. (*)

Baca Juga:Hari ini Ada Penambahan 26 Suspek Covid-19 di Kabupaten Penajam Paser Utara

Baca Juga:Ungkap Fakta Lain, Reaksi Anji Setelah Video Soal Hadi Pranoto Klaim Obat Covid-19 Dihapus YouTube

Sumber: Tribun Kaltim
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved