Tak Lagi Dukung Prabowo, Pengamat Politik Sebut Sikap PA 212 Wajar & Patut Kecewa, Sering Disalahkan
Presidium Alumni 212 menyatakan deklarasi untuk berhenti mendukung Ketua Umum Partai Gerindra, Prabowo Subianto.
TRIBUNKALTIM.CO - Presidium Alumni 212 atau PA 212 menyatakan sikap tak lagi mendukung Prabowo Subianto.
Menanggapi sikap PA 212 ini, pengamat politik hal tersebut sangat wajar.
Seperti diberitakan sebelumnya, Presidium Alumni 212 menyatakan deklarasi untuk berhenti mendukung Ketua Umum Partai Gerindra, Prabowo Subianto.
Pengamat Politik Andi Prayitno menilai 212 wajar jika kecewa.
Hal itu diungkapkan Andi Prayitno saat hadir di acara Apa Kabar Indonesia Malam pada Senin (11/8/2020).
• Ketua PA 212 Sebut Masa Prabowo Sudah Habis di Pilpres, PKS Justru Sarankan Lakukan Ini
• Prabowo Disebut Ketua PA 212 Sudah Habis di Pilpres, Mardani Ali Sera justru Sarankan Ini
• Prabowo Diperkirakan Tak Ajak Fadli Zon di Gerbong Barunya, Andre Rosiade jadi Debutan
• Prabowo Subianto Bakal Dapat Banyak Ganjalan Jika Masih Ingin Maju di Pilpres 2024
Mulanya, Andy Prayitno mengatakan bahwa menurut survei lebih banyak orang tidak setuju Prabowo berkoalisi dengan Jokowi.
Sebagian besar yang tidak mendukung koalisi itu adalah PKS dan 212.
"Ya pada prinsipnya begini sebulan sebelum pelantikan kedua kalinya, saya sempat rilis survei tanggal 18 September menanyakan kepada masyarakat umum 60 persen memang tidak setuju Prabowo menjadi bagian dari koalisi Pak Jokowi."
"Ketika diliris 60 persen itu pendukung Prabowo terutama dari kalangan PKS dan 212," jelas Andy.
Sehingga wajar jika elektabilitas Prabowo akan turun lantaran banyak pendukungnya kecewa.
"Jadi kalau disebut oleh Mas Yunarto elektabilitas Prabowo menurun itu wajar karena ada pasar politiknya, captive market yang selama ini menjadi trendsetter dan pendorong secara perlahan angkat kaki," katanya.
Terkait 212 sudah tak mendukung Prabowo, Andy menganggap wajar.
Menurutnya selama ini 212 sering disalahkan dan dianggap penumpang gelap.
"Kalau bahasa TV One PA 212 patut kecewa karena selain menjadi corong Prabowo, seringkali dalam berbagai event sering disalahkan dan dianggap penumpang gelap ketika Prabowo sudah mau menjadi bagian dari politik Pak Jokowi," ucapnya.
Andy lantas memperingatkan bahwa hal tersebut bisa mengancam elektabilitas Prabowo pada Pemilihan Presiden 2024 meski saat ini posisinya masih di atas calon lain.