Heboh Baju Adat China di Uang Pecahan Rp 75 Ribu, Ternyata Pakaian Suku Pedalaman Pulau Kalimantan
Heboh bajuaAdat China di uang pecahan Rp 75 Ribu, ternyata pakaian suku pedalaman di Pulau Kalimantan
TRIBUNKALTIM.CO - Heboh bajuaAdat China di uang pecahan Rp 75 Ribu, ternyata pakaian suku pedalaman di Pulau Kalimantan.
Bank Indonesia merilis uang pecahan edisi terbatas khusus merayakan Hari Kemerdekaan Indonesia.
Namun, netizen dibuat heboh dengan satu gambar baju adat di uang pecahan Rp 75 ribu tersebut yang jarang dikenali.
Kebanyakan netizen mengira, itu adalah baju adat China, namun ternyata merupakan baju adat salah satu suku asli di Kalimantan.
Uang pecahan Rp 75.000 yang baru diluncurkan Bank Indonesia masih saja jadi pembicaraan netizen (warganet).
Apa pasal?
• Hasil Liga Eropa, Mirip Bayern vs Barcelona, Inter Milan Tatap Final Usai Bantai Shakhtar Donetsk
• Jokowi Cairkan BLT Karyawan Swasta Akhir Agustus, Ada Syarat Uang Rp 600 Ribu Ditransfer ke Rekening
• Kisah 9 Istri Presiden Soekarno: Hanya 1 Wanita Ini yang Menemani Sang Proklamator hingga Wafat
• Dituding Settingan dengan Lesty Kejora, Rizky Billar: Seolah-olah Tau Segala Hal tentang Saya
Rupanya, dalam uang pecahan yang diluncurkan bertepatan dengan peringatan HUT Ke-75 Republik Indonesia tersebut ada foto pria berpakaian adat yang oleh sebagian netizen dianggap pakaian China (Tionghoa).
"Nah coba tebak adat daerah mana yg dalam lingkaran biru," tulis seorang netizen dalam grup whatsapp yang kemudian viral.
Dia menyodorkan uang pecahan yang diluncurkan bertepatan HUT Kemerdekaan RI tersebut,
Ternyata, foto pria berpakaian adat di dalam uang pecahan Rp 75.000 yang dihebohkan netizen tersebut adalah pria berpakaian adat Suku Tidung.
Di mana asal usul Suku Tidung?
Wikipedia menulis, Suku Tidung merupakan suku yang tanah asalnya berada di bagian utara Pulau Kalimantan (Kalimantan Utara).
Suku ini juga merupakan anak negeri di Sabah, jadi merupakan suku bangsa yang terdapat di dua negara, yaitu Indonesia dan Malaysia (negeri Sabah).
Suku Tidung semula memiliki kerajaan yang disebut Kerajaan Tidung. Tetapi akhirnya punah karena adanya politik adu domba oleh pihak Belanda.
Bahasa Tidung dialek Tarakan merupakan bahasa Tidung yang pertengahan karena dipahami oleh semua warga suku Tidung.