Virus Corona
Tak Ada Calon Vaksin yang Tunjukan Sinyal Manjur, WHO tak Yakin Vaksin Corona Ditemukan Sampai 2021
Organisasi Kesehatan Dunia atau WHO pesimis atas ketersediaan vaksin Covid-19 hingga pertengahan 2021.
"Pada dasarnya, pintunya terbuka. Kami terbuka. Yang dimaksud dengan COVAX adalah memastikan semua orang di planet ini akan mendapatkan akses ke vaksin," tutur Harris.
Sementara Indonesia diketahui sedang mengembangkan kerjasama internasional. Kerjasama yang pertama yang sudah dalam pendampingan BPOM yakni PT Sinovac dengan PT Biofarma, lalu kerjasama kedua Sinopharm dengan Kimia Farma bersama Grup 42 dari Uni Emirat Arab dan kerjasama ketiga ialah Genexine dengan PT Kalbe Farma.
• Harga Tertinggi Rp 439 Ribu, Erick Thohir Beber 2 Cara Dapatkan Vaksin Virus Corona dari Bio Farma
• Mendadak Heboh, Jadi Trending Topic, Klarifikasi Tara Basro tentang Unggahannya soal Vaksin Covid-19
• Ridwan Kamil Jadi Mudah Ngantuk Seusai Disuntik Vaksin Covid-19, 2021 Jadi Target Erick Thohir
Vaksin Corona Buatan China dan Rusia Disebut Ilmuwan Punya Kelemahan,Tak Miliki Kemanjuran 70 Persen
Para ilmuwan dari Universitas Johns Hopkins mengungkapkan sejumlah kelemahan vaksin buatan China dan Rusia.
Mereka berasumsi vaksin tersebut tak memilik kemanjuran sampai 70 persen.
Hal tersebut didasari atas sejumlah fakta yang didapat.
Vaksin covid-19 yang dikembangkan di Rusia dan China disebut memiliki potensi kelemahan yang sama.
Sebab, vaksin tersebut didasarkan pada virus flu biasa yang telah terpapar sebelumnya oleh banyak orang.
Oleh karena itu, beberapa ahli mengatakan potensi keefektivitas dari vaksin tersebut terbatas.
Vaksin asal China bernama CanSino Biologics ini telah disetujui untuk penggunaan militer di China.
Para ahli menuturkan, vaksin tersebut merupakan bentuk modifikasi dari adenovirus tipe 5 atau Ad5.
Sedangkan perusahaan tersebut tengah dalam pembicaraan untuk mendapatkan persetujuan darurat di beberapa negara.
Padahal mereka belum menyelesaikan uji coba vaksin dalam skala besar, Wall Street Journal melaporkan.
Hal yang sama juga terjadi pada vaksin yang dikembangkan oleh Institut Gamaleya Moskow.
Vaksin tersebut disetujui di Rusia pada awal bulan ini meskipun pengujian dilakukan terbatas.