Kondisi Penangkaran Buaya Teritip Balikpapan, Pemberian Pakan Bertambah Karena Pengunjung Berkurang
Penangkaran Buaya Teritip merupakan salah satu destinasi wisata andalan saat berkunjung di Kota Minyak.
Penulis: Heriani AM | Editor: Samir Paturusi
TRIBUNKALTIM.CO, BALIKPAPAN- Pembatasan sosial yang dilakukan masyarakat demi memutus mata rantai Virus Corona atau covid-19, memang memberi efek domino bagi banyak sektor, termasuk penangkaran buaya yang terletak di kawasan Teritip, Balikpapan Timur, Kota Balikpapan, Kalimantan Timur.
Penangkaran Buaya Teritip merupakan salah satu destinasi wisata andalan saat berkunjung di Kota Minyak.
Bahkan warga lokal pun kerap kali mampir disini. Di tempat ini, pengunjung bisa menyaksikan tingkah unik buaya dan mempelajari seluk-beluk tentangnya.
Tempat penangkaran Buaya Teritip sudah dibangun sejak 1996, dengan tujuan mulia untuk mengembangbiakkan dan membudidayakan satwa liar.
Baca Juga:NEWS VIDEO BKSDA Berau Evakuasi Puluhan Buaya Badas di Penangkaran Milik Warga Sambaliung
Baca Juga:BREAKING NEWS BKSDA Berau Evakuasi Puluhan Buaya Badas di Penangkaran Milik Warga Sambaliung
Selain itu, keberadaan penangkaran Buaya Teritip juga dimaksudkan untuk menyediakan pasokan kulit buaya, sebagai bahan baku pembuatan tas untuk industri kreatif usaha kecil dan menengah.
Terlepas dari kedua hal tersebut, keberadaan Penangkaran Buaya Teritip juga menjadi salah satu objek wisata keluarga alternatif kebanggan masyarakat Balikpapan.
Tak heran saat memasuki akhir pekan dan hari libur sekolah, Penangkaran Buaya Teritip kerap diramaikan wisatawan, baik dari Balikpapan maupun dari luar daerah.
Namun saat masa pandemi, masa sulit juga turut dirasakan. "Pengunjung berkurang lebih dari 50 persen. Selama 4 bulan kami tutup, dari Maret hingga 24 Juli lalu baru buka lagi," ujar Manager Operasional Penangkaran Buaya Teritip, Aris, Kamis (17/9/2020).
Selama beroperasi kembali, Aris menyebut pengunjung yang datang tidak pernah seramai dulu. Hanya saat akhir pekan, barulah dirasa cukup ramai dengan kisaran 50 orang pengunjung.
Hal ini membuat pemilik mesti mengeluarkan biaya lebih untuk keberlangsungan hidup 1.100 buaya, dengan 3 jenis. Yakni buaya muara, buaya air tawar dan buaya supit yang keberadaannya cukup langka.
Dimana biasanya pemberian pakan hanya sekali seminggu sebanyak 2 ton daging, karena banyak pengunjung yang juga memberi. Saat ini, diberi 2 kali seminggu dengan jumlah berlipat.
Kondisi sulit ini juga mengharuskan pengelola melakukan efisiensi. Ada pengurangan karyawan 50 persen. Dimana sebelumnya berjumlah 14 orang, kini hanya 7 orang saja.
"Makanan buaya disiapkan oleh owner nya. Untuk makanan tetap kami jamin untuk terpenuhi, aman saja," jelas Aris.