Neraka Messi di Barcelona, Mental Sering Terpuruk, Gagal Jadi Kapten, Vidal Hengkang ke Inter Milan
Neraka Messi di Barcelona, mental sering terpuruk, gagal jadi kapten, Vidal hengkang ke Inter Milan.
TRIBUNKALTIM.CO - Neraka Messi di Barcelona, mental sering terpuruk, gagal jadi kapten, Vidal hengkang ke Inter Milan.
Dua tahun menyandang ban kapten Lionel Messi belum mampu mengangkat performa Barcelona di eropa.
Fakta itu tak bisa ditampik pemain berkebangsaan Argentina itu.
Kritik tajam senantiasa menghakimi Lionel Messi belakangan ini.
Kendati demikian, Kapten Barcelona, Lionel Messi menerima kritik soal kekurangannya untuk bisa memimpin tim dengan baik.

Bak neraka, Messi seakan-akan tersiksa di Barcelona.
Apalagi sepeninggal Xavi dan Iniesta, pemain Barcelona pemegang ban kapten sebelum Lionel Messi.
• Menang di Liga Italia, Stefano Pioli Bocorkan Tak Suka Sistem Permainan AC Milan di 20 Menit Akhir
• Blunder Membuat Nama Kepa Teratas, Mengalahkan Legenda AC Milan dan Torres, Chelsea Rugi Besar
• Bukan Luis Suarez atau Dzeko! Andrea Pirlo Siapkan Sambutan Kepulangan Alvaro Morata ke Juventus
Lionel Messi resmi ditunjuk sebagai kapten utama Barcelona mulai musim 2018-2019.
Lionel Messi saat itu menggantikan kapten sebelumnya, Andres Iniesta, yang hijrah ke Liga Jepang bersama Vissel Kobe.
Sejak menjadi kapten, Messi belum juga mampu mengembalikan trofi Liga Champions ke Barcelona.

Mantan striker River Plate, Claudio Caniggia, merasa bahwa Messi ikut andil dalam terpuruknya performa Barcelona.
"Messi kurang bagus sebagai pemimpin karena saat timnya kesulitan, ia ikut terpuruk," ujar Caniggia seperti dilansir BolaSport.com dari Sport.
"Dia bisa bertanggung jawab, tetapi mudah merasa kecewa jika timnya tidak lebih baik dari yang lain," kata Caniggia menambahkan.
• Otak Cerdas Andrea Pirlo Racik Formasi Juventus di Liga Italia, Beberkan Rahasia, Ada Peran Ronaldo
• Tampil Impresif! Kok Andrea Pirlo Malah Ingin Cadangkan Cristiano Ronaldo di Juventus, Masuk Akal?
Caniggia merasa mental Messi mudah terpuruk jika bermain dengan tim yang kurang superior.
Kondisi tersebut membuatnya sulit membawa Barcelona meraih kemenangan di segala kondisi.