Nenek Sebatang Kara 40 Tahun Tinggal di Gubuk Beralas Tanah Penuh Sampah, Bersyukur Dibuatkan Rumah

Ruangan berukuran 4x2 itu nampak bersih. Wangi pewarna ruangan yang baru diaplikasikan sedikit menyengat.

Penulis: Heriani AM | Editor: Mathias Masan Ola
TRIBUNKALTIM.CO, DWI ARDIANTO
Penampakan rumah Mbah Sarni setelah direnovasi. Mbah Sarni mengaku bersyukur dengan kebaikan yang ia terima. (Tribunkaltim/Dwi Ardianto) 

Baca juga: Fase New Normal, Dokter Reisa Beber Cara Sederhana Hindarkan Anak dan Lansia dari Virus Corona

Kendati demikian, ia mengaku tetap harus melanjutkan hidup.

Ia membuka jasa urut dan membuat jamu. Ia juga pernah ikut sebagai tukang cuci di Lawe-Lawe.

Namun sakit asam urat yang ia derita membuatnya tidak bisa bergerak dengan leluasa. Ia lalu mencari barang bekas semampunya.

"Buat makan, cari barang-barang bekas lalu dijual. Itu dulu, sekarang tidak kerja. Bukan malas. Memang enggak bisa," ujarnya.

Mendapat tempat tinggal, yang ia huni bersama Surip, ayam peliharaannya, juga Blacky si anjing berwarna coklat alih-alih hitam, karena belas kasih imam mesjid, tak jauh dari lokasi tersebut. 

Kendati begitu, ia tetap was-was karena setelah sang imam meninggal, tanah itu menjadi sengketa. Ingin diambil alih oleh kerabat pemuka agama tersebut. Rumah itu terletak tak jauh dari tempat pemakaman.

"Tapi aku keukeuh. Mesti hidup di mana kalau disuruh pindah," lirihnya.

Pikiran akan diusir sewaktu-waktu membuat Sarni awas. Ia jarang tidur. Rumah yang kotor memperparah keadaan.

Pun dengan perut yang sering keroncongan membuat ia pernah jatuh sakit selama 2,5 bulan, tahun 2019 lalu.

"Tidak tahu sakit apa namanya. Seminggu dia (Sarni) di tempat tidur saja. Baring sama air kencingnya. Orang-orang yang mendekat tutup hidung karena bau sekali," ungkap Mbah Azma, teman Mbah Sarni.

"Tidak ada yang nolong. Saya yang rawat dia. Mandikan, gantikan baju, suap, bikinkan teh hangat," ujar Mbah Azma, teman yang ia miliki.

Azma memiliki profesi yang sama, yakni mencari botol dan kardus bekas untuk dijual. Kontrakannya, tak jauh dari gubuk Sarni.

"Sarni bahkan bertanya, kenapa aku enggak ada buang air besar waktu sakit dulu? Gimana mau itu (BAB), makan saja tidak pernah. Jadi saya bersyukur, rumahnya sudah bagus, bersih. Dikasih sembako juga," syukurnya.

Insan yang memiliki hati mulia, membuatkan rumah layak untuk Mbah Sarni adalah pasangan Hanny dan Anggiat Lumbangaol.

Halaman
123
Sumber: Tribun Kaltim
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved