Soal Tindakan Represif Oknum Polisi Terhadap 5 Wartawan, Ini Tanggapan Kapolresta Samarinda
Adanya perlakuan intimidasi (represif) pada saat kegiatan peliputan yang dilakukan oknum polisi di depan Mapolresta Samarinda, Jalan Slamet Riyadi, Ko
Penulis: Mohammad Fairoussaniy |
Kemudian Samuel Gading mengaku rambutnya dijambak oleh oknum polisi berpakaian preman.
Kemudian ia berteriak dan mengatakan bahwa dirinya wartawan, dan menunjukkan ID Card.
Oknum polisi tersebut langsung melepas jambakan dan pergi ke dalam kerumunan.
Sementara itu kaki Mangir diinjak oleh sepatu laras oknum polisi berseragam dan ditahan oleh kepolisian.
Mangir mencoba merekam semua kejadian yang berlangsung saat itu.
Samuel kemudian mengatakan bahwa pihak yang merekam video adalah wartawan.
Namun sang polisi meneriaki wartawan tersebut dengan nada kurang menyenangkan.
“Memangnya kenapa kalau kau wartawan," ucap Mangir saat meniru ucapan oknum polisi tersebut.
Di saat yang bersamaan, Yuda kemudian tiba-tiba saja ditunjuk oleh salah satu petugas lalu mempertanyakan urusan peliputan.
Tak hanya itu dada Yuda juga ditunjuk-tunjuk dan diminta untuk memberitakan hal-hal yang baik saja.
"Kemudian Kanit Jatanras meminta kami untuk bertemu sebelum pulang. Namun Yuda, Samuel, Apriskian dan Mangir memilih pulang. Sementara Faisal dimintai keterangan dan bertahan di Polresta Samarinda," ucap Yuda Almeiro.
Sementara itu Faishal Alwan Yasir menceritakan pengalaman kurang menyenangkan saat kejadian berlangsung.
Ia meliput pembubaran mahasiswa di depan mapolresta Samarinda pada Kamis (8/10/2020) malam.
Ketika membuat rekaman video, Faishal langsung ditanya dengan bentuk intimidasi.
“Saya pers,” kata Faishal sambil menunjukan identitas jurnalisnya.