Virus Corona di Balikpapan
Kisah Penggali Makam Jenazah Covid-19 di Balikpapan, Sedikit atau Banyak Honor Tetap Bersyukur
Petugas gali makam khusus covid-19 dimulai sejak saat wabah virus ini merebak di Balikpapan dan menjatuhkan korban jiwa.
Penulis: Heriani AM | Editor: Budi Susilo
Baca Juga: Cara Bikin Tubuh Tetap Bugar Selama WFH Kala Pandemi Corona ala Lembaga Anti Doping Indonesia
Baca Juga: Kegunaan Pakai Masker, Mahfud MD Ingatkan untuk Tidak Diserang dan Pindahkan Corona ke Orang Lain
Sejauh ini, ia sudah menggali lebih dari 250 liang. Sesuai dengan jumlah kasus kematian pasien Covid-19. Juga beberapa cadangan.
Pernah dalam sehari, ia menggali 6 hingga 10 liang. Kuantitasnya berkurang seiring penurunan kasus.
"Bukan saya sendiri yang gali, bareng teman-teman yang lain 'kan. Kalau lubang cadang itu, bukan kita mendoakan orang meninggal. Belajar dari pengalaman, sebelumnya saat ada yang meninggal, baru menggali," ia menjelaskan.
"Pernah waktu itu, tengah malam hujan deras, petir lagi. Masih menggali karena banyak yang meninggal. Jadi untuk itu kami siapkan lubang diawal," sambungnya.
Menggali ratusan liang makam, yang bukan jenazah biasa. Dengan jutaan mikrosel virus tak kasat mata, sudah membiasakan Ridwansyah.
Waktulah alasannya. Ia tidak memungkiri saat pertama menerima tugas, rasa takut menyerang. Begitupula dengan keluarga yang mengajukan protes.
"Yang kita hadapi ini tidak kasat mata. Informasi yang beredar juga simpang siur. Banyak hoax. Takut pasti. Tapi dari pimpinan disini menjelaskan dengan rinci, mulai paham, lalu membiasakan diri. Lama-lama terbiasa," urainya.
Sebagai kepala rumah tangga, sudah jadi tugasnya untuk mengedukasi keluarga. Agar tidak dikucilkan lingkungan, ia juga memberi pemahaman ke tetangga. Tidak dipungkirinya, ada yang sedikit takut berdekatan dengannya saat mengetahui profesi itu.
Kabar baiknya adalah, lingkungan tempat tinggal Ridwansyah di Muara Rapak yang mengajukan pertanyaan, lalu diedukasi. Sehingga pria 49 tahun ini bisa beraktivitas dengan normal.
Resiko pekerjaan yang dilakoni Ridwansyah memang cukup rentan. Olehnya itu ia menjalankan protokol dengan ketat.
Soal upah yang diterima, ia menyebut sudah ketentuan instansi. Ia merasa tidak berkenan untuk merincikan persoalan dapur tersebut.
Pembayaran diterima setelah pihaknya mengajukan permohonan lengkap sesuai administrasi. Paling cepat estimasi waktu bisa tidak sampai seminggu.
"Untuk honor, (sesuai tidak nominal dengan beban kerja) disyukuri terus. Berapapun dapatnya. Kalau bersyukur pasti cukup," tutupnya bijak.