Presiden Prancis Emmanuel Macron Maklumi Kemarahan Umat Islam, Tetap Pastikan 2 Hal di Negaranya

Emmanuel Macron juga menyebut ada kesalahpahaman dari pemimpin-pemimpin dari negara mayoritas Islam.

AFP/ABDULMONAM EASSA
Presiden Perancis Emmanuel Macron (kanan), diapit oleh Menteri Dalam Negeri Prancis Gerald Darmanin (dua kiri), berbicara kepada pers di depan sebuah sekolah menengah di Conflans Saint-Honorine, setelah seorang guru dipenggal oleh penyerang yang ditembak mati oleh polisi, Jumat (16/10/2020). 

Menanggapi hal itu, Jokowi beranggapan "nilai kebebasan berpendapat" yang dijunjung Macron justru menyakiti perasaan umat Islam dalam hal ini.

"Kebebasan berekspresi yang mencederai kehormatan, kesucian, dan kesakralan nilai-nilai simbol agama sama sekali tidak bisa dibenarkan dan harus dihentikan," ucap Jokowi.

Dikutip dari BBC.com, diketahui kejadian bermula saat pemenggalan seorang guru sejarah SMA di Paris, Samuel Paty, yang menunjukkan karikatir Nabi Muhammad kepada murid-muridnya terkait kebebasan berpendapat.

Pascatewasnya Paty, Presiden Macron menyatakan sikap negara tidak akan mengkritik tindakan guru sejarah tersebut.

Ia menilai tindakan Paty sebagai perwujudan "wajah Republik" dan untuk melindungi nilai sekularisme di negara tersebut.

Diketahui nilai sekularisme negara ini menjadi bagian dari identitas nasional Prancis, berdasarkan moto pascarevolusi liberty, equality, fraternity.

Baca juga: Anies Raih Penghargaan Nomor 1 Dunia Soal Transportasi Jakarta, Fadjroel Klaim Ada Jasa Jokowi-Ahok

Baca juga: Video Viral, Kronologi Pengeroyokan Anggota TNI oleh Anggota Klub Moge, Kapolres Tidak Tinggal Diam

Baca juga: Kabar Gembira, Ada PLN Gratis di November, Login www.stimulus.pln.co.id /WhatsApp, Langsung Berhasil

Lihat videonya mulai menit 1.30:

Sumber: Tribunnews
Halaman 3 dari 3
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved