Prancis dan Turki Saling 'Serang', Macron Berkelit, Erdogan Tunjukan Sikap Perang ke Sekutu NATO
Prancis dan Turki saling 'serang', Emmanuel Macron terus berkelit, Recep Tayyip Erdogan dituding miliki sikap berperang.
Macron menuding Presiden Turki Erdogan memiliki sikap "berperang" terhadap sekutu NATO.
NATO (The North Atlantic Treaty Organizatio) atau Organisasi Perjanjian Atlantik Utara, juga disebut Aliansi Atlantik Utara, adalah aliansi militer antar pemerintah antara 30 negara Amerika Utara dan Eropa, berdiri 4 April 1949.
Seperti diberitakan AFP, kantor berita berpusat di Prancis, Macron juga mengutuk seruan yang "tidak dapat diterima" untuk boikot produk Prancis.
"Kami mengecam "distorsi" oleh para pemimpin politik atas kartun (Nabi) Muhammad," ujar Macron seperti dikutip dari AFP.
Seperti diketahui, Presiden Erdogan mengaku bergabung dengan sejumlah negara untuk boikot barang-barang Prancis.
"Jangan pernah memberikan kredit pada barang-barang berlabel Prancis, jangan membelinya," ujar Erdogan.
Selain itu, Presiden Erdogan juga menyatakan bahwa Emmanuel Macron membutuhkan "pemeriksaan mental".
Barang-barang Prancis telah ditarik dari rak supermarket di Qatar dan Kuwait, di antara negara-negara Teluk lainnya, sedangkan di Suriah orang-orang telah membakar gambar Macron dan bendera Prancis telah dibakar di ibu kota Libya, Tripoli.

Cuitan Presiden Macron
Presiden Prancis Emmanuel Macron menulis status khusus untuk mengklarifikasi pernyataan sebelumnya yang dinilai disalahartikan.
Macron menulis statusnya di akun twitter tidak hanya dalam bahasa Inggris dan Prancis, tetapi juga dalam bahasa Arab.
Menurut Presiden Macron, yang ia lawan dan perangi itu terorisme yang mengatasnamakan agama, bukan agama Islam itu sendiri.
"Saya melihat banyak kebohongan, dan saya ingin mengklarifikasi yang berikut: Apa yang kami lakukan sekarang di Prancis adalah memerangi terorisme yang dilakukan atas nama Islam, bukan Islam itu sendiri," ujar Macron dalam tulisan Arab yang telah diterjemahkan google ke dalam bahasa Indonesia, Minggu (1/11/2020) dini hari WIB.
Menurut Macron, terorisme di negaranya telah merenggut lebih dari 300 warga Prancis.
Selain itu, Emmanuel Macron juga membantah tudingan yang menyebut dirinya mendukung karikatur menghina Nabi Muhammad SAW yang dimuat di majalah Charlie Hebdo.