Cover Story
Pandemi Covid-19 Cuma Bisa BDR, Gina Fauziah Kangen Bertemu Guru Idola yang Panggil Muridnya 'Yank'
Pandemi Covid-19 Cuma Bisa BDR, Gina Fauziah Kangen Bertemu Guru Idola yang Panggil Muridnya 'Yank'
Penulis: Heriani AM |
TRIBUNKALTIM.CO, BALIKPAPAN - Pandemi Covid-19 Cuma Bisa BDR, Gina Fauziah Kangen Bertemu Guru Idola yang Panggil Muridnya 'Yank'
Pada 25 November diperingati sebagai Hari Guru Nasional.
Tak hanya seremonial, momen ini mengajak kita semua untuk merefleksi diri dan ingatan akan perjuangan guru mencerdaskan bangsa.
Guru adalah sosok yang memberikan ilmu pengetahuan, motivasi, mengarahkan, memperjuangkan, juga menenangkan. Menjadi guru adalah amanah idealisme dan panggilan jiwa, bukan sekadar panggilan ijazah.
Pepatah guru adalah pahlawan tanpa tanda jasa, agaknya disetujui semua kalangan. Termasuk pelajar kelas XII SMA Negeri 5 Balikpapan, Gina Fauziah.
"Profesi guru, itu luar biasa. Beliau salah satu jembatan kita menuju kesuksesan. Guru penting banget, buat mengajarkan, membimbing. Bukan cuma ilmu pengetahuan tapi cara bersikap," ujar Gina Fauziah si dara cantik.
Setiap murid tentu punya guru favorit. Begitu pula sulung dua bersaudara ini. Ia menyukai semua gurunya. Namun untuk memilih, Gina Fauziah sangat menyenangi Ibu Maya, guru mata pelajaran PPKN di sekolahnya.
Aku Gina Fauziah, guru perempuan tersebut bisa membawa suasana belajar mengajar menjadi lebih menyenangkan.
"Metode mengajarnya enak, sangat friendly, aktif berinteraksi ke kami (siswa) juga. Ibunya paham dunia milenial. Bahkan ke muridnya semua, manggilnya Yank," ceritanya dengan tawa.
Mencari suasana baru saat mengajar, adalah ciri guru kegemaran Gina Fauziah tersebut.
Tak hanya kaku di ruang kelas, Gina Fauziah cs sering diajak oleh Ibu Maya belajar di tempat lain seperti mushola, perpustakaan dan lainnya.
"Lalu karena pandemi Covid-19, kita 'kan Belajar dari Rumah (BDR), belajar daring. Kangen banget sekolah," tambah gadis yang bercita-cita jadi Menteri Pariwisata itu.
BDR, lanjut penggemar lagu Raisa dan Tulus ini, dirasanya masih kurang. Jadi selain pembelajaran daring sekolah dan belajar mandiri, Gina juga aktif mengikuti bimbingan belajar.
Karena sudah kelas 3, dan tak lama lagi lulus, perempuan berhijab ini mengaku akan sangat merindukan suasana sekolah. Juga Ibu Maya.
Setelah lulus Gina Fauziah berencana mengambil prodi Pariwisata, untuk mendalami passion-nya, di Universitas Indonesia. (*)
Biofile Model
Nama: Gina Fauziah
TTL: Bandung, 20 Oktober 2002
Hobi: Traveling, Bersepeda
Pekerjaan: Pelajar
Instagram: @ginafauziah20
Prestasi: Wakil 3 Duta Wisata Manuntung Balikpapan 2020
Fotografer: Dwi Ardianto
Lokasi Pemotretan: Taman 3 Generasi
Kreatif Bikin Aplikasi Gembira untuk ABK, Ade Putri Sarwenda Terima Penghargaan dari Kemendikbud
Beberapa waktu lalu, Ade Putri Sarwenda baru saja bertandang di Jakarta.
Perempuan kelahiran Balikpapan 30 tahun lalu ini menerima penghargaan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan, Pendidikan Menengah dan Pendidikan Khusus sebagai Peserta Terbaik II Kategori Guru SLB Dedikatif dan Inovatif pada Masa Pandemi Covid-19 dalam Rangka Hari Guru Nasional 2020.
Ade Putri Sarwenda tidak menampik, di masa pandemi Covid-19, tantangan dihadapannya lebih berat dua kali lipat.
Penting baginya membuat pembelajaran daring dapat berjalan. Tidak sekadar jalan, namun juga menyenangkan dan memandirikan.
Kegiatan selama daring, terintegrasi dengan kurikulum dan aktivitas alamiah anak selama di rumah. Ada latihan kemandirian, serta latihan program kebutuhan khusus.
"Aplikasi Gembira untuk membantu mereka dalam latihan program kebutuhan khusus, yakni pengembangan komunikasi persepsi bunyi dan irama," ungkap Ade Putri Sarwenda.
Diketahui, Ade Putri Sarwenda merancang aplikasi yang ia namai Gembira. Isi aplikasi untuk anak berkebutuhan khusus, berisi beragam suara, seperti suara binatang dan suasana alam.
Gunanya untuk melatih anak mengenali sumber bunyi.

Saat aplikasi ini dibuka, ada beberapa pilihan bunyi yang ketika ditekan akan mengeluarkan suara. Sebagai contoh ketika memilih ayam, suara berkokok akan muncul.
Begitupun ketika memilih gambar hujan, yang akan terdengar seperti rintik air yang menyentuh atap atau permukaan tanah.
"Saya sadar anak-anak berkebutuhan khusus tidak hanya butuh memperoleh informasi baca, tulis, hitung. Itu penting bagi mereka untuk mengakses informasi dan bekal saat kembali ke masyarakat," terang Ade Putri Sarwenda.
Namun sebagai guru dia juga memberikan bekal keterampilan. Salah satunya kemandirian. Bagaimana mereka bisa melakukan activity daily sendiri. Akhirnya ketika lulus, bekal itu akan sangat berguna.
Ade Putri Sarwenda mengajar di kelas 1 SD LB sehingga PR-nya dobel. Ia khusus mengajar pada anak dengan keterbatasan pendengaran atau tunarungu.
Mereka dari lahir sudah terbatas kemampuan mendengarnya. Otomatis berimplikasi pada kemampuan bicara. Bahasa minim karena kosa kata terbatas.
"Penting bagi saya mengenalkan itu dulu. Pertama, berbahasa. Kami masifkan komunikasi total. Bisa dari bahasa isyarat atau latihan membaca gerak bibir. Namun butuh proses, kita kenalkan terlebih dahulu kata dan isyarat yang sederhana di awal," tandas Ade Putri Sarwenda.
Hobi Membaca Buku Karya Torey Hayden, Ade Putri Sarwenda Putuskan Jadi Pendidik Sekolah Luar Biasa
Level cinta paling dalam tak butuh alasan pasti. Begitu jawaban Ade Putri Sarwenda saat ditanya alasan memilih 'nyemplung' di pendidikan luar biasa.
Minat mengajar anak-anak dengan kebutuhan khusus ternyata sudah tertanam sejak ia remaja.
Ade Putri Sarwenda yang pada dasarnya gemar membaca, pada saat sekolah menengah atas, acak membaca karya Torey Hayden, yang merupakan seorang guru pendidikan khusus, dosen universitas dan penulis buku-buku nonfiksi berdasarkan pengalaman nyatanya.
Anggapannya kala itu, mengajar anak istimewa adalah tantangan. Sedikit banyak berbeda dengan anak normal lainnya. Ade Putri Sarwenda ingin merasakan sensasi tersebut.
Gairahnya makin menggelora. Setelah lulus SMA, Ade Putri Sarwenda mantap melangkah ke pendidikan tinggi prodi Pendidikan Luar Biasa.
Kedua orangtuanya, yang juga merupakan guru, kala itu sempat bertanya ulang soal keputusan perempuan yang kerap disapa Ibu Ade itu.
"Yakin! Itu jawaban saya saat ditanya orangtua. Mau apa? Pendidikan luar biasa. Jadi apa? Guru SLB (sekolah luar biasa, red). Alhamdulillah mereka support," sebut Ade Putri Sarwenda.
Perempuan berkerudung ini mantap berlayar di prodi Pendidikan Luar Biasa Universitas Negeri Yogyakarta pada tahun 2007.
Memulai karir sebagai guru SLB pada 2010, ketika masih menjadi mahasiswa.
Di Yogyakarta Ade Putri Sarwenda mengajar di SLB Dharma Rena Ring Putra II Yogyakarta, lalu kembali ke tanah kelahiran di Balikpapan. Mulai mengajar sebagai tenaga lepas di SLB Tunas Bangsa Balikpapan.
Niat mulianya, serta tekadnya yang tinggi menghantarkannya lulus CPNS 2015, dan dipercaya mengajar di SLB Negeri Balikpapan hingga hari ini.

"Menyenangkan bagi saya berinteraksi dengan anak-anak berkebutuhan khusus setiap harinya. Membuat diri saya bersyukur setiap saat, bahwasanya kita masih diberi keadaan dan kesempatan untuk memberikan manfaat untuk anak luar biasa," tegas Ade Putri Sarwenda.
Ade Putri Sarwenda bertekad menjadikan anak istimewa itu menjadi individu mandiri, cakap, dan bisa mendedikasikan diri untuk pribadi dan lingkungannya.
Menurut ibu satu anak, setiap anak punya kebutuhan yang berbeda. Mereka datang dengan hambatan masing-masing.
Namun Ade Putri Sarwenda sadar, sebagai guru ia bisa melihat sang anak istimewa layaknya mutiara yang tertimbun pasir. Tugasnyalah menggali agar mutiara ini muncul di permukaan.
"Saya yakin dengan hambatan yang dimiliki anak berkebutuhan khusus ini, ada potensi. Tugas kita sebagai guru untuk mengubahnya," pungkasnya.
Di hari guru yang jatuh pada 25 November lalu, Ade mengucapkan terima kasih untuk seluruh guru, terutama guru-gurunya. Yang mengantarkan ia hingga dititik dimana ia bisa menjadikan diri sebagai manfaat untuk orang lain.
"Lalu, saya mengajak rekan-rekan semua sebagai seorang guru untuk terus semangat, menjadi inspirasi bagi murid di sekolah, memberi pelayanan terbaik untuk peserta didik," harap perempuan yang melanjutkan studi prodi Magister Manajemen di salah satu universitas di Surabaya Jawa Timur itu.
Ade Putri Sarwenda juga berharap pandemi segera berakhir. Ia amat merindukan interaksi secara langsung dengan peserta didiknya.
"Sebagai seorang guru kita harus senantiasa berinovasi, semangat berbagi, belajar terus menerus, dan jadi inspirasi siapa saja. Khususnya untuk murid-murid kita tercinta," tukasnya. (*)