Populasi Tinggal 80 Ekor, YK RASI Ajak Masyarakat Jaga Pesut Mahakam, Kematian Capai 4 Ekor/Tahun
Malu-malu, hewan yang terlihat seperti tersenyum ini meliuk-liuk di permukaan air sungai. Tetapi kemunculannya tak lagi mudah ditemukan, Pesut Mahaka
Saat ini, Pesut Mahakam jarang nampak di Sungai Mahakam.
Mamalia ini bermukim di sungai-sungai kecil sebagai anak sungai Mahakam.
Pasalnya, di sungai inilah yang paling agak bersahabat dengan mereka.
Tak ada lalu lintas kapal besar, dan pesut bisa mendapatkan ikan kecil dengan mudah.
Sebab, hewan ini memanfaatkan gelombang sonar untuk melihat.
Hal ini bisa terganggu dengan keberadaan kapal ponton.
Sedangkan, Data Rare Aquatic Species of Indonesia (RASI) menyebut pada 2018, merupakan tahun dengan angka kematian tertinggi sejak tahun 1999.
Pada 1999, ada 11 ekor yang mati, lalu di 2018 angka kematian mencapai 10 ekor.
Rata-rata kematian per tahun selama 24 tahun ini adalah 4 ekor di mana 66 persen disebabkan oleh terperangkap oleh rengge dan kemudian tenggelam.
"Hasil dari uji kualitas air dari 16 stasiun sampling air di tahun Juli 2017-Mei 2018 yang hampir semua sampling dilakukan di konsisi air tinggi/ banjir menunjukkan bahwa beberapa (anak) sungai memiliki konsentrat tinggi dari logam berat yang sangat berbahaya untuk kesehatan masyarakat maupun Pesut," paparnya yang tertulis dalam laporan RASI.
Kandungan logam berat itu seperti kadmium dan timbal yang melampui baku mutu hingga 23 kali dan merupakan kasus yang terparah.
Namun di tahun Augustius 2018-Mei 2019 yang kebanyakan sampling dilakukan pada kondisi air surut atau sedang, pencemaran dengan logam berat tembaga yang melampaui baku mutu hanya sekali ditemukan di Muara Sebintulung, Kecamatan Muara Kaman.
"Akan tetapi nilai besi, COD dan nitrit tergolong tinggi di banyak titik sampling. Untuk ancaman, selain kematian dan polusi kimia, tekanan terhadap habitat Pesut semakin meningkat termasuk polusi suara bawah air," ujarnya.
Selain itu, juga persaingan untuk sumber daya perikanan yang semakin menurun akibat alih fungsi lahan rawa sebagai tempat memijah ikan menjadi kebun sawit, penyetruman dan penggunaan racun secara ilegal.
Dikarenakan 92 persen dari semua pertemuan kelompok Pesut Mahakam berada di dalam calon kawasan konservasi perairan di wilayah Kutai Kartanegara.