FPTB Beber Vegetasi Mangrove di Balikpapan Semakin Menurun, DLH Sebut Masih Cukup Baik

Forum Peduli Teluk Balikpapan ( FPTB ) membeberkan, keberadaan vegetasi mangrove di sekitar kawasan Teluk Balikpapan semakin menurun.

Editor: Budi Susilo
TRIBUNKALTIM.CO/BUDI SUSILO
TERJAGA - Kawasan mangrove yang lestari di Graha Indah, Kecamatan Balikpapan Utara, Kota Balikpapan, Provinsi Kalimantan Timur pada Minggu (22/11/2020) sore. Karena terjaga secara baik, lokasi mangrove ini memberikan manfaat bagi warga sekitar, jadi lokasi ekowisata pendidikan dan keluarga. 

Terkait data hutan mangrove tersisa, hasil kajian COREMAP menyebutkan, Teluk Balikpapan menyimpan 17 ribu hektar. Hutan mangrove terbaik terletak di sungai-sungai wilayah Pemaluan, Lulup, Sanggai, Semuntai dan Sungai Tempadung yang merupakan salah satu hutan terbaik di Indonesia.

Eksistensi Mangrove di Balikpapan Cukup Baik

Berbeda halnya, di tempat terpisah, Dinas Lingkungan Hidup Kota Balikpapan membeberkan kondisi area terbuka kawasan mangrove di Kota Balikpapan, Provinsi Kalimantan Timur masih berstatus cukup baik.

Demikin disampaikan oleh Plt Kepala Dinas Lingkungan Hidup Balikpapan, Tommy Alfianto kepada TribunKaltim.co pada Selasa (1/12/2020) pagi.

Dia jelaskan, secara umum kondisi mangrove di Kota Balikpapan masih cukup baik. Balikpapan memiliki panjang pantai sekitar 45 kilometer.

“Panjang pantai Balikpapan dari Teritip sampai Pelabuhan Kariangau, KIK (Kawasan Industri Kariangau), masuk Sungai Wain, Sungai Somber, kondisi secara umum masih cukup baik,” ujarnya.

Menurut dia, pengamatan dan laporan dari tim Dinas Lingkungan Hidup Balikpapan di daerah pinggiran sepanjang sungai dan kawasan KIK masih bagus. Daerah daratan Kariangau masih dilindungi sabuk hutan bakau, termasuk di kawasan industri, pinggirannya terjaga mangrove.

“Mangrove salah satu, yang perlu diperlakukan secara khusus, yang dilindungi, ada payung hukumnya. Ada warga yang menebang, jika ada indikasi pidana bisa masuk ke ranah pidana,” tegas Tommy yang merupakan mantan Camat Balikpapan Utara ini.

Ancaman Kerusakan

Dirinya tidak membantah, bila ada beberapa titik mangrove yang bisa dikatakan terancam rusak namun cakupannya tidak secara masif, sifatnya kecil. 

Sebagai contoh, ada kegiatan warga yang mengambil keuntungan dari area mangrove demi bisa mencari ikan. Ada yang pasang rumpon, sebuah alat bantu penangkap ikan dengan mengkombinasikan pohon bakau.   

“Saya sering dapat laporan di Sungai Manggar, dari Pokdarwis, ada yang mengambil daun bakau untuk rumpon. Kadang-kadang saja itu, tidak sampai merambah sampai puluhan hektar,” ungkapnya.

Upaya untuk mencegah kerusakan hutan bakau terus dilakukan, ingatkan warga agar memanfaatkan mangrove tidak harus secara berlebihan sampai membabat habis sampai parah.

Baca juga: Tinggal di Kawasan Wisata Mangrove Kariangau, Bocah-bocah Berenang di Sekitar Rumah Apung

Baca juga: PKK Desa Muara Adang, Kabupaten Paser Produksi Sirup Mangrove, Berikut Harga dan Proses Pembuatannya

“Kami selalu berikan edukasi, jangan sampai merambah sampai habis. Mangrove rusak nanti tanah bisa abrasi, mangrove itu tempat pemijahan ikan, rugi juga mereka kalau mangrove rusak,” kata Tommy.

Selain itu, ungkap Tommy, pemanfaatan area mangrove biasa datang juga dari kalangan tertentu untuk membuat dermaga. Jika ada yang membuat dermaga, otomatis mengurangi ekosistem mangrove meski hanya kecil.

Halaman
1234
Sumber: Tribun Kaltim
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved