Amalan dan Doa
Bulan Rajab Termasuk Bulan Haram, Apa Saja yang Dilarang?
Empat bulan yang disebut bulan haram selain Rajab adalah Dzulqaidah, Dzulhijjah dan Muharram. Kenapa disebut bulan haram ?
Ustaz Khalid Basalamah dalam sebuah video ceramahnya, menjelaskan tentang tafsir Surah At-Taubah Ayat 36 yang menjelaskan tentang larangan Allah SWT terkait perbuatan maksiat di bulan-bulan haram ini.
"Artinya, itulah ajaran agama yang lurus, janganlah kalian menzalimi diri kalian di bulan-bulan mulia ini," ujarnya menyitir terjemahan ayat tersebut.
Imam Qurtubi dalam sebuah tafsirnya tentang ayat ini menjelaskan bahwa siapapun yang berbuat maksiat atau menzalimi dirinya di empat bulan mulia ini akan mendapatkan dosa yang berlipat ganda.
Demikian pula jika kita berbuat baik, maka akan mendapatkan pahala yang berlipat ganda pula.
"Dan ini disepakati pula oleh ulama-ulama tafsir lainnya," kata Ustaz Khalid Basalamah.
Di antara empat bulan istimewa ini hanya Zulhijjah dan Muharram yang ada amalan khususnya, yaitu di Zulhijjah ada puasa Arafah tanggal sembilan, tanggal sepuluhnya ada Hari Raya Idul Adha dan tanggal 11,12 dan 13-nya ada hari Tasyrik.
Kemudian di Muharram ada puasa Tasua dan Asyura pada tanggal sembilan dan sepuluhnya.
"Nah, kalau bulan Rajab tak ada ini, hanya disuruh banyak-banyak berbuat baik dan ganjarannya akan dilipatgandakan," jelas Ustaz Khalid.
TribunKaltim.co juga merangkum artikel yang ditulis secara bersambung oleh Ustadz Sa’id Abu Ukasyah dalam artikel Ada Apa Di Bulan Haram? yang dimuat di muslim.or.id
Sa’id Abu Ukasyah mengawali ulasannya tentang bulan Haram dengan membedah perjalanan waktu.
Di dalam berjalannya waktu,silih bergantinya hari dan berlalunya bulan dan tahun, terdapat pelajaran yang berharga bagi orang yang mau merenungkannya.
Tidak ada satu tahunpun berlalu dan tidak pula satu bulanpun menyingkir, melainkan dia menutup lembaran-lembaran peristiwanya saat itu, pergi dan tidak kembali.
Jika baik amal insan pada masa tersebut, maka baik pula balasannya. Namun jika buruk, penyesalanlah yang mengikutinya!
Sehingga ia senantiasa berada dalam dua bentuk tafakkur: tafakkur hisab dan tafakkur isti’daad!
Tafakkur (berpikir) yang pertama, yaitu tafakkur hisab (intropeksi). Dia memikirkan dan menghitung-hitung amalannya di tahun yang telah silam,lalu dia teringat (tadzakkur) akan dosa-dosanya,hingga hatinya menyesal,lisannyapun beristighfar,memohon ampun kepada Rabbnya.