Berita Nasional Terkini

LEMBEK! Mantan Sekjen Partai Demokrat Sebut Sikap SBY Normatif, Akui Bisa Lebih Keras dari Ayah AHY

LEMBEK! Eks Sekjen Partai Demokrat, Marzuki Alie sebut sikap Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) normatif, akui bisa lebih keras dari ayah AHY.

Kolase Tribunkaltim.co
Marzuki Alie dan Susilo Bambang Yudhoyono 

3. Yakin Jokowi tidak tahu

SBY menduga, keterlibatan Kepala Staf Kepresidenan Moeldoko dalam gerakan kudeta Partai Demokrat tidak atas sepengetahuan Presiden Joko Widodo, yang disebut SBY sebagai sosok berintegritas tinggi.

"Secara pribadi, saya sangat yakin bahwa yang dilakukan Moeldoko adalah di luar pengetahuan Presiden Jokowi. Saya juga yakin bahwa Presiden Jokowi memiliki integritas yang jauh berbeda dengan perilaku pembantu dekatnya itu," kata SBY.

Di samping itu, SBY juga meyakini bahwa ada pencatutan nama sejumlah pejabat negara dalam polemik tersebut.

Sejumlah nama yang dicatut yakniM enteri Koordinator Bidang Politik, Hukum, dan Keamanan Mahfud MD, Menteri Hukum dan HAM Yasonna Laoly, Kapolri Jenderal (Pol) Listyo Sigit Prabowo, serta Kepala Badan Intelijen Negara (BIN) Budi Gunawan.

"Partai Demokrat tetap percaya bahwa para pejabat tersebut memiliki integritas, betul-betul tidak tahu-menahu dan tidak masuk di akal jika ingin mengganggu Partai Demokrat," kata SBY.

Baca juga: SBY Buka Suara soal Upaya Kudeta di Demokrat, Jokowi & Moeldoko Disinggung: Saya Harus Turun Gunung!

4. Gerakan kudeta kini sembunyi-sembunyi

SBY mengatakan, meski gerakan kudeta Demokrat sudah diungkap ke publik, gerakan itu masih bergerak secara sembunyi-sembunyi.

SBY menuturkan, gerakan itu tidak lagi menyasar para ketua DPD dan ketua DPC, tetapi siapa pun yang mau diming-imingi imbalan dan janji yang menggiurkan.

"Saya telah mendapatkan laporan resmi dari pimpinan partai, dan juga mendapatkan informasi dari daerah, bahwa segelintir kader dan mantan kader pelaku GPK PD itu masih bergerak di lapangan, sembunyi-sembunyi, kucing-kucingan," kata SBY.

Ia mengatakan, para pelaku gerakan itu sangat mungkin menghasut dan mengadu domba pimpinan DPP Partai Demokrat dengan para ketua DPD dan ketua DPC.

Misalnya, kata SBY, dengan memainkan isu bahwa dalam musyawarah daerah dan musyawarah cabang mendatang, para pengurus di tingkat daerah dan cabang akan diganti.

"Sejumlah fitnah dan isu juga terus diembuskan di daerah-daerah, yang semuanya tidak benar, dan pada saatnya akan dapat dijelaskan secara gamblang dan akuntabel," ujar SBY.

Baca juga: Posisi AHY Belum Aman, Max Sopacua Dorong KLB, SBY Buat Demokrat Jadi Partai Keluarga Sejak 2013?

5. Minta kader melawan

SBY menyerukan kepada seluruh jajaran Demokrat untuk mengusir kader-kader yang mendukung atau berpartisipasi dalam upaya mengambil alih kepemimpinan partai. SBY juga meminta agar kader dan mantan kader Demokrat yang terlibat itu segera berhenti merusak partai.

"Kalau segelintir kader atau mantan kader itu masih bergentayangan, mencari mangsa ke kanan dan ke kiri, katanya ada juga yang bertindak sebagai 'EO', hadapi dengan sikap yang tegas. Usir orang-orang itu," kata SBY

Kendati demikian, ia tetap mengingatkan agar para kader tidak melakukan tindakan dengan unsur kekerasan atau main hakim sendiri dalam menghadapi gerakan tersebut.

"Banyak cara untuk mempertahankan kedaulatan partai, tanpa melawan hukum yang berlaku. Dalam melawan kemungkaran, janganlah digunakan cara-cara yang sama mungkarnya," kata dia.

6. Sulit mendapat keadilan

Walaupun demikian, SBY mengakui kerap kesulitan dalam mendapatkan keadilan.

"Meskipun sering tidak mudah untuk mendapatkan keadilan, tetaplah kita menjadi pihak yang menghormati konstitusi, hukum, dan tatanan yang berlaku," kata SBY.

"Sebagai warga negara, bukan sebagai mantan presiden, saya juga kerap menghadapi isu keadilan ini," tutur dia.

SBY membeberkan sejumlah peristiwa yang dialaminya dan tidak mendapat keadilan, antara lain rumahnya di kawasan Kuningan digeruduk pada 2017 dan saat ia mendapat fitnah jelang Pilkada DKI 2017.

Ia melanjutkan, pada Desember 2018, ratusan bendera dan baliho Demokrat direbahkan, dirobek, dan dibuang ke selokan.

Saat itu, ia tengah menghadiri kegiatan partai di Pekanbaru.

"Waktu itu yang kami harapkan hanyalah tegaknya hukum dan keadilan. Sayang, keadilan itu hanyalah sebuah harapan," tutur Presiden keenam RI itu.

Baca juga: Makin Panas! Sosok Pendiri Bongkar Boroknya Pemilihan AHY, Nilai Demokrat jadi Partai Keluarga SBY

Selain itu, SBY juga mengaku difitnah secara politik terkait aksi unjuk rasa 212 yang berlangsung pada 2 Desember 2016.

SBY mengatakan, saat itu ada laporan yang disampaikan kepada Presiden Joko Widodo. Laporan itu menyebut SBY menunggangi dan mendanai aksi 212.

"Semuanya itu fitnah yang kejam, keterlaluan, dan 100 persen tidak benar. Saya bersedia bersumpah di hadapan Allah SWT. Saya juga siap dipertemukan dengan siapa pun yang memberikan laporan itu, kalau perlu di depan publik agar rakyat tahu siapa yang berdusta," kata dia.

(*)

Artikel ini telah tayang di Tribunnews.com dengan judul Terkait Pernyataan SBY yang akan Lawan Pengganggu Partai Demokrat, Begini Tanggapan Marzuki Alie, https://www.tribunnews.com/nasional/2021/02/25/terkait-pernyataan-sby-yang-akan-lawan-pengganggu-partai-demokrat-begini-tanggapan-marzuki-alie?page=all.

Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Saat SBY Turun Gunung Hadapi Isu Kudeta: Nyatakan Demokrat Tak Dijual hingga Sulit Cari Keadilan", Klik untuk baca: https://nasional.kompas.com/read/2021/02/25/07571971/saat-sby-turun-gunung-hadapi-isu-kudeta-nyatakan-demokrat-tak-dijual-hingga?page=all#page2.

Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved